Robert Marut: Perlu Upaya Sistematis dan Terencana untuk Bangun Ekonomi NTT

Floresa.co Status Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu provinsi termiskin tentu bukan cerita baru. Karena itu, dibutuhkan upaya sistematis dan terencana untuk mengentaskan masalah ini.

Hal itu disampaikan Robert Soter Marut dalam bincang-bincang dengan Floresa.co di Jakarta, Selasa, 13 Juni 2017.

Robert yang merupakan purnawirawan TNI Angkatan Udara menjadi salah satu bakal calon gubernur NTT pada Pilgub 2018.

Perhatian pada pengembangan ekonomi demi mengentaskan kemiskinan, bagi Robert, adalah salah satu hal penting dalam upaya memajukan NTT.

Langkah ini, kata dia, memang sudah lama dimbil oleh Gubernur Frans Lebu Raya. Contohnya adalah lewat Program Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah (DeMAM) untuk pemberdayaan masyarakat berbasis desa/kelurahan dengan paradigma penganggaran pembangunan Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (ANGGUR MERAH).

Namun, menurut Robert, program yang telah dilaksanakan sejak 2011 itu  dengan alokasi 250 juta per desa/kelurahan itu, ternyata belum mampu menjawab soal kemiskinan.

Faktnya, masalah gizi buru masih lekat dengan masayarakat NTT.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi NTT, misalnya tercatat, selama periode Januari-Agustus 2016 kurang lebih 2.360 anak menderita gizi buruk.

Sementara itu, klaim menjadikan NTT sebagai provinsi ternak dan provinsi pariwisata, kata dia, belum menunjukan perkembangan yang meyakinakan.

Robert menawarkan program pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan potensi-potensi ekonomi lokal yang tepat di masing-masing wilayah, insentif keuangan, akses pasar dan kebijakan yang tepat.

“Pengkajian ulang terhadap potensi-potensi ekonomi lokal secara ilmiah dan partisipatif, dengan melibatkan kekuatan akademik NTT dan kekuatan masyarakat lokal secara partisipatif, merupakan prioritas penting,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pembangunan ekonomi rakyat dipusatkan pada dua bidang utama.

Pertama, kata dia, sektor dasar yang menjadi mata pencaharian pokok kebanyakan rakyat NTT sebagai petani dan nelayan.

Sektor dasar ini mencakup pertanian hortikultura untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan pasar lokal dan keluar daerah, pertanian tanaman keras sesuai dengan kondisi lahan dan alam wilayah; peternakan, terutama sapi dan babi serta perikanan laut.

Kedua, jelas dia, bidang jasa-jasa utama yang strategis yang berfokus pada pariwisata.

“Sektor pariwisata akan dijadikan sebagai salah satu sektor unggulan yang akan menarik dan mendorong peningkatan aktivitas dan dinamika sektor-sektor ekonomi lainnya,” tegas Robert.

Pusat-pusat wisata alam, rekreasi, perhotelan, restoran dan wisata rohani, menurut dia, akan didorong percepatan pengembangannya, dimulai dari pengembangan dan pengelolaan daerah tujuan wisata, peningkatan kapasitas pengelola pariwisata, insentif keuangan dan kebijakan untuk percepatan pengembangan pariwisata tersebut.

Selain dua bidang utama tersebut, menurut Robert, pembangunan ekonomi rakyat yang adil dan berkelanjutan harus ditopang oleh infrastruktur fisik dan infrastruktur keuangan yang memadai dan menjamin kepastian.

“Bandara-bandara strategis akan ditingkatkan kapasitasnya, pelabuhan-pelabuhan laut baik untuk kapal penumpang maupun untuk kapal-kapal ikan dan kapal-kapal barang, dan jalan akan dibangun dengan kualitas yang memadai,” katanya.

Menurut dia, bandara-bandara seperti Komodo, Mbay, Maumere, Kupang dan Tambolaka (Waikabubak) akan ditingkatkan kapasitasnya untuk memenuhi standar bandara bisnis. 

“Bandara Mbay diupayakan untuk ditingkatkan standarnya menjadi bandara internasional, jika memungkinkan,” katanya.

Selain itu, jelas Robert, pelabuhan-pelabuhan seperti Labuan Bajo, Muara Pokot (Mbay), Maumere, Waingapu, Rote dan Sabu ditingkatkan kapasitasnya untuk melayani kapal-kapal besar penumpang dan barang. (ARJ/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini