Wabah DBD Melanda Mabar: 5 Meninggal, Ratusan Sedang Dirawat

Labuan Bajo, Floresa.co – Penyakit demam berdarah dengue sedang melanda wilayah Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan tercatat sebagai daerah dengan jumlah kasus meninggal paling banyak.

Hingga Senin, 14 Januari 2019, menurut data resmi dari Pemkab Mabar, total korban yang meninggal dunia adalah lima orang, sementara ratusan masih dirawat di rumah sakit dan Puskesmas.

Peningkatan jumlah penderita penyakit yang dipicu gigitan nyamuk aedes betina ini mulai terjadi pada September tahun lalu.

Menurut Kepala Pelaksana Penanggulangan Bencana DBD, Dominikus Hawan, pada September, jumlah penderita tercatat 20 orang.

Bulan berikutnya, terjadi peningkatan lebih dari dua kali lipat menjadi 43 orang.

Lonjakan drastis terjadi pada November menjadi 157 orang, lalu kembali meningkat menjadi 226 orang pada Desember.

Dengan demikian, total korban dari bulan September hingga Desember adalah 544 orang, di mana lima di antaranya meninggal dunia.

Jumlah penderita dipastikan masih akan terus meningkat. Untuk bulan ini, per Senin, 14 Januari 2019 tercatat sudah ada 147 orang korban. Pada Senin, ada 10 pasien baru.

Data-data ini, menurut Dominikus, adalah yang diperoleh oleh tim dari RSUD Komodo dan Puskesmas Labuan Bajo, belum termasuk dari Rumah Sakit Siloam

Dominikus menjelaskan, proses penanggulangan DBD tengah berjalan dan Pemda sudah membuat posko penganggulangan. 

Langkah itu merupakan tindak lanjut pasca dikeluarkannya SK Bupati Mabar pada 29 Desember tentang penetapan status darurat demam berdarah yang diikuti dengan SK berikutnya pada 31 Desember tentang pembentukan satuan tugas dan tim sekertariat untuk penanggulagan wabah ini, yang sudah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Langkah yang kita ambil sejauh ini adalah abitasi, yakni mendistribusikan abate pembasmi jentik nyamuk,” kata Dominikus kepada Floresa.co.

Selain itu, jelasnya, mereka juga melakukan fogging atau pengasapan, yang disebutnya cukup ampuh.

Ia mengatakan, di  tempat-tempat yang sudah difogging, jumlah penderita DBD-nya menurun. 

Di Kecamatan Komodo, menurut Dominikus,  operasi fogging sudah berjalan 7 hari, yakni di daerah Batu Cermin, Wae Klambu, Kelurahan Labuan Bajo dan Gorontalo.

Sedangkan Desa Golo Bilas, kata dia, dijadwalkan akan berlangsung pada hari ini, Selasa, 15 Januari.

Fogging juga dilakukan di Kecamatan Boleng, yang sudah memasuki hari kelima.

Namun, jelas Dominikus, masih terdapat sejumlah kendala yang dihadapi oleh tim antara lain kebutuhan alat-alat fogging yang terbatas.

“Di Kementerian Kesehatan pun dikabarkan habis,” katanya. 

Selain itu, tambah Dominikus, tingkah masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungan juga menjadi kendala lain.

“Sampah-sampah gelas plastik bekas minuman bertebaran di rumah penduduk dan itu tempat bersarang nyamuk karena jentiknya bisa berkembang di situ,” jelasnya.

BACA JUGA: Fenomena Demam Berdarah Dengue di Labuan Bajo

Berdasarkan SK yang dikeluarkan Bupati Dula pembiayaan perawatan untuk korban DBD ditanggung oleh Pemda Mabar.

“Jumlah dana yang dikuncurkan yakni Rp1.944.257.184 dari APBD,” katanya.

Terjadi di Seluruh Indonesia

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), wabah DBDB saat ini terjadi di 22 provinsi, di mana sejumlah Daerah sudah menetapkannya sebagai KLB dan salah satunya adalah Mabar.

Jumlah korban yang meninggal di Mabar tecatat sebagai yang paling banyak di banding dengan di daerah lain, yang rata-rata 1-2 orang.

Daerah lain yang sudah menetapkannya sebagai KLB adalah Kabupaten Kapuas dan Kota Manado.

Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik mengklaim, KLB ini sudah ditanggulangi oleh tim gerak cepat Kemenkes bersama dinas kesehatan propinsi setempat.

”Kemenkes juga sudah melakukan penyelidikan sumber penularan DBD dan sudah dilakukan langkah stop penularan DBD agar KLB tidak meluas,” katanya dalam pernyataan resmi, Jumat, 11 Januari 2018.

Selain itu, pencegahan juga didorong dilakukan oleh masyarakat dengan 3M+, yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas.

”Plusnya kita menggunakan ikan pemakan jentik. Jadi, apabila di dalam rumah ada tanaman berisikan air, nah air itu juga bisa menjadi tempat berkembangbiak jentik nyamuk penyebab demam berdarah. Sebaiknya disana ada ikan pemakan jentik nyamuk,” kata Nadia.

”Penting kita memutuskan rantai penularan mulai nyamuk pradewasa sampai nyamuk dewasa. Langkahnya dengan 3M+ tadi dan jangan sampai ada genangan air di lingkungan tempat tinggal kita,” kata dr. Nadia.

ARL/Floresa

spot_img

Artikel Terkini