Lawan Perdagangan Manusia, Suster: Jangan Mudah Tergiur Tawaran Calo

Floresa.coMaraknya kasus buruh migran asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menjadi korban kejahatan perdagangan orang (human trafficking), di mana sebagiannya kemudian meninggal di tempat kerja mesti menjadi perhatian serius banyak pihak, demikian kata seorang suster yang selama ini aktif dalam kampanye publik melawan persoalan ini.

Dalam kegiatan sosialisasi di Desa Galang, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat, Sabtu, 17 Maret 2018, Sr Maria Yosephina Pahlawati, SSpS dari Rumah Perlindungan Perempuan Labuan Bajo meminta masyarakat untuk tidak tergiur dengan tawaran para calo, yang diiming-imingi gaji yang tinggi.

“Kerja di luar negeri itu kerja (di perkebunan) kelapa sawit dan buruh kasar. Kalau tidak memiliki kompetensi, jangan mudah tergiur tawaran calo,” katanya.

Ia menjelaskan, dirinya tidak melarang siapapun untuk menjadi TKI. Namun, yang mesti diperhatikan, jelasnya, harus sesuai mekanisme yang benar.

“Dan juga yang paling penting harus memiliki keterampilan, sehingga tidak diperbudak,” katanya.

Ia menjelaskan, para calo memiliki banyak trik dan biasanya menyasar kelompok rentan, seperti sejumlah kasus yang mereka tangani dengan korban kebanyakan dari Manggarai Timur.

“Para calo merekrut tenaga kerja di bawah umur, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa membaca,” katanya.

“Modusnya, calo merayu orang tua korban dengan uang dan membujuk anak mereka kerja di luar negeri dengan gaji yang fantastis. Dokumen mereka dipalsukan oleh oknum di desa,” tambahnya.

Menurut Sr Yosefina, belakangan ini ada lima orang warga Matim yang berhasil dicegah berangkat ke luar negeri

“Pas kita tanya para korban, mereka menjawab dengan lugu, (ingin berangkat) karena ditawari bekerja dengan gaji tinggi. Lalu, ketika ditanya, bagaimana kalian bisa mengurus dokumen, mereka menjawab tidak tahu,” jelasnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan informasi yang dihimpunnya, untuk anak-anak di bawah umur, biasanya ditampung terlebih dahulu di Jakarta sebelum dikirim ke luar negeri, sementara yang usia dewasa langsung dikirim.

Sr Yosefina juga menghimbau kepada kaum ibu-ibu untuk melakukan cek kesehatan bagi suami mereka yang pulang dari tanah rantau.

“Kalau suami pulang, jangan langsung ucap, ‘selamat datang papa’. Ajak terlebih dahulu agar ia cek kesehatan,” tegasnya.

“Ini untuk mencegah terjadinya penyakit HIV/AIDS yang marak terjadi belakangan ini,” ujarnya.

Sr Yosefina juga menghimbau kepada kaum pria untuk tidak melakukan  kekerasan terhadap perempuan dan anak.

“Kalau ada KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) dan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, jangan takut melapor ke penegak hukum atau kepada kami,” tegasnya.

Sementara itu kepada siswa/siswi SMAK Welak yang hadir pada kegiatan itu, ia berpesan untuk menjaga diri baik-baik dan tidak mudah tergiur ajakan orang yang berniat jahat melalui media sosial.

“Gunakan waktu untuk belajar, termasuk mengasah diri agar memiliki ketrampilan. Jaga diri baik-baik, agar tidak menyesal di kemudian hari,” jelasnya.

“Selama ini sudah banyak contoh kasus korban (yang bermula) dari pekenalan di medsos dan berujung pada pemerkosaan atau pelecehan seksual,” jelasnya.

Di akhir acara, ia berpesan kepada warga Welak untuk mengecek pekerjaan anak-anak mereka ketika mengirim uang dari tanah rantau.

“Jangan hanya terima saja uang dari mereka. Tanya, pekerjaan apa yang mereka geluti di luar sana,” tegasnya.

Kegiatan sosialiasi yang  dihadiri warga desa dan para siswa itu berlangsung atas kerja sama antara Persatuan Wartawan Manggarai Barat (PWMB) dengan Kepala Desa Galang dan seluruh perangkat desa, juga Rumah Perlindungan Perempuan Labuan Bajo.

Servan Mamilianus, Ketua PWMB mengatakan, tujuan kegiatan ini, selain menindaklanjuti beberapa item kegiatan Hari Ulang Tahun Pers pada 9 Maret lalu, juga sebagai aksi nyata para wartawan untuk melawan human trafficking.

Dengan kegiatan itu, kata dia, warga diharapkan makin mengenal persoalan human trafficking.

“Sudah banyak TKI asal NTT yang meninggal dunia dengan cara sadis. Hal itu karena minimnya pengetahuan calon TKI sebelum berangkat kerja ke luar negeri.” ujarnya.

Sementara itu, Ari Samsung, Kepala Desa Galang menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut dan berharap, semua pihak dengan caranya masing-masing memberi kontribusi untuk pembangunan desanya.

Ferdinand Ambo/ARL/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini