Hingga Akhir Januari 2019, Penderita DBD di Mabar Terus Bertambah

Labuan Bajo, Floresa.co – Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mengalami peningkatan.

Hingga Kamis, 24 Januari 2018, tercatat 271 pasien, demikian data yang dihimpun Floresa.co, dari Posko Darurat Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD, Jumat, 25 Januari.

Kepala Pelaksana Penanggulangan Bencana DBD, Dominikus Hawan mengatakan, pihaknya terus mengambil langkah preventif, terutama melakukan fogging.

“Sekarang kita lakukan fogging fokus. Fogging fokus itu menyasar wilayah dengan pasien DBD terbanyak,” terangnya. 

Menurutnya, daerah dengan terbanyak ialah Kecamatan Komodo dengan jumlah penderita 157 orang. Lalu, diikuti Kecamatan Boleng dengan jumlah penderita 20.

“Foggingnya prioritas di dua wilayah ini. Dan, di Kecamatan Boleng, Kamis, 25 Januari kemarin fogging tahap kedua di Desa Sepang, Desa Golo Sepang, dan Desa Leka Turi,” katanya.

Selain kedua kecamatan tersebut, penyebaran penderita DBD juga menyebar di kecamatan lain seperti Kecamatan Mbeliling yang sudah mencapai 13 orang, Kecamatan Lembor 3 orang, Lembor Selatan 1 orang, Sano Nggoang 4 orang, Macang Pacar 3 orang serta Kecamatan Welak 1 orang.

Dominikus menjelaskan, di kecamatan-kecamatan dengan jumlah penderita sedikit, bukan berarti dikategorikan aman dari DBD. Pasalnya, kondisi lingkungan sangat tidak mendukung untuk menangkal peyebaran DBD.

BACA JUGA: Fenomena Demam Berdarah Dengue di Labuan Bajo

Sementara, berdasarkan kelompok umur, penderita masih didominasi oleh kelompok umur 15-44 tahun dengan porsentase 44%. Lalu, diikuti yang berusia 10 -14 tahun sebesar 21%, 1- 4 tahun 18% serta 5-9 tahun sebesar 15%.

Data ini dihimpun dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Komodo dan Puskesmas Labuan Bajo. Sedangkan dari RS Siloam, hingga saat ini tidak melaporkan data-datanya kepada Posko Darurat KLB DBD.

Lebih lanjut terang Dominikus, pihaknya juga tengah berupaya agar fogging bisa menyasar di seluruh wilayah Mabar.

Dinas kesehatan sudah melatih tenaga sanitarian yang diambil dari pegawai dari setiap Puskemas di seluruh wilayah kabupaten itu untuk menjadi tenaga fogging.

“Supaya tenaga yang sudah dilatih di masing-masing Puskesmas melakukan fogging di wilayah tugas masing-masing,” terangnya.

Dominikus berharap, langkah-langkah yang sudah diambil bisa mengurangi penderita.

“Kita ingin agar penderita berkurang dan pasien mendapat pelayanan yang baik. Karena ukuran keberhasilannya itu ialah berkurangnya pasien dari tempat yang kita fogging,” jelasnya.

“Saya selalu berusaha untuk setiap kali selesi fogging, ada evaluasi,” tambahnya.

Kendala

Namun, kata Dominikus, sejumlah kendala teknis masih sering terjadi selama proses penanganan. Diantaranya, keterbatasan alat fogging serta operatornya. Pasalnya, saat ini alat fogging baru mencapai belasan unit.

“Kompetensi operator menjadi kendala. Pas alat-alat fogging itu macet, dilepas. Akhirnya kita harus cari lagi teknisi,” katanya.

BACA JUGA: Wabah DBD Melanda Mabar: 5 Meninggal, Ratusan Sedang Dirawat

Sementara, Sekertaris Dinas Kesehatan Frans Selatan mengatakan, kendala lain yang mereka hadapi ialah koordinasi antar pihak-pihak yang bertanggung jawab menangani persoalan ini.

“Komunikasi tidak efektif antara posko DBD dengan dinas kesehatan,” terangnya.

Frans yang baru seminggu menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan itu mengakui, kelambanan dinas kesehatan dalam memantau, mendata serta memberikan laporan terkait dengan perkembangan kasus DBD.

“Tenaga surveilans secara periodik tidak berjalan dengan baik. Mereka seharunya berkerja untuk untuk melaporkan perkembangan nyamuk, jentik, dan lain-lain,” katanya.

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan

“(Dan) selama ini saya kurang konsentrasi di sini, di dinas kesehatan masih kehilangan panduan soal kebijakan. Saya baru satu minggu jadi Plt Kadis. Dalam satu minggu ini, masih mencari bentuk,” ujarnya.

Saat ini mantan Kepala Dinas Kesehatan Imaculata Veronika Djelulut sudah dirotasi menjadi staff ahli Bupati Gusti Dula.

“Hal ini bukan disengaja, tetapi ke depan kami tetap perbaiki. Kami bekerja sejauh yang kami mampu dalam konteks regulasi, ketentuan juknis,” tegasnya.

Dominikus menambahkan, pihaknya teteap mengupayakan pelayanan terbaik sehingga bisa menurunkan jumlah korban DBD.

“(Dan) hingga hari ini, jumlah penderita yang sudah sembuh 249 orang,” tutupnya Dominikus.

Peningkatan jumlah penderita penyakit yang dipicu gigitan nyamuk aedes betina ini mulai terjadi pada September 2018 tahun lalu.

Menurut Dominikus pada September, jumlah penderita tercatat 20 orang. Bulan berikutnya, terjadi peningkatan lebih dari dua kali lipat menjadi 43 orang.

Lonjakan drastis terjadi pada November menjadi 157 orang, lalu kembali meningkat menjadi 226 orang pada Desember.

Dengan demikian, total korban dari bulan September hingga Desember 2018 adalah 544 orang, di mana lima di antaranya meninggal dunia. Sedangkan, hingga 24 Januari 2019, belum ada korban yang meninggal.

ARJ/Floresa

spot_img

Artikel Terkini