Dive Centre Milik Asing Kuasai Labuan Bajo

Meski asing mendominasi, namun mereka tetap melibatkan tenaga lokal, demikian kata Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat

Baca Juga

Floresa.co – Operator wisata selam (dive center) milik asing yang melayani penyelaman di sekitar Pulau Rinca dan Komodo mendominasi industri wisata bahari di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), demikian Kata Kepala Dinas Pariwisata, Theodorus Suardi.

Meskipun demikian, menurut dia, hal itu memberikan dampak positif, yakni pesatnya kunjungan turis asing dan pertumbuhan industri pariwisata di pulau Flores tapi juga merugikan tour operator lokal.

“Kita akui hampir semua dive center di Labuan Bajo dikuasai oleh asing, tapi merekalah yang membawa banyak turis asing ke Labuan Bajo sehingga kunjungan wisatawan mancanegara meningkat pesat,” kata Theodorus, Kamis, 26 April 2017 seperti dilansir Antara.

”Mungkin karena para turis asing percaya dengan promosi yang dilakukan operator selam asing karena faktor komunikasi yang mudah,” tambahnya.

Ia menjelaskan, menyelam itu memiliki risiko tinggi, keselamatan jiwa pun menjadi taruhan.

Karena itu, kata dia, turis asing mungkin lebih percaya operator selam asing untuk mengatur dan memandu mereka.

Meski demikian, menurut Theodorus, hampir semua “dive center” asing itu merekrut pemandu selam lokal.

“Jadi kehadiran dive center asing juga membawa lapangan pekerja bagi para pemuda Flores untuk menjadi pemandu selam,” katanya.

Katherin, seorang warga Jerman dan salah satu pengelola “dive center” asing Lagona Divers, mengakui pertumbuhan operator selam di Labuan Bajo sangat pesat.

“Saya masuk ke Labuan Bajo dan mengelola Lagona Divers tahun 2009, cuma ada lima operator selam saja saat itu, tapi kini ada sekitar 45-50 operator selam. Mayoritas operator selam itu milik warga asing, tapi pemandu selamnya mayoritas warga lokal,” katanya.

“Setiap tahun, kami mempromosikan wisata bahari di Kepulauan Rinca dan Komodo ke berbagai negara Eropa seperti Jerman, Belanda, Perancis, Swiss, Austria hingga ke Polandia,” katanya.

Dia juga mempromosikan hingga ke Amerika.

Menurutnya, hampir 80 persen, penyelam yang menggunakan jasanya adalah turis asing dan 20 persen sisanya turis Indonesia.

“Turis asing yang kami bawa rata-rata menginap minimal satu minggu,” ujar Katherin.

Yadin, seorang pemandu selam lokal mengatakan, kehadiran dive center”asing banyak membuka lapangan pekerjaan bagi warga lokal. Salah satunya adalah pemandu selam.

“Saya dibayar per hari Rp 500.000, honor cukup besar memang tapi risiko pemandu selam sangat tinggi. Pekerjaan pemandu selam tidak tiap hari bekerja. Biasanya hanya akhir pekan dan hari libur,” tambah dia.

Valentino, seorang “tour operator” lokal Valentino mengakui “dive center” asing banyak membawa turis mancanegara dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sebagai penyedia jasa kapal, pemandu selam, wisata kuliner dan kerajinan tangan.

“Namun, dive center asing juga mengambil fungsi sebagai tour operator, masyarakat setempat banyak menjalankan bisnis tour operator. Mereka menawarkan paket penyelaman sekaligus wisata melihat keindahan Pulau Padar dan Komodo yang menjadi mata pencaharian tour operator lokal,” katanya.

Operator selam asing dengan modal besar mampu mengoperasikan kapal “live on board” menawarkan paket menyelam dan juga wisata ke Pulau Padar dan Komodo.

Seharusnya, kata dia, mereka cukup menawarkan paket penyelaman, sedangkan trip wisata ke Pulau Padar dan Komodo itu bagian operator lokal.

Berdasarkan data dinas pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), kedatangan wisatawan mancanegara meningkat pesat sejak tahun 2012.

Tahun 2012, kedatangan turis asing hanya 26.631 orang, tahun 2013 naik 33 persen menjadi 35.473 orang, tahun 2014 naik 23 persen menjadi 43.681 orang, tahun 2015 naik empat persen menjadi 45.372 orang dan tahun 2016 naik 20 persen menjadi 54.335 orang.

“Para turis asing datang ke Labuan Bajo rata-rata minimal tinggal selama 5,4 hari,” kata Suardi. (ARL/Floresa)

Terkini