Nasib Malam Puncak Festival Komodo Jika Tanpa Ivan Nestorman

Labuan Bajo, Floresa.co – Dari ribuan orang yang hadir pada malam puncak Festival Komodo, berapa banyak orang yang dapat menyaksikan acara?

Dari jarak sekitar 10 meter tempat pementasan saja, orang-orang sudah harus berdesak-desakan. Kaki harus jinjit jika ingin melihat pementasan beberapa tarian adat.

Pasalnya sebagian besar acara dipentaskan di depan tenda yang dibuatkan untuk para pejabat dan tamu undangan. Bukan di panggung yang letaknya lebih tinggi sehingga lebih mudah disaksikan pengunjung.

Apalagi tenda itu hanya berjarak sekitar belasan meter saja dari panggung utama. Sementara di belakang tenda, para penonton berdesak-desakan.

Menyedihkan bagi  penonton di belakang tenda. Mereka tak dapat menyaksikan sama sekali. Bukan hanya karena jaraknya sama sekali jauh, namun tenda menghalangi pandangan mereka. Belum lagi karena terhalang sesama penonton.

Jika ingin mencari tempat yang lebih leluasa, sudah tidak mudah.  Sekitar pukul 21.00, penonton sudah padat merayap. Sudah berdesak-desakan.

Jadi, sebagian besar orang tak dapat menyaksikan secara penuh acara tari-tarian tersebut.

Sementara itu, pada malam puncak, penampilan Ivan Nestorman dan kawan-kawan dinanti-nanti. Sejak sore, tempat festival Komodo sudah mulai padat. Orang rela berdiri selama berjam-jam.

Namun sampai pukul 22.00 WITA Ivan Nestorman belum juga muncul. Kesabaran penonton mulai habis tatkala acara-acara yang disuguhkan sebelum acara puncak, selain tidak dapat dinikmati, juga karena berlangsung cukup lama.

Saat acara tarian Jawa, penonton mulai bikin gaduh. Ada yang teriak-teriak. Acaranya cukup memakan waktu sekitar 15 menit, padahal sebagian besar orang tidak dapat menyaksikannya. Pembawa acara atau MC sigap menanggapi keluhan. Ia minta penonton bersabar.

“Mohon sabar sebentar”, kata MC.

Tidak hanya itu. Di sela-sela acara, acara makan pejabat dan tamu undangan dan interview dengan beberapa televisi masuk dalam list acara malam puncak. Saat diwawancarai sebuah stasiun TV, MC minta penonton diam.

“Mohon diam sebentar”.

Begitu pula, ketika para pejabat dan tamu undangan makan. Acara dihentikan sementara .

“Tidak baik kita goyang-goyang, sementara yang lain makan,” dalih MC. Penonton pun bikin suara gaduh.

Sedikit mencairkan suasana, penampilan tiga diva, demikian disebut MC. Ketiganya adalah kelompok waria dengan busana “ngeri-ngeri sedap.” Salah satunya memakai pakaian putih serupa malaikat dengan sayap burung berukuran besar.

Sambil menyanyi tapi lipsing, ketiganya memamerkan goyang “gergaji” di panggung utama. Tawa penonton bergemuruh.

Diakhir acara tersebut, MC bersuara lembut menyapa mereka yang membuat penonton tertawa.

Namun, salah seorang penonton mengeluh, “Entah maksudnya apa, ketiganya tampil di malam puncak bersanding dengan Ivan Nestorman. Tidak ada poin promosi juga dari penampilan itu”.

Lalu, Ivan Nestorman baru tampil sekitar pukul setengah sebelas malam. Meski harus berganti mic beberapa kali saat mulai lagu pertama, Ivan tetap berhasil menghipnotis penonton. Berkali-kali ia mengajak penonton bernyanyi bersama.

Tampil memukau diperlihatkan juga oleh Gilang Ramadhan. Beberapa kali ia diberikan kesempatan tampil solo memainkan drum. Berkali-kali pula penonton bertepuk tangan memuji.

Dalam kesempatan itu, Ivan minta masyarakat peduli pada sampah agar menjaga keindahan kota Labuan Bajo.

“Keindahan kota ini harus kita jaga bersama,” katanya.

Ia juga berjanji mendirikan studio musik di Labuan Bajo bersama temannya Gilang Ramadhan.

Bayangkan jika tanpa Ivan pada malam penutupan acara senilai 1,4 milliar tersebut! (Gregorius Afioma/Floresa).

 

spot_img
spot_img

Artikel Terkini