Aktif Kampanye Terkait Kesehatan dan Human Trafficking, Putra NTT Raih Penghargaan Nasional

 

Floresa.co – Ronaldus Asto Dadut, Pemuda asal Tambolaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat penghargaan di tingkat nasional karena kontribusinya dalam bidang kesehatan dan kampanye melawan human trafficking.

Penghargaan “Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) 2017” yang diinisiasi oleh Astra Internasional diterimanya pada Rabu, 18 Oktober 2017, bersama dengan 6 pemuda lain yang berkontribusi besar dalam bidang pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan kelompok.

Dalam situs resmi Astra, dijelaskan bahwa keterlibatan Asto dalam kampanye bidang kesehatan dan melawan human traffficking dimulai ketika suatu hari pada 2014, saat kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Kupang, ia diminta seorang dosen dari Kampus Unwira Kupang untuk menjemput korban human trafficking yang telah disekap selama 3 bulan.

“Ia kaget mendapati 15 korban tersebut, kebanyakan perempuan, dalam keadaan depresi dan tidak terurus. Pada tahun itu juga, pria 25 tahun ini bersama teman-temannya mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba,” demikian menurut situs tersebut.

Sampai saat ini, bersama kelompok tersebut, Asto sudah memberikan berbagai penyuluhan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan sosialisasi pencegahan human trafficking.

“Sebanyak 2.889 anak mendapat pembekalan mengenai kebersihan dan kesehatan dan 5.307 orang dewasa sudah mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan praktik human trafficking. Ke depan, Asto ingin mendirikan rumah singgah bagi anak-anak di Nusa Tenggara Timur,” demikian menurut situs tersebut.

Mengomentari penghargaan tersebut, Asto, dalam postingan di akun Facebook-nya menyatakan berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya, termasuk relawan J-RUK Sumba.

Ia menyebut penghargaan yang diterimanya sebagai sebagai momen bersejarah.“Perjalanan kita masih panjang, beban yang diemban juga semakin bertambah. Tapi, dengan semangat kerja sama tim, kekuatan simpul jaringan orang muda dan berkat Tuhan yang selalu menyertai, kita terus ada dengan semangat dan kekompakan, untuk hidup yang lebih baik,” tulisnya.

Selain Asto, penerima penghargaan tahun ini adalah Triana Rahmawati  dari Surakarta, Jawa Tengah yang menunjukkan kepeduliannya terhadap orang dengan masalah kejiwaan di sekitar kampusnya.

Di bidang pendidikan, Astra memberikan penghargaan kepada Jamaluddin dari Gowa, Sulawesi Selatan karena kontribusinya mendorong kesadaran tentang pen­tingnya pendidikan dan literasi kepada para petani.

Di bidang lingkungan, penghargaan diberikan kepada Ritno Kurniawan dari Padang Pariaman, Sumatra Barat asta kontribusinya mencegah pembalakan liar dan mendorong ekowista Air Terjun Ngarai yang melibatkan masyarakat sebagi pemandu.

Sedangkan Anjani Sekar Arum dari Malang, Jawa Timur mendapatkan penghargaan di bidang kewirausahaan.  Ia mendirikan sanggar dan galeri batik Andaka di Kota Batu, Malang pada Agustus 2014. Mahasiswa Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang ini melatih anak-anak menjadi pembatik di sanggarnya dan hingga kini, sudah 58 anak yang belajar di sanggar itu, di mana 28 di antaranya menjadi pembatik aktif.

Di bidang teknologi, Bambang Sardi dari Palu, Sulawesi Tengah terpilih karena berhasil menciptakan metode baru pembuatan minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO). Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu, ini menggunakan metode fermentasi anaerob dan tidak menggunakan pemanasan dalam pembuatan VCO.

Pada kategori kelompok, Astra memberikan penghargaan kepada PPILAR dari Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Randi Putra Anom, Akri Erfianda dan Rego Damantara yang tergabung dalam PPILAR sejak 2016 mensosialisasikan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan dengan alat tradisional, Bubu, kepada nelayan Desa Rawa Makmur dan Arga Makmur.

Setiap penerima penghargaan ini menerima dana pengembangan kegiatan sebesar Rp 60 juta.

Emil Salim, Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia yang menjadi salah satu juri mengatakan, mereka memilih anak­-anak muda yang memiliki semangat me­nyala.

“Kami tidak mencari orang yang bekerja dengan biasa, tapi mencari tokoh-tokoh yang menginspirasi banyak orang karena kecintaannya terhadap pekerjaan­nya,” katanya.

ARL/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini