Mahasiswa di Jakarta Akan Gelar Diskusi Terkait Polemik Pantai Pede

Floresa.co – Para mahasiswa asal Manggarai yang kini sedang kuliah di Jakarta akan menggelar diskusi terkait masalah Pantai Pede di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat pada Sabtu, 29 April 2017.

Diskusi tersebut merupakan bagian dari rangkaian upaya para mahasiswa yang bergabung dalam Aliansi Mahasiswa Manggarai (AMANG) merespon masalah Pantai Pede yang masih berlarut-larut.

Diskusi ini yang dimulai pada pukul 14.00 WIB akan diadakan di Aula Margasiswa PMKRI, Jalan San Ratulangi No. 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Tema yang diangkat adalah “Membongkar Dugaan KKN dalam Privatisasi Pantai Pede.”

AMANG secara khusus menghadirkan Romo Robert Pelita Pr, Vikaris Episkopal Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, imam yang selama ini ikut aktif menolak privatiasi Pantai Pede.

Narasumber lain adalah Bernadus Barat Daya, perwakilan Masyarakat Labuan Bajo dan penulis buku “Skandal Pede”; Boni Hargens, pengamat politik dan tokoh muda NTT; Petrus Salestinus dan Gusty Dawarja, dua pengacara senior’ Ferdy Hasiman, peneliti ekonomi politik; Lucius Karus, peneliti Formappi; Yon Lesek, Pemimpin Redaksi Penerbit OBOR.

Akan hadir pula tokoh-tokoh asal NTT, serta perwakilan dari berbagai organisasi kepemudaan seperti PMKRI, Formadda NTT dan lainnya.

whatsapp-image-2017-04-26-at-12-52-03Acong Harson, ketua panitia acara mengatakan, diskusi ini merupakan kelanjutan dari aksi unjuk rasa yang digelar AMANG pada Rabu, 29 Maret 2017 lalu di kantor Kementerian Dalam Negeri, di mana mereka mendesak Menteri Tjahjo Kumolo untuk mengambil sikap terkait masalah ini.

Akomodasi untuk acara ini, kata Harson, didapat dari usaha AMANG sendiri, dengan menjual daging babi kepada orang-orang Manggarai di Jakarta.

Pantai Pede, satu-satunya pantai yang masih bisa diakses bebas oleh publik di Labuan Bajo, sudah diserahkan oleh pemerintah provinsi kepada PT Sarana Investama Manggabar (PT SIM), perusahaan yang disebut-sebut milik Setya Novanto.

BACA: Lebu Raya Diduga Kuat Terima Suap dari PT SIM

Langkah itu diambil di tengah kuatnya penolakan masyarakat sipil yang meminta lahan itu tetap menjadi ruang terbuka untuk publik, tidak perlu dibangun hotel. (ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini