HUT RI ke-74 di Maumere, Momen Memerdekakan Petani 

Maumere, Floresa.co – Ada yang unik dan menarik dalam memeringati hari ulang tahun (HUT) ke- 74 RI di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, Sabtu, 17 Agustus 2019.

Tepatnya di Dusun Rotat, Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, upacara bendera digelar di halaman gedung Koperasi Kredit Primer Nasional Pintu Air, diikuti para petani di daerah itu.

Upacara dimulai pukul 09.00 hingga 10.00. Walaupun suasana cukup panas, namun, di bawah terik matahari, semangat anggota koperasi kredit itu, para petani, dan awak media mengikuti upacara bendera tidak surut.

“Peristiwa hari ini adalah mengenang kembali mengenang HUT ke-74 RI. Hari ini adalah moment pertama kita merdeka. Merdeka dalam arti memerdekan nelayan, tani, ternak, dan buruh,” ungkap Ketua Kopdit Primer Nasional Pintu Air Maumere, Yakobus Jano saat menggelar konferensi pers usai upacara bendera HUT RI.

Ia mengatakan, khusus di HUT RI ke-74 tahun 2019, Kopdit Pintu Air membeli minyak kelapa langsung dari para petani yang ada di Maumere. Hal itu dilakukan, karena selama ini para petani kelapa terbelenggu dengan harga-harga yang tidak memihak mereka.

Ia melanjutkan, harga kelapa yang merosot tentu sangat merendahkan martabat para petani kelapa. Dan para petani sudah lama terkungkung dalam penderitaan itu.

“Setiap minggu ribuan buah kelapa dikirim ke luar Flores. Semuanya dibeli dari petani dengan harga yang tidak rendah. Sama sekali menyengsarakan para petani,” terang Yakobus.

Berangkat dari itu, Kopdit Primer Nasional Pintu Air mengembangkan sektor riil pada pengolahan dan produksi buah kelapa. Kopdit Pintu Air akan menjadikan minyak goreng kelapa sebagai produk lokal yang unggul  dan berdaya saing di NTT.

“Masyarakat petani kelapa akan berdayakan kembali dengan melakukan pengolahan buah kelapa menjadi minyak kelapa mentah/crude coconut oil. Minyak kelapa mentah dari warga tersebut selanjutnya akan dibeli dan diolah kembali oleh manajemen Kopdit Pintu Air menjadi minyak kelapa bermutu tinggi.”

“Setelah itu didistribusikan kembali sebagai sumber kebutuhan minyak goreng di tengah masyarakat di Sikka dan Flores umumnya,” jelas Yakobus.

Sementara itu, Mikael John Abo salah seorang petani kelapa asal Desa Nitakloang mengatakan, sebagai petani kelapa dirinya memaknai HUT ke-74 RI dengan bersyukur.

Menurutnya, di HUT ke-74 RI merasa merdeka ketika harga komoditi kelapa bisa dibeli dengan harga yang layak.

“Selama ini harga kelapa selalu rendah. Bahkan hari ini harganya Rp4 ribu per kilogram. Ini yang membuat kami para petani terbelenggu. Selama ini, sesungguhnya kami belum merdeka. Kami dijajah para tengkulak. Tetapi, itu terpaksa kami lakukan demi menyambung hidup keluarga,” tutur Mikael.

Ia mengungkapkan, di HUT ke-74 RI, para petani mendapatkan angin segar karena kelapa akan dibeli dengan harga yang layak.

“Kami merasa bersyukur, kali ini minyak kelapa mentah dibeli dengan harga Rp12 ribu per kilogram. Hari ini kami merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Kami merasa jerih payah petani dihargai,” ungkapnya.

“Kami yakin, mulai hari para petani kelapa merdeka dan akan merdeka terus,” sambungnya.

NN/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Bicara Tuntutan Nakes Non-ASN, Bupati Manggarai Singgung Soal Elektabilitas, Klaim Tidak Akan Teken Perpanjangan Kontrak

Herybertus G.L. Nabit bilang “saya lagi mau menaikkan elektabilitas dengan ‘ribut-ribut.’”

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek