Lewat Facebook, Pastor di Kupang Beri Penjelasan Terkait Dugaan Pencemaran Hosti

Floresa.co – Pastor Yulius Yasinto SVD, imam yang memimpin Misa di Katedral Kupang saat terjadi peristiwa yang diduga sebagai pencemaran hosti pada Minggu, 18 Desember 2018 memberi penjelasan terkait hal itu melalui akun Facebook-nya.

Imam yang juga rektor di Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang itu mengatakan, meski tidak tahu persis peristiwa itu yang ramai dibagikan di media sosial, namun, ia meminta agar umat tidak terprovokasi.

Ia juga mengapresiasi umat yang sigap mengamankan pelaku dan meminta agar tidak menyebarkan informasi yang bisa menyulut kebencian.

“Agama apapun tidak menjadi besar krn dibela dengan kekerasan dan kebencian. Agama menjadi besar kalau penganut atau umatnya menjlnkan perintah cinta kasih dgn sebenar-benarnya, termasuk perintah utk saling mengampuni n memaafkan,” demikian tulis Pastor Yasinto.

Berikut bunyi lengkap status imam tersebut yang dikutip Floresa.co, Minggu malam, pukul 19.30 WIB:

Karena bnyk yg menanyakan via tlp/sms dan juga telah beredar informasi yg simpang siur di medsos, maka sbg imam yg memimpin Ekaristi ke-3 di kathedral Kupang hari ini, sy merasa perlu menyampaikan hal2 berikut:

Pertama: Td lgsg setelah kejadian ykni stlh komuni sy sudah menghimbau umat yg hadir melalui mimbar utk tetap tenang dan menghadapi kejadian itu dgn kepala dingin. Sebagian besar umat yg hadir termasuk sy tdk tau apa persisnya yg terjadi, krn itu sy menghimbau utk tidak melakukan aksi apapun atas dasar info yg belum jelas.

Kedua, sy mengapresiasi anggota umat yg lgsg menangani pelaku, yg segera mengamankannya di pastoran dan kemudian menyerahkannya kepada polisi/aparat keamanan utk diproses selanjutnya. Itu adalah tindakan yg benar.

Ketiga..sy menghimbau umat Katolik pengguna media sosial utk tidak menyebarkan informasi, pernyataan atau foto2 yg menyulut kebencian, apalagi menghubung2kan pelaku dgn suku atau agama tertentu.

Keempat..agama apapun tidak menjadi besar krn dibela dengan kekerasan dan kebencian. Agama menjadi besar kalau penganut atau umatnya menjlnkan perintah cinta kasih dgn sebenar-benarnya, termasuk perintah utk saling mengampuni n memaafkan.

Sebelumnya, informasi yang diperoleh Floresa.co dari internal Polda NTT, ada empat orang yang dituding mencemarkan hosti itu. Namun, sebenarnya bukan penyusup, sebagaimana dituduhkan. Mereka disebut hendak mengikuti kebaktian, namun, keliru masuk Gereja.

Pihak kepolisian pun mengimbau warga untuk tidak cepat mempercayai informasi di media sosial dan saat ini tim Cyber Crime Polda sedang memantau aktivitas di media sosial.

Sementara itu, Romo Yohanes Kristoforus Tara OFM, Ketua Forum Pemuda NTT Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda NTT) yang menyatakan sudah mengontak sejumlah pihak terkait masalah ini mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh, sesungguhnya peristiwa tersebut tidak termasuk dalam kategori pencemaran hosti.

“Karena, dalam liturgi kita Gereja Katolik, orang Kristen dari Gereja lain juga bisa terima komuni, asal ada niat  dari hati dan telan hostinya,” katanya kepada Floresa.co,

“Nah, salah satu dari mereka tadi memang maju dan terima komuni, lalu telan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, keempatnya memiliki kerinduan untuk ikut kebaktian dan perjamuan.

“Kalau kebetulan masuk Gereja Katolik, ikut Misa dan terima komuni, maka kerinduan mereka terpenuhi. Kita justru bersyukur karena orang bisa berjumpa dan bersatu dengan Yesus Kristus,” ungkap imam fransiskan ini.

Ia menambahkan, jikalau ada penyelesaian lanjutan kasus ini, maka percayakan kepada Keuskupan Agung Kupang, Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) dan Kepolisian.

“Umat diharapkan tetap tenang dan jangan mudah terprovokasi,” ungkapnya.

Sementara itu, Sarah Lery Mboeik, aktivis perempuan di Kupang mengatakan, kini mereka sedang membantu penyelesaian masalah ini.

“Saya bersama Pemuda Katolik Kota Kupang sementara di Polresta Kupang. Keempatnya sangat memohon maaf karena niat mereka adalah untuk ibadah” katanya,

Ia menjelaskan, keempatnya berasal dari Manado, Sulawesi Utara dan penganut Kristen Protestan.

BACA: Dugaan Pencemaran Hosti di Katedral Kupang yang Segera Viral di Media Sosial

Mereka, jelas Sarah, sebelumnya hendak mengikuti kebaktian ke salah satu Gereja Protestan di Kupang. Namun, saat tiba di Gereja itu, kebaktian sudah selesai.

“Jadi, mereka naik angkutan untuk ke Gereja. Dan, masuklah mereka ke Gereja Katedral itu,” jelasnya. (ARL/Floresa)

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini