Catatan Perjalanan ke Taman Nasional Komodo

 

 Oleh: Peter Dabu

 Pada 23 Juni 2017 lalu, saya dan istri saya, Julian Avista Diaz, berkunjung ke Taman Nasional Komodo (TNK). Berangkat dari Labuan Bajo sekitar pukul 05.30 Wita, kami berbaur dengan sekitar tujuh wisatawan lainnya. Dari tujuh wisatawan lainnya ini, dua orang Indonesia dan lima lainnya turus asing.

Kami menumpangi sebuah kapal motor kecil. Rute perjalanan yang ditempuh adalah dari Pelabuan Pelni menuju Pulau Padar. Seperti wisatawan lainnya, tujuan ke Padar adalah mendaki ke puncaknya untuk bisa menikmati pesona  pulau gersang itu.

Perjalanan dengan kapal motor ke Padar membutuhkan waktu kurang lebih empat jam. Meski lama, tetapi rasanya tidak bosan selama perjalanan karena bisa menyaksikan pemandangangan pulau-pulau karang di kiri kanan di antara lautan yang jernih.

Setiba di Padar kami pun mendaki ke puncak Padar. Sayangnya tidak sampai ke puncak hanya separuh lebih perjalanan . Di Padar ini tidak ada pos penjagaan petugas padahal ini termasuk aera Taman Nasional. Para pengunjung pun begitu tiba di lokasi, langsung naik  ke puncak pulau ini. Oh ya, di pulai ini juga tak ada dermaga.

Setelah kurang lebih satu jam mendaki  Padar, perjalanan kami berlanjut ke Pulau Komodo. Pulau Padar dan Pulau Komodo adalah bagian dari TNK.

Wisatawan sedang bermain voli di Pink Beach (Foto: Julian Avista Diaz)

Sebelum ke Pulau Komodo, kami mampir sebentar di Pink Beach karena ada empat turis bule yang hendak ke Pink Beach. Mereka tidak ke Pulau Komodo. Mungkin sebelumnya sudah pernah ke situ. Di Pink Beach ini juga tidak ada dermaga. Wisatawan yang hendak ke pantai harus menumpangi kapal kecil yang disebut sebagai “Ojek”. Biayanya Rp 20.000 sekali naik.

Setelah menurunkan empat turus bule tersebut, perjalanan kami dilanjutkan ke Pulau Komodo. Di Pulau Komodo, kami turun di dermaga Loh Liang.

Butuh perjuangan yang tidak mudah untuk turun dari kapal ke dermaga ini. Harusnya, kapal bersandar di bagian depan dermaga. Kalau bersandar di bagian depan, tidak terlalu sulit untuk turun dari kapal.

Tetapi menurut nakodah kapal, arus sedang kuat sehingga kapal pun bersandar di samping dermaga. Penumpang pun harus memanjat tiang dermaga untuk sampai ke atas. Tidak mudah memanjat tiang dermaga, apalagi kapal yang ditumpangi selalu bergerak karena ombak.

Meski butuh perjuangan yang sulit, tetapi semua penumpang akhirnya berhasil naik ke dermaga. Kami pun menuju kantor penjaga di Loh Liang untuk membayar tiket masuk.

Karena kami dua orang, petugas yang jaga mengatakan total yang dibayar sebesar Rp 190.000. Sedikit kaget. Bukan karena tak ada uang untuk membayar sejumlah itu, tetapi karena sebelumnya di Labuan Bajo pemilik travel yang memfasilitasi perjalanan kami mengatakan pungutan masuk sebesar Rp 60.000.

Karena baru pertama kali ke Pulau Komodo, kami pun tidak bertanya banyak soal jumlah biaya tersebut. Beruntung petugas memberikan tanda bukti. Tetapi tidak langsung kami cek, karena di pintu sudah menunggu seorang ranger atau pawang Komodo yang akan menemani kami berjalan-jalan melihat binatang Komodo.

Sebelum memulai perjalanan, ranger menjelaskan bahwa saat ini agak susah untuk bertemu Komodo. Karena lagi musim kawin. Namun, dia berjanji akan tetap berusaha mencari Komodo.

Setelah berjalan beberapa meter, kami pun bertemu dengan seekor Komodo yang sudah tua. Badannya mengecil. Kata si ranger, seperti manusia, Komodo juga akan mengecil badannya bila sudah tua. Komodo tua itu tak banyak bergerak, hanya tidur saja, layaknya manusia yang sudah jompo.

Setelah saya memotret Komodo tua itu, perjalanan berlanjut. Sekitar 100-an meter kami bertemu seekor Komodo lainnya. Kata ranger-nya Komodo itu berjenis kelamin jantan. Di pandu ranger, kami berpose dengan Komodo itu.

Setelah foto-foto, ranger bertanya kepada kami, apakah masih mau meneruskan perjalanan “memburu” Komodo? Kami menjawab sudah cukup melihat dua ekor. Setidaknya kami sudah melihat dari dekat seperti apa wujud binatang Komodo ini. Saya sendiri memang agak takut berdekatan dengan Komodo. Mungkin truama karena membaca berita beberapa wisatawan yang digigit Komodo.

Karena kami bilang cukup, ranger pun kembali mengatar kami ke pos jaga di dekat dermaga. Tanpa didampingi ranger, kami memotret pemandangan yang ada, termasuk beberapa ekor rusa yang sedang beristrahat di bawah pohon. Kata ranger sebelumnya, rusa ini jadi makanan Komodo.

Kurang lebih sejam di Pulau Komodo, nakodah kapal meminta kami kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi lainnya itu Manta Point. Sebelum ke Mantan Point kami menjemput empat turus bule yang tadi turun di Pink Beach.

Seperti waktu mengantar, kapal tidak bisa bersandar di tepi pantai. Empat bule tersebut pun kembali “ngojek” perahu yang bertarif Rp 20.000 tadi. Setelah sampai di kapal, lima bule tersebut tak mau membayar Rp 20.000 itu. Menurut mereka, tidak perlu lagi ada biaya karena seharusnya sudah include di biaya perjalanan hari itu yang sudah dibayar di agen travel di Labuan Bajo. Oh ya, biaya per orang yang dimintakan agen travel untuk perjalanan ini adalah Rp 400.000 per orang. Ini memang jenis open trip dimana kita berbaur dengn wisatawan lainnya, tidak menyewa sendiri kapal. Keuntunganannya lebih murah. Bila menyewa kapal sendiri, biayanya bisa jauh lebih mahal.

Perahu “Ojek” di Pink Beach. Tarif sekali naik dari kapal pengatar menuju pantai sebesar Rp 20.000 (Foto: Julian Avista Diaz)

Perjalanan pun berlanjut ke Manta Point. Sayang, kami hanya bertemu dengan dua ekor Manta saat tiba. Menurut nakodah kapal, waktunya tidak pas.

Singakt cerita kami pun pulang ke Labuan Bajo. Sekitar pukul 18.00 Wita kami tiba di dermaga Pelni Labuan Bajo. Di sini juga agak sulit untuk menurunkan penumpang dari kapal ke dermaga. Karena banyaknya jumlah kapal motor yang bersandar, kapal-kapal yang datang belakangan tidak bisa merapat di tepi dermaga. Penumpang terpaksa berjalan melewati kapal-kapal yang sandar lebih awal, untuk sampai ke dermaga.

Mengecek Rincian Biaya Masuk Pulau Komodo

Setiba di penginapan, saya dan istri mencoba mengecek karcis masuk Pulau Komodo. Ternyata jumlahnya banyak.

Setidaknya ada enam jenis karcis yang diserahkan petugas. Ada lima karcis yang dirangkap dua. Karena kami dua orang.

Pada kertas pertama tertulis “Karcis Masuk Pengunjung Taman Nasional Komodo” dengan nominal sebesar Rp 5.000.

Karcis kedua tertulis,”Karcis Kegiatan  Wisata Alam Pengamatan Hidupan Liar Taman Nasional Komodo” dengan nominal sebesar Rp 10.000.

Karcis ketiga tertulis “Karcis Kegiatan  Wisata Alam Snorkelling Taman Nasional Komodo” dengan nominal  Rp 15.000.

Kemudian karcis keempat tertulis “Karcis Kegiatan Wisata Alam  Penelusuran Hutan (trancking)dan Mendaki Gunung (hiking-climbing)” dengan nominal Rp 5.000.

Karcis kelima tertulis “Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Karcis Tanda Masuk  Lokasi Objek Wisata Pulau Komodo dan Rinca” dengan nominal Rp 20.000.

Dan ada satu lagi karcis tertulis “Kwitansi Jasa Pemanduan KSU  TN Komodo” dengan nominal Rp 80.000. Karcis yang ini hanya ada satu, tidak dirangkap dua seperti lima lainnya. Dengan demikian total biaya mencapai Rp 190.000 untuk dua orang.

 

Beragam pungutan masuk Taman Nasional Komodo (Foto: Peter)

Sedikit kaget dengan “Karcis Kegiatan  Wisata Alam Snorkelling” karena kami tidak melakukan snorkelling selama berada di area TNK.

Terpisah kepala Balai Taman Nasional Komodo, Sudiyono mengatakan tarif masuk Taman Nasional diatur dalam   Peraturan Pemerintah No 12 tahun 2014.

“Kalau tidak snorkeling harusnya juga gak bayar dan bisa menolak karena pembayarannya item  per kegiatan per-hari. Tapi kalau menggunakan agen travel mungkin dianggap seluruh anggota rombongan dianggap sama kegiatannya,”ujar  Sudiyono soal tarif kegiatan snorkeling meski kami tidak melakukannya.

Terkait karcis berlogo Dinas Pariwisata Manggarai Barat, Sudiyono mengatakan silakan bertanya langsung ke Dinas Pariwisata Manggarai Barat. “Sebetulnya inikan  sudah berlangsung lama (pungutan dari Dinas Pariwisata). Saya gak bisa komentar banyak,”ujarnya.

Adanya pungutan dari Dinas Pariwisata Manggarai Barat ini membuat karcis tanda masuk (enterance ticket) TNK ada dua, yaitu satu dipungut pihak BTNK sebesar Rp 5.000 per orang dan satu dipungut pihak Dinas Pariwisata Manggarai Barat sebesar Rp 20.000 per orang.

 

 

spot_img

Artikel Terkini