Pemprov NTT Berlakukan Situasi ‘New Normal’ Mulai 15 Juni

Floresa.co – Pemerintah Provinsi NTT memutuskan mulai memberlakukan situasi normal baru (new normal) pada 15 Juni mendatang, langkah yang ditempuh demi membangkitkan kembali ekonomi yang dinilai lesuh selama dua bulan terakhir.

Menurut Marius Ardu Jelamu, Kepala Biro Humas NTT yang juga juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT, hal itu telah diputuskan dalam rapat antara Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dengan para bupati dan walikota pada Selasa, 26 Mei 2020.

“Masyarakat NTT mesti siap mulai masuk dalam era baru, suatu kondisi yang baru,” kata Marius.

Berbicara dalam konferensi pers di Kupang, Selasa petang, ia menyatakan, situasi normal baru yang dimulai 15 Juni itu diberlakukan bagi kabupaten yang saat ini masuk zona merah atau memiliki kasus positif Covid-19.

Sementara bagi kabupaten yang sampai saat ini masih zona hijau, kata Marius, mereka sudah mulai bisa membelakukan situasi new normal tanpa harus menunggu 15 Juni.

Dalam situasi new normal ini, kata dia, gubernur memerintahkan untuk tetap mengikuti protokol-protokol kesehatan, seperti wajib memakai masker, sering cuci tangan, hindari kerumunan dan menjaga jarak.

Marius juga mengatakan, perbatasan antarkabupaten juga akan segera dibuka, demikian juga antardesa yang selama ini ditutup.

“Tidak ada lagi kabupaten yang tutup supaya memperlancar arus barang dan logistik,” katanya.

Ia juga mengatakan, Laiskodat meminta agar para bupati memfokuskan kegiatan pembangunan pada hal-hal yang benar-benar urgen.

“Tidak harus punya banyak program, mengingat banyak anggaran dipakai untuk penanganan Covid-19,” katanya.

Ia menambahkan, dengan kebijakan ini, Laiskodat berharap agar “ekonomi berputar kembali seperti biasa.”

“Selama dua bulan lebih ekonomi kita tidak bergerak,” kata Marius.

Marius menambahkan, dalam pertemuan itu Laiskodat menegaskan agar jangan terlalu takut dengan virus ini karena orang NTT terbiasa survive, meski dalam keadaan banyak keterbatasan.

Meski demikian, jelasnya, perhatian khusus tetap diberikan kepada kelompok rentan, yakni para lanjut usia dan bayi yang imun tubuhnya belum kuat, yang oleh para ahli dianggap paling rawan terkena virus.

Selain itu, jelas Jelamu, Laiskodat juga berharap agar para bupati dan walikota juga tidak hanya serius menyikapi Covid-19, tetapi juga penyakit lainnya, seperti demam berdarah dan malaria yang banyak diderita warga NTT.

ARL/FLORESA

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Bicara Tuntutan Nakes Non-ASN, Bupati Manggarai Singgung Soal Elektabilitas, Klaim Tidak Akan Teken Perpanjangan Kontrak

Herybertus G.L. Nabit bilang “saya lagi mau menaikkan elektabilitas dengan ‘ribut-ribut.’”

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek