Dijemput dari Ruangan, Bupati Mabar Akhirnya Ingin Menemui Massa Aksi ‘Penolakan Kenaikan Tarif ke TN Komodo’  

Floresa.co – Bupati Manggarai Barat [Mabar], Nusa Tenggara Timur [NTT] Edistasius Endi akhirnya menemui massa aksi “Penolakan Tarif 3,75 Juta’ ke Taman Nasional Komodo [TNK] usai puluhan perwakilan massa menjemputnya dari dalam kantornya.

Upaya itu dilakukan perwakilan massa setelah mereka menunggu sekitar dua jam di halaman kantor bupati di bawah terik matahari. Massa yang hadir terdiri dari berbagai asosiasi yang tergabung dalam Forum Peduli dan Penyelamat Pariwisata [Formapp] Mabar.

Berkali-kali massa mendesak agar dirinya keluar dari ruangannya. Namun, Bupati Edi sama sekali tidak menggubris. Melalui pihak keamanan, ia menegaskan bahwa dirinya hanya bisa ditemui di dalam ruangan oleh beberapa perwakilan saja.

Namun massa tetap kukuh agar ia harus menemui mereka di luar ruangan – di halaman kantornya.

“Pilihannya hanya dua. Bupati datang ke sini atau kami semua akan ke dalam kantor. Tetapi, apakah tempat di dalam cukup buat kami semua ini bapak-bapak Satpol PP sekalian?” ujar Ketua Formapp Mabar, Rafael Todowela dari atas mobil komando kepada pihak keamanan yang sigap menjaga pintu masuk.

“Kita masuk saja, masuk, masuk,” ujar massa aksi menyambung pernyataan Rafael.

Hingga pukul 12.30 baik Bupati Edi pun massa aksi tetap kukuh pada pendirian masing-masing. Massa akhirnya mengambil waktu istirahat untuk makan siang. Seperti massa aksi, anggota polisi dan anggota TNI yang melakukan pengawalan juga mengambil waktu untuk makan siang.

BACA: Tolak Kenaikan Harga Tiket dan Monopoli Bisnis di TN Komodo, Ini Pernyataan Warga

Sekitar pukul 13.30 sekitar 50 orang perwakilan massa yang terdiri dari berbagai asosiasi itu bersepakat untuk melakukan dialog di Aula Kantor Bupati – sesuai keinginan Bupati Edi.

Pukul 13.45, Bupati Edi yang didampingi Sekda, Hans Sales Sodo muncul di Aula untuk berdialog dengan perwakilan massa yang sudah menunggu sekitar 15 menit.

Setelah pengantar dari Bupati Edi, Hans Sodo, yang ditugaskan untuk memandu dialog pun langsung meminta perwakilan pelaku wisata untuk menyampaikan poin-poin tuntutan.

Alih-alih membacakan poin-poin tuntutan, Rafael, yang ditunjuk sebagai pembicara langsung meminta Bupati Edi dan Hans Sodo untuk keluar dari ruangan dan menemui massa aksi secara langsung.

“Kita minta Pa Sekda [Hans Sodo] dan Pa Bupati untuk menemui massa aksi di luar dan kami menjamin bapak-bapak tidak akan disentuh oleh mereka. Waktu dan tempat kita sama-sama ke depan untuk memberi penjelasan kepada massa aksi terkait dengan hal itu,” ujarnya.

Massa aksi penolakan ‘Kenaikan Tiket ke TNK’ saat melintas di jalan Soekarno Hatta – Kelurahan Labuan Bajo. [Foto: Floresa].
Namun, Hans Sodo menolak permintaan Rafael dengan alasan bahwa Aula Kantor Bupati Mabar sudah sangat nyaman untuk berdiskusi dan menyampaikan poin-poin tuntutan.

“Kita tidak punya pilihan lain selain ruangan ini untuk kami mendengar aspirasi dan pikiran daripada teman-teman sekalian,” katanya dengan lantang.

“Kami dari pemerintah daerah sudah membuka diri, sudah menyiapkan ruangan terbaik bagi kenyamanan pelaksananan diskusi. Kami tidak bisa menerima di depan,” tambahnya.

BACA: Mengapa Dirut BPOLBF Berani Klaim ‘Telah Sediakan 50 Destinasi Alternatif di Labuan Bajo’ Pada Momen Kenaikan Tarif ke TN Komodo?  

Meski demikian, Rafael tetap kukuh pada poinnya. Ia bahkan menegaskan bahwa ‘Yesus’ tidak pernah pilah-memilah soal tempat. Bagi Yesus, demikian Rafael, semua tempat nyaman. Bahkan di Golgolta tempat Dia disalibkan sekalipun adalah tempat yang nyaman bagi-Nya.

“Jadi, Yesus itu disalibkan di depan banyak orang di Golgota. Jadi bagi Yesus semua tempat ialah tempat yang mulia. Itu adalah analoginya,” ujarnya.

“Jadi, bagi kami kantor ini ialah kantor yang mulia, dari dalam sampai ke depan. Sehingga baik di dalam pun di depan semuanya mulia. Jadi, mari kita ke depan,” tegasnya.

Ia menambahkan, jika Bupati Edi dan Hans Sodo bersih, tidak perlu merasa sungkan untuk menemui massa aksi.

“Kalau bapak merasa bapak bersih, bapak tidak perlu takut ada yang mulia dan ada yang tidak dimuliakan. Mari kita ke depan. Bapak adalah pemimpin kami. Kami adalah rakyat. Bapak adalah raja. Mari sudah kita ke depan. Pertanggungjawabkan semuanya di hadapan rakyat,” pungkas Rafael.

Pernyataan Rafael langsung disambut dengan tepuk tangan meriah dari semua perwakilan massa.

“Oksigen di luar kantor bapak masih banyak. Aman pak. Aman,” sahut salah satu perwakilan massa.

Bupati Edi dan Has Sodo sebentar nampak berdiskusi dan kemudian beranjak dari tempat duduk dan bergerak menuju halaman kantornya menemui massa yang berjumlah sekitar 1000-an orang.

“Mari kita tepuk tangan,” tutup Rafael.

Salah satu alasan massa aksi ngotot menemui Bupati Edi karena pernyataannya melalui media yang mendukung kenaikan tiket yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi tersebut.

Mereka ingin agar Bupati Edi mempertanggungjawabkan pernyataannya tersebut dan berdiri bersama mereka untuk menolak kebijakan tersebut.

Floresa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini