Komentar Camat Boleng Soal Kasus Pembunuhan di Mencerite

Floresa.co — Senin 16 Januari lalu terjadi peristiwa menggemparkan di Mencerite Desa Tanjung Boleng Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat – Flores.

Dua warga asal kampung Kusu Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai tewas bersimbah darah. Warga bernama Don dan Alo itu adalah pekerja yang mengawasi penggusuran tanah yang diklaim sebagai milik Robert, seorang warga Australia.

Pasca kejadian, polisi mengamankan puluhan warga Mbehal, Desa Pota Wangka, Kecamatan Boleng. Setelah melalui proses pemeriksaan di Polres Manggarai Barat, 9 orang ditetapkan sebagai tersangka.

BACA:Diduga Konflik Tanah, Dua Orang Ini Dibunuh di Mbehal-Manggarai Barat

Warga Mbehal sendiri mengklaim tanah yang diklaim Robert itu adalah tanah ulayat mereka. Menurut warga, tanah tersebut belum pernah diperjualbelikan ke pihak lain. Sementara Robert mengaku sudah membeli dari seorang bernama Farida.

Kakak Camat Ikut Diamankan

Kakak kandung Camat Boleng Bonafasius Abunawan ikut diamamankan polisi sesaat setelah kejadian itu.

Namun, Bona menegaskan kakanya tidak terlibat dalam kasus pembunuhan itu. Ia menerangkan saat kejadian, kakaknya sedang berada di kebun jagung miliknya yang tak jauh dari lokasi kejadian.

“Dia sedang menjaga kebun jagung yang mereka tanam. Tolong diluruskan ya”,ujarnya melalui sambungan telepon dengan Floresa.co, Rabu malam lalu.

BACA :Terduga Pelaku Pembunuhan di Mbehal-Mabar Diringkus Polisi, Termasuk Kakak Kandung Camat Boleng

Ia mengatakan setiap hari kakanya itu memang selalu berada di kebun jagung miliknya itu. Di kebun itu ada pondok yang dibangun kakaknya.

Tak Mau Komentar Soal Sengketa Tanah

Sebagai pimpinan wilayah setempat, Bona enggan berkomentar jauh soal konflik tanah antara warga Mbehal dengan Robert.

“Saya membatasi diri untuk mengomentari lebih jauh. Mengapa? Supaya tidak asal omong,”ujarnya.

Bona mengaku baru dua bulan menjadi camat Boleng. Karena itu, ia tak tahu banyak soal sejarah konflik lahan di Mencerite yang terletak sekitar 5 kilometer dari kota Labuan Bajo itu.

“Saya membatasi diri untuk tidak banyak berkomentar.Apalagi seluk-beluk tanah itu.Orang Mbehal sudah lama di sana, tidak mungkin saya camat yang baru dilantik dua bulan, lalu tiba-tiba usir orang Mbehal yang ada disana”,ujarnya.

Kaget Ada Pembunuhan

Selain kakak kandung Camat Bona, warga lain yang ikut diciduk polisi dari lokasi kejadian adalah Stefanus. Ia mengaku diundang tua golo (kepala kampung) Mbehal untuk datang ke Mencerite pada Senin lalu.

Stefanus sebenarnya bukan warga Mbehal, ia berasal dari kampung tetangga yaitu kampung Betong Desa Golo Ketak.

Stefanus mengaku hari itu, dirinya diundang tua golo Mbehal untuk menebas rumput di perbatasan Nggorang-Boleng.

BACA:Pengakuan Warga Australia yang Ikut Diamankan Polisi Terkait Pembunuhan di Mbehal

“Saya sangat kaget ketika ada peristiwa seperti ini (pembunuhan). Sebab tua golo undang saya hanya untuk menata wilayah perbatasan. Bukan diundang untuk tujuan perang,”ujarnya saat ditemui di Polres Manggarai Barat, Rabu kemarin.

Rabu kemarin Stefanus dipulangkan bersama sejumlah warga lainnya yang sempat diamankan polisi.

Kapolres Manggarai Barat AKBP Supiyanto mengatakan warga yang dipulangkan ini masih berstatus saksi yang wajib lapor.

“Sewaktu-waktu pasti dipanggil. Mereka semua wajib lapor. Sedangkan sembilan orang yang sudah di tetapkan tersangka sudah ditahan,”ujarnya Kamis (19/1). (Ferdinand Ambo/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini