Rentetan Aksi Represif Aparat di Labuan Bajo: Warga di Kafe Diserang dan Dipukuli

Tindakan represif itu diawali dengan peringatan agar ratusan massa yang berkumpul di depan markas Polres Mabar segera membubarkan diri. Dimulai dengan tembakan peringatan, aparat melakukan penyerangan dengan memukul warga serta merusakkan beberapa kursi di dalam kafe.

Floresa.co – Aparat keamanan dilaporkan kembali melakukan aksi represif terhadap warga sipil di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat [Mabar], NTT setelah sebelumnya melakukan penangkapan dan kekerasan terhadap pelaku wisata.

Informasi yang diperoleh Floresa.co, kekerasan kembali terjadi pada Senin malam, 1 Agustus 2022, di mana aparat menyerang sekelompok pemuda yang sedang berada di sekitar Polres Mabar serta yang tengah menikmati kopi di sebuah kafe, tak jauh dari Polres.

Tindakan represif itu diawali dengan peringatan agar ratusan massa yang berkumpul di depan markas Polres Mabar segera membubarkan diri.

“Kami minta yang ada di depan Polres kalau tidak berkepentingan silakan pulang daripada kami ambil tindakan tegas,” demikian peringatan tersebut.

Kejadian itu berlangsung tiba-tiba sekitar pukul 21.30 Wita.

Diawali dengan tembakan peringatan, aparat melakukan penyerangan dengan memukul warga serta merusakkan beberapa kursi di dalam kafe.

Melky Sayudin, salah satu korban yang juga pelaku wisata menyatakan saat kejadian ia sedang menikmati kopi di kafe itu.

Ia memilih untuk berada di sana karena ia merasa tempat tersebut lebih nyaman, agak jauh dari beberapa aparat yang berada di sekitar Polres.

“Ternyata mereka [aparat] juga menyisir juga di wilayah situ. Kami ditendang… di bagian kemaluan, [rasanya] sakit sekali,” katanya.

BACA: Hari Pertama Aksi Mogok Pariwisata di Labuan Bajo: Pegiat Wisata Ditangkap dan Dipukuli Aparat, Situasi Mencekam

Faris Malen, korban lainnya mengaku ditendang saat sedang bergegas menuju tempat parkir motor untuk meninggalkan lokasi itu sesaat setelah peringatan dari Polres.

“Belum sampai di motor, Brimob dan polisi langsung kepung saya, langsung pukul. [Saya] langsung jatuh di aspal. Saya juga tidak bisa melihat wajah mereka karena mereka menggunakan masker,” ujarnya.

Saat ini, kedua korban tengah dirawat di Puskemas Labuan Bajo.

Sejak Senin sore, ratusan pelaku wisata memang berkumpul di depan Polres Mabar sebagai bentuk solidaritas terhadap 42 rekan mereka yang masih ditahan.

Ke-42 pelaku wisata itu ditangkap, yang sebagiannya luka-luka karena dipukul saat mereka melakukan bakti sosial sambil berorasi di sejumlah tempat di Labuan Bajo pada Senin pagi hingga siang, bagian dari bentuk aksi mogok.

Aksi mogok ini merupakan bentuk protes mereka terhadap kebijakan pemerintah yang bersikeras menaikkan harga tiket secara drastis ke Taman Nasional Komodo [TNK] yang diterapkan mulai hari ini.

BACA: uluhan Pelaku Wisata Masih Ditahan di Polres Mabar, 6 Mengalami Luka

Dalam kebijakan baru ini, tiket yang selama ini 150 ribu rupiah naik drastis menjadi 3,75 juta per orang yang dibeli melalui aplikasi online yang dikontrol oleh PT Flobamor, perusahan milik pemerintah Provinsi NTT. Tarif baru itu dengan sistem keanggotaan selama satu tahun berlaku untuk wisata ke Pulau Komodo dan Pulau Padar.

Para pelaku wisata menanggap kebijakan baru ini sebagai bentuk komersialisasi dan monopoli bisnis di TNK.

Merespon aksi mogok ini, aparat pun memberlakukan siaga satu di Labuan Bajo hari ini, di mana aparat tambahan dikerahkan dari wilayah lain, termasuk dari Polda NTT.

Sejumlah video yang diperoleh Floresa.co memperlihatkan pasukan tambahan polisi tiba di Labuan Bajo hari ini.

Sejak Senin pagi, aparat keamanan, baik polisi, Brimob maupun terlihat memenuhi kota Labuan Bajo. Mereka terlihat siaga di depan hotel-hotel, fasilitas publik seperti bandara dan pelabuhan, serta ada yang patroli keliling kota.

FLORESA

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek