Resto: Kandas Jadi Imam, Sukses Jadi Pilot

Labuan Bajo, Floresa.co – Seminari merupakan sekolah khusus untuk pendidikan calon imam. Karena itu, siapapun remaja yang mengenyam pendidikan di lembaga itu hampir pasti memiliki impian sama: suatu saat bisa berdiri di altar, mengenakan jubah.

Cita-cita demikian juga pernah muncul dalam diri Resto Thomas Aquino Jehabut, nama yang kini menjadi buah bibir setelah ia lulus kuliah pilot di usia 17 tahun. Predikat pilot termuda pun disandangnya, sekaligus pilot pertama untuk Kabupaten Manggarai Barat.

Tekad awal menjadi imam dirintis Resto dengan masuk ke SMP Seminari di Tuke, Bali. Meski kemudian dieliminasi di kelas dua karena mengaku terlalu nakal, ia kembali mengikuti seleksi masuk SMA Seminari St Petrus Klaver, Makassar. Ia pun menuntaskan pendidikan SMA di sekolah itu.

Kepada Floresa.co di Labuan Bajo, Senin, 23 Oktober 2017, Resto mengatakan, cita-cita menjadi imam muncul sejak kecil, terutama karena ia aktif sebagai misdinar di Timika, Papua, tempat keluarganya menetap.

Namun, seiring berjalannya waktu, impinannya itu pupus.

Ketika mendekati semester akhir di Seminari St Petrus, dirinya tidak lagi berminat melanjutkan pendidikan ke seminati tinggi.

Pilihannya adalah kuliah jurusan multimedia. Pengalaman sejak kelas 2 SMA bergelut dengan urusan pembuatan koran dan film di seminari menjadi faktor pemicu.

“Dari situlah makanya (saya) mau kuliah di bidang itu,” katanya.

Namun, masa depan Resto rupanya tidak di situ, karena tak lama kemudian terbersit dalam dirinya cita-cita tinggi menjadi pilot.

Resto mengatakan hal itu muncul dari rasa penasaran dengan apa yang ia saksikan saat naik pesawat.

“Saya selalu penasaran dengan orang yang menerbangkan pesawat,” katanya.

Rasa penasaran yang kemudian menjadi titik pijak awal menuju kursi pilot.

Memang, jelas dia, banyak yang beranggapan, sekolah pilot itu susah.

“Namun, saya memilih yang susah itu dan membulatkan tekat sekolah di penerbangan,” katanya.

Hal itu pun ia sampaikan ke orangtuanya. Namun, ayahnya, Kanisius Jehabut kaget luar biasa, karena merasa mustahil untuk merealisasikan cita-cita putranya itu.

Kesulitan ekonomi adalah tantangan paling pokok.

Namun, Kanisius kemudian menemukan jalan, yang ia sebut sebagai bagian dari rencana Tuhan, ketika ia bertemu dengan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Timi, Johannes Rettob, setelah Misa di salah satu gereja di Mimika.

Saat mengisahkan keinginginan anaknya itu, John ternyata langsung merespon baik dan berjanji mencarikan peluang untuk mewujudkan misi Resto.

Soal biaya, kata John, akan memanfaatkan dana  beasiswa dari APBD.

Pilihan John pun jatuh ke sekolah penerbangan, Genesa Flight Academy..

Di situlah, Resto rupanya menemukan tempat yang pas. Ketekunan dan keuletannya berubah manis.

Ia termasuk salah satu lulusan terbaik tahun ini di usianya yang terbilang sangat mudah. Ia pun langsung ditawar Ganesa, untuk bekerja bersama mereka, meski Resto kemudian lebih memilih mengabdi di Timika, dengan menandatangani kontrak selama 10 tahun bekerja untuk maskapai Asian One Air, milik Pemda.

Sebagai bentuk syukur atas prestasi itu, ia dan keluarganya hadir di Manggarai Barat, di kampung Mberata, Labuan Bajo.

Resto adalah putra pertama dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Kanisius Jehabut, warga asal Kampung Dahang, Kecamatan Kuwus dan Sisilia Yanti Pawara, kelahiran Toraja, Sulawesi.

Keluarga ayahnya berdiam di Mberata. Opanya sudah meninggal, hanya omanya yang kini masih hidup.

Di kampung itu, digelar pentas cari sejak Senin lalu hingga hari ini. Kemarin malam, digelar Misa syukur yang dipimpin Uskup Emeritus Mikhael Angkur OFM dan belasan imam.

Resto pun berpesan, meski tampak mustahil, namun setiap orang punya kesempatan untuk meraih cita-cita menjadi pilot.

“Mau kita dari Jawa, dari Flores atau dari Papua, asal punya kemauan dan semangat, tidak ada yang tidak bisa menduduki jabatan apa saja, termasuk menjadi pilot,” katanya.

Ferdinand Ambo/ARL/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.