“Berdasarkan tuntutan masyarakat pelaku industri pariwisata yang tergabung dalam Formapp-Mabar dan untuk mendukung pengelolaan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan, maka Pemda Mabar memohon untuk mempertimbangkan dan menunjau kembali rencana pembatasan kuota dan kenikan tarif masuk sebesar 3.750.000 rupiah per orang per tahun,” demikian bunyi surat itu.
Proyek pembibitan kayu dan buah-buahan itu dilaksanakan di kawasan hutan Bowosie - satu kesatuan wilayah dengan lahan 400 hektar yang akan dikelola Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores. Naasnya, terdapat mata air yang letaknya tak jauh dari lokasi proyek.
Sementara Flores menjadi lahan investasi pariwisata yang menguntungkan bagi para pemodal, warga lokal kehilangan kepemilikan, akses dan manfaat dari sumber-sumber daya alam yang sudah dikuasai oleh pebisnis dengan bantuan aparat negara. Tidak hanya itu, peluang-peluang yang tercipta lewat pembangunan pariwisata pun dikuasai oleh pelaku bisnis besar yang berkelindan dengan para politisi dan aparat negara.
Floresa.co - Kesimpangsiuran skenario Pemerintah mengelola kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) kini memasuki babak baru. Sebelumnya Pemerintah Provinsi merencanakan penutupan Pulau Komodo untuk turis...
Floresa.co - Pernyataan Laiskodat untuk menutup Taman Nasionanl Komodo (TNK) pada akhir 2018 yang lalu atas alasan konservasi dengan tegas ditolak oleh para pelaku...
Labuan Bajo, Floresa.co – Budhi Kurniawan mengepalai Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) selama sekitar 11 bulan. Pada Jumat, 22 Februari lalu, di Jakarta terjadi...
Floresa.co - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai rencana penutupan Taman Nasional Komodo (TNK oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah keputusan...
Jakarta, Floresa.co - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya menyatakan akan segera membentuk tim untuk menginvestigasi polemik pembangunan sarana wisata di area...