Ignas Iryanto Dorong Masyarakat NTT Buka Jasa Penginapan untuk Wisatawan

Floresa.co – Sektor pariwisata di Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang berkembang. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari data kunjungan wisatawan ke daerah ini yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tahun 2016 lalu, berdasarkan data Dinas Pariwisata NTT, jumlah kunjungan wisatawan domestik mencapai 832.000, meningkat 88,66 persen dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 441.000 wisatawan.

Tren peningkatan juga terjadi pada kunjungan wisatawan asing atau mancanegara.

Pada tahun 2015, jumlahnya mencapai 60.000 orang dan meningkat sangat drastis menjadi 140.000 orang pada tahun 2016 atau meningkat 133,33%.

Tahun ini dan tahun-tahun mendatang jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan masifnya promosi yang dilakukan pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Presiden Joko Widodo, pada Februari 2017 lalu, dalam sebuah rapat terbatas di istana negara meminta Gubernur Frans Lebu Raya untuk serius mengembangkan sektor pariwisata karena bisa mendongkrak ekonomi NTT.

Nah, bagaimana agar masyarakat luas bisa menikmati dampak sektor pariwisata?

Ignatius Iryanto, salah satu tokoh NTT mendorong agar masyarakat tak sekedar menjadi penonon, tetapi ikut ambil bagian di dalamnya.

Menurut pria kelahiran Ende, Flores ini banyak bisnis yang bisa digeluti oleh masyarakat terkait pariwisata.

Sebut saja, kata dia, usaha katering, travel dan guide. Tetapi menurutnya, hal itu perlu kreatifitas agar bisa menemukan peluang-peluang yang belum digeluti  oleh orang lain.

Misalnya, di  lokasi-lokasi tertentu dimana kendaraan umum tak bisa jalan, bisa dijadikan spot wisata tradisional dimana transportasinya menggunakan kuda yang akan disewa oleh wisatawan.

Model seperti itu, menurutnya, unik dan masih jarang ditemukan sehingga banyak wisatawan tertarik.

“Nah, kreativitas seperti itu musti dibikin,” ujar Ignas kepada Floresa.co, Rabu 19 Juli 2017.

Selain itu, lanjut dia, hal lain yang bisa dikembangkan dengan model kreatif yaitu bisnis penginapan skala rumahan atau home stay. Menurutnya, bukan hanya backpaker dan turis dengan modal kecil yang memanfaatkan jasa-jasa penginapan sederhana.

Wisatawan dengan modal besar juga ingin menggunakan jasa-jasa penginapan tersebut sekedar untuk menikmati sentuhan alamiah di suatu daerah.

“Makanya, saya bilang, dibuat satu dua hotel mewah tidak menjadi masalah. Tetapi dibuat juga yang sederhana yang dikelola oleh masyarakat,” tandas bakal calon gubernur/wakil gubernur untuk  Pilkada NTT tahun 2018 ini.

Ia mencontohkan Labuan Bajo yang sekarang menjadi salah satu daerah pengembangan pariwisata di bawah pemerintahan Jokowi. Di wilayah pemukiman masyarakat, jelasnya, bisa dibuat penginapan-penginapan sederhana.

“Dia (warga) punya rumah, cukup dua kamar dirapikan, standar toilet juga dirapikan, kemudian disewakan ke turis yang datang. Itu menarik, karena banyak juga orang yang datang ingin tinggal  bersama keluarga,” jelasnya. 

Yang perlu dijaga bagi pengelola home stay, menurut Ignas, adalah standar sanitasi.

“Wisatawan sangat memperhatkan soal sanitasi ini.”

Dalam mengembangkan bisnis tersebut, lanjutnya, memang tak jarang  ada kendala modal awal.  Namun, menurut Ignas itu bukan hambatan yang tak ada jalan keluarnya. Kredit dari perbankan bisa menjadi solusi untuk atasi kendala modal ini.

“Kerja sama dengan Bank NTT misalnya. Bank memberi kredit. Jadi, banyak cara,” ujarnya. (Ario Jempau/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini