Geliat Klub Sepak Bola Kota Ruteng

Oleh: Evan Lahur


El Tari Memorial Cup tahun 2017 telah berakhir. Tuan rumah Perse Ende dinobatkan sebagai sang juara pasca kericuhan di Stadion Marilonga Ende. Di tulisan ini, penulis tidak ingin melanjutkan perbincangan hangat mengenai kericuhan yang terjadi.

Penulis lebih tertarik untuk mengulas pasca ETMC Ende 2017, lebih khusus pada tim Persim Manggarai. Di akhir gelaran ETMC Ende 2017, seluruh pecinta sepak bola Manggara sepakat, Persim Manggarai gagal total. Tak satu pun kemenangan yang diraih oleh kesebelasan Persim Manggarai. Namun, penulis tidak mengulas lebih jauh mengenai kegagalan Persim Manggarai. Penulis lebih tertarik untuk mengulas pasca kegagalan Persim Manggarai di ETMC Ende 2017 yang lalu.

Minim Klub Lokal

Dari sekian penyebab kegagalan Persim Manggarai, disinyalir karena kurangnya klub profesional pemasok pemain ke tim Persim Manggarai. Para pemain yang diseleksi berasal dari berbagai klub yang mati hidup dalam operasional pengelolannya. Klub-klub tersebut hadir di saat turnamen musiman semisal turnamen Paskah maupun turnamen 17 Agustus. Sehingga tak jarang, dalam daftar pemain yang diseleksi tak dilengkapi dengan asal klub pemain.

Ketiadaan klub ini akan memengaruhi beberapa faktor berikut di tubuh Persim Manggarai; pertama, tim pelatih akan kesulitan mengetahui kualitas pemain yang diseleksi. Kualitas yang dimaksud disini bisa berupa jumlah gol yang dicetak oleh striker, minimnya jumlah kebobolan kiper, jumlah assist bagi para gelandang serang maupun jumlah crossing sukses bagi para pemain sayap.

Kedua, lemahnya mental bertanding pemain karena mental bertanding akan dibentuk oleh kuantitas maupun kualitas pertandingan yang diikuti oleh setiap pemain seleksi. Semakin sering melaju ke babak gugur bahkan final, mental sang pemain pun perlahan mulai diasah.

Ketiga, persiapan tim pelatih karena tim pelatih akan mengalami kesulitan di tahap persiapan. Jarangnya para pemain berlatih di klubnya masing-masing mengharuskan tim pelatih melakukan persiapan dari awal sperti teknik dasar, fisik maupun mental bertanding. Hal ini tentu berpengaruh pada penyusunan program latihan tim pelatih. Sehingga tak jarang, pecinta sepak bola di Manggarai tidak akan mengetahui informasi mengenai indikator utama setiap pemain seleksi lolos menjadi tim kabupaten.

Bagi penulis, inilah hal yang dapat terjadi jika di tubuh Asosiasi Sepak Bola Kabupaten Manggarai belum memiliki klub profesional. Dari periode tahun 2008 hingga saat ini, penulis hanya mengetahui klub Liberty asal Karot Ruteng yang menjadi klub profesional di kota Ruteng. Indikator yang penulis gunakan pertama kepastian pendanaan klub, kedua regenerasi pemain yang selalu dijaga, ketiga aktif mengikuti berbagai turnamen di Manggarai Raya. Itulah Liberty meskipun menurut aturan PSSI dan FIFA, sebuah klub dikatakan profesional jika pertama memikili keuangan yang sehat, pembinaan usia muda yang terjamin maupun kepastian infrastruktur misalnya stadion. Untuk lingkup Manggarai Raya atau kota Ruteng, tiga indikator untuk klub sekelas Liberty sudah bisa mewakili penjelasan kata profesional klub Manggarai Raya.

Pelita Wae Palo FC mencoba Bergeliat

Kamis (17/7) Pelita Wae Palo FC berhasil keluar sebagai juara turnamen Anam Cup setelah mengandaskan perlawanan Nterlango FC 4-1 melalui babak adu penalti. Keikutsertaan di turnamen Anam Cup merupakan keikutsertaan Pelita Wae Palo FC yang pertama. Di kesempatan yang pertama ini, Pelita Wae Palo FC langsung menyabet gelar juara. Hal ini tentu menjadi angin segar di tengah harapan kita akan kehadiran sebuah klub sepak bola profesional di Kota Ruteng.

Menuju harapan ini, beberapa poin berikut menjadi masukan yang sangat berharga bagi klub Pelita Wae Palo. Pertama, hendaknya momentum juara di Anam cup bisa dijaga dalam beberapa pekan ke depan. Pelita Wae Palo FC hendaknya bisa menjaga momentum juara dengan merencanakan agenda kegiatan apa yang akan dilakukan pasca turnamen Anam Cup. Bisa saja dengan mencanangkan program latihan rutin bersama yang menyasar latihan teknik, fisik maupun pemberian materi sepak bola. Program sederhana ini bisa dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah disepakati misalnya pemberian materi setiap Jumat malam di Minggu Kesatu dan Ketiga. Di hari Sabtu sore Minggu Kesatu dan Ketiga dilanjutkan dengan program latihan teknik dan fisik. Kemudian di hari Sabtu Minggu keempat bisa digunakan untuk latihan tanding melawan klub lawan. Program ini dimaksudkan untuk menjaga momentum juara tadi pada sisi kebersamaan, kerja sama, kesatuan pikir dan hati antar pemain maupun teknik-teknik dasar sepak bola.

Kedua, mulai memikirkan kepengurusan klub yang ideal. Artinya ada Ketua Umum, Manajer, Tim Pelatih, maupun seksi-seksi yang berkaitan dengan operasional klub. Hal ini penting agar roda perjalanan klub dapat digerakan oleh orangnya masing-masing sesuai tugas dan tanggung jawab yang telah diatur bersama. Hal ini penting agar Pelita Wae Palo FC lebih dari sekadar klub yang mati suri. Salah satu hal pembedanya ialah pada struktur kepengurusan.

Ketiga, klub Pelita Wae Palo hendaknya mulai memikirkan sektor keuangan klub. Sektor keuangan ini merupakan sektor paling vital dalam pengelolaan sebuah klub. Penulis menganjurkan beberapa pintu masuk sektor ini yakni melalui sumbangan dari para donatur misalnya orang tua di wilayah Wae Palo, usaha dana semisalnya menjual koran-koran bekas, menjual kardus-kardus bekas, menjual bahan makanan rumahan misalnya kolak atau pun usaha dana yang bahan baku dan pembeli mudah didapat dan dijumpai. Catatan mengenai usaha dana ini ialah satu pintu yakni perencanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban. Selain itu juga prinsip keterbukaan melalui laporan setiap akhir bulan kepada para donatur maupun warga Wae Palo.

Keempat, mulai memikirkan regenerasi pemain di setiap kelompok umur. Untuk tahapan pertama hendaknya dibuat kelompok umur U-19. Di turnamen Anam Cup kali lalu, di Pelita Wae Palo FC tercatat beberapa pemain muda mulai merasakan atmosfer turnamen seperti Kevin Durman (16 Tahun) maupun Evan Setu (16 Tahun). Hal ini tentu baik adanya tinggal dilengkapi dengan beberapa pemain yang berasal dari asrama-asrama putra tingkat SMP dan SMA yang berada di kompleks Wae Palo.

Kelima, mulai melakukan inovasi baru terkait data statistik pemain. Ide ini sudah sering dilakukan oleh klub-klub Eropa dalam berbagai keperluan misalnya analisis kemampuan per pemain, analisis pertandingan, keperluan transfer pemain maupun dalam pengambilan keputusan-keputusan penting. Data statistik di persepakbolaan Manggarai tentu belum digunakan. Namun Pelita Wae Palo FC bisa melakukan dengan beberapa indikator misalnya jumlah passing sukses maupun gagal setiap pemain, umpan crossing pemain sayap, tackle pemain bertahan, jumlah gol setiap pemain, pelanggaran setiap pemain maupun catatan demi catatan untuk keperluan data statistik.  Penerapan hal ini tentu butuh lebih dari satu orang dengan kemampuan statistik yang mumpuni. Bagi penulis hal ini patut dicoba untuk kemudian dapat digunakan dalam pengambilan keputusan penting semisal penentuan starter di setiap pertandingan.

Lima masukan sederhana ini setidaknya dapat menjadi masukan berharga bagi klub juara Anam Cup 2017 Pelita Wae Palo FC. Tidak perlu menunggu satu bulan menjelang diadakannya turnamen musiman baru Pelita Wae Palo FC mengumpulkan para pemain dan mulai berlatih. Akan tetapi ketika momentum juara Anam Cup dapat dijaga dengan mewujudkan beberapa pon tadi, penulis yakin Pelita Walo FC akan dikenal sebagai klub profesional di kota Ruteng maupun Manggarai. Lebih dari pada itu, pengelolaan Persim Manggarai akan semakin mudah dengan kehadiran klub-klub seperti Pelita Wae Palo FC.

Mari melakukan investasi mulai dari sekarang. Klub sepak bola bukan sekadar pembinaan pemain sepak bola, namun di klub sepak bola ada begitu banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik selama berproses bersama. Ini tantangang untuk klub Pelita Wae Palo, apakah pelita (dalam artian lampu bernyala) akan perlahan mati ataukah mulai terus dinyalakan dari sekarang dengan aktivitas ala klub bola profesional? Para pembaca dan pecinta sepak bola Manggara menjadi saksi usaha klub Pelita Wae Palo berproses menjadi lebih dari sekadar klub.

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Pemerintahan Desa STPMD “APMD” Yogyakarta

 

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.