Lewat Video, Pemuda di Labuan Bajo Kisahkan Pemukulan oleh Polisi

Floresa.co – Dengan muka yang masih berdarah, seorang pemuda di Labuan Bajo, berbicara dalam sebuah video yang kemudian viral, di mana ia mengisahkan pemukulan yang ia dan teman-temannya alami pada Sabtu malam, 11 April 2020.

Pemuda itu, yang diketahui bernama Edo Mense mengatakan, mereka dipukul anggota Polres Mabar karena dianggap tidak mengindahkan larangan untuk berkumpul demi mencegah penyebaran Covid-19.

Akibat pemukulan itu, setidaknya tiga pemuda mengalami luka parah di bagian wajah dan kepala bagian belakang, yang foto dan videonya diperoleh oleh Floresa.co, Minggu, 12 April.

Dalam video itu, Edo, yang mengaku berdomisili di Labuan Bajo mengatakan, peristiwa itu terjadi ketika pada Sabtu malam mereka berkumpul di salah satu tempat kuliner bernama Pendopo.

Edo mengaku datang ke tempat itu menemui rekan-rekannya yang baru pulang dari Bali. Teman-temannya itu, kata dia, tidak mendapat tempat penginapan sebelum menuju ke kampung mereka masing-masing. Keluarga mereka di Labuan Bajo disebut menolak kehadiran mereka.

Saat mereka berkumpul di Pendopo itu, jelas Edo, datang sejumlah polisi, meminta mereka bubar. Sembari meminta demikian, klaim Edo, polisi memaki mereka, yang membuat ia berusaha menegur polisi-polisi itu.

“Saya bilang, jadi polisi itu punya etika,” katanya dalam video berdurasi 5 menit 10 detik itu.

Ia mengaku sudah menjelaskan kepada polisi alasan mereka berada di lokasi itu, yakni karena tidak punya tempat untuk menginap.

Setelah itu, kata Edo, ada perdebatan yang sangat panjang. “Tiba-tiba, salah seorang polisi mendorong saya. Dari situlah konflik itu terjadi. Kami diintimidasi,” katanya.

Edo menjelaskan, setelah peristiwa itu, mereka diantar ke kantor Polres Mabar, di mana di sana mereka kembali dipukul.

Ia menjelaskan, di Polres Mabar mereka meminta polisi menjelaskan jalan keluar untuk mereka.

“Kami menunggu sekitar dua jam di Polres. Kami ngotot, tolong diberikan keputusan. Seandainya dikarantina, kami terima,” katanya.

Polisi, kata dia, kemudian memutuskan bahwa mereka dibawa ke lokasi karantina milik Pemda Mabar, yaitu di kantor bupati. Setelah diantar ke sana, jelasnya, di sana tidak ada persiapan dan hanya ada satu petugas yang berjaga.

“Yang paling lucunya, Polres dan Pemda (kemudian) memberi keputusan bahwa kami dikembalikan ke tempat semula, di tempat konflik ini terjadi, “ katanya.

Ia pun mempertanyakan keputusan itu. “Kami mendapatkan luka-luka seperti ini, tapi tidak ada jalan keluar yang tepat. Kami malah dikembalikan ke Pendopo,” kata Edo.

Dalam video itu, ia mengakhirnya dengan mengajukan pertanyaan kepada Presiden Joko Widodo, Kapolri dan Panglima TNI.

“Kira-kira seperti inikah tindakan yang dilakukan oleh polisi ketika menangani Covid-19?” kata Edo. “Apakah dengan cara mengintimdasi? Saya hanya butuh kejelasan dari bapak-bapak. Ketika ini arahan dari bapak, tidak apa-apa, kami akan terima ini,” katanya.

“Saya mohon kepada Bapak Jokowi, tolong cari jalan keluar buat kami, karena kami sudah berdarah-darah,” tambahnya.

Video itu dan foto-foto pemuda yang mengalami luka parah kini telah beredar luas di media sosial, terutama Whats App dan Facebook. Sejumlah akun Youtube juga sudah mengunggah videonya.

Sementara itu, keluarga para pemuda itu menyatakan tidak bisa menerima pemukulan itu dan berusaha menempuh proses hukum.

Ladis Jeharum, salah satu anggota keluarga yang mendampingi para pemuda itu mengatakan, polisi juga menyita HP salah seorang pemuda yang saat kejadian berusaha merekam.

Pada Minggu pagi, Edo dan rekan-rekannya telah mendatangi Puskesmas Labuan Bajo untuk meminta visum. Namun, mereka ditolak oleh pihak Puskesmas dan diminta untuk datang dengan polisi jika melakukan visum.

“Puskesmas tolak (visum), mesti dikawal polisi,” kata Cypri Mense, ayah Edo.

Karena itu, mereka pun mendatangi Polres Mabar untuk meminta pendampingan.

Namun, setibanya di Polres, mereka justru kembali diinterogasi dari pukul 10.00 Wita dan baru keluar pada pukul 17.00 Wita.

Cypri mengatakan, pihaknya sangat mengharapkan agar masalah ini dapat diselesaikan secara tuntas, sesuai prosedur yang berlaku.

Ia mempertanyakan aksi pemulukan itu.  “Apakah ke depannya, bila terjadi kumpul-kumpul, pencegahan langsung dengan tindakan seperti itu?” katanya.

Floresa.co telah berusaha mengonfirmasi ke Polres Mabar soal peristiwa ini.

Pada Minggu siang kemudian dikabarkan bahwa ada konferensi pers terkait masalah ini pada sore hari. Namun, saat Floresa.co tiba di Polres, polisi mengatakan, konferensi pers itu dibatalkan.

GABRIN/ARJ/FLORESA

Update: Baca di sini penjelasan dari Kapolres Mabar, AKBP Handoyo Santoso

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini