Kepada Tim Terpadu, Anak-anak Komodo Menitipkan Surat Kepada Presiden Joko Widodo

Labuan Bajo, Floresa.coKedatangan Tim Terpadu Dalam Rangka Pengkajian Pengelolaan Taman Nasional Komodo Sebagai Kawasan Tujuan Wisata Alam Ekslusif (Timdu atau Tim Terpadu) di Kampung Komodo (15/08/19) tidak hanya disambut orang dewasa. Anak-anak juga tampak bergabung bersama orang dewasa. Mereka bahkan menuliskan surat kepada Presiden Joko Widodo.

Pantauan Floresa.co, sebelum kedatangan tim tampak anak-anak berebutan menandatangani surat yang mereka tulis. Di tengah-tengah aksi damai yang dilakukan warga, mereka diberi kesempatan untuk membacakan surat itu, sebelum diserahkan kepada Tim Terpadu.

Berikut petikan surat tersebut;

“Kepada yang kami cintai

Presiden Republik Indonesia,

Bapak Joko Widodo 

Kami anak-anak Kampung Komodo mau menyampaikan kepada Bapak Presiden bahwa kami sedang takut dan gelisah karena rencana Pemerintah untuk memindahkan kami dan orang tua kami keluar dari Pulau Komodo. Saat ini pendidikan kami terganggu dan orang tua kami terancam kehilangan mata pencarian untuk biaya pendidikan kami. Karena itu kami meminta Bapak Presiden untuk turun tangan  menyelamatkan pendidikan dan masa depat kami, Ata Modo.

Terima kasih atas perhatian Bapak Presiden

Salam hormat dari kami anak-anak Pulau Komodo

Setelah dibacakan, surat itu kemudian serahkan kepada Tim Terpadu dengan pesan untuk disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

Baca Juga:Warga Komodo Sambut Kedatangan Tim Terpadu dengan Aksi Unjuk Rasa

Tim Terpadu ini datang mengunjugi Pulau Komodo sebagai bagian dari agenda untuk mengkaji Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Komodo sebagai Kawasan Wisata Ekslusif. Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Pulau Rinca 11 Juli 2019 mengumumkan bahwa kawasan TNK akan diatur ulang, “mana yang konservasi, dan mana yang untuk turis”.

Selain itu Gubernur NTT Viktor Laiskodat berkali-kali mengumumkan bahwa dalam rangka pengelolaan Komodo sebagai kawasan wisata premium, Pulau Komodo akan ditutup untuk ditata selama setahun, sebelum dibuka lagi sebagai kawasan wisata berbayar minimal 500 Dollar Amerika Serikat. Dia juga mengumukan bahwa warga Komodo dan tempat usaha mereka akan dipindahkan ke Pulau lain. Dia juga menyebutkan mereka sebagai “penduduk liar” yang harus dipindahkan dari kawasan.

Dalam aksi damai yang mereka lakukan saat menyambut kedatangan Tim Terpadu, warga Komodo menegaskan menolak untuk dipindahkan dan menuntut Pemerintah mengakui hak asasi mereka untuk hidup di tanah leluhur mereka. Mereka juga mengkritik konsep pariwisata yang menggusur masyarakat setempat demi kepentingan investasi.

CPD/ARJ/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Bicara Tuntutan Nakes Non-ASN, Bupati Manggarai Singgung Soal Elektabilitas, Klaim Tidak Akan Teken Perpanjangan Kontrak

Herybertus G.L. Nabit bilang “saya lagi mau menaikkan elektabilitas dengan ‘ribut-ribut.’”

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek