Aksi Umat Islam di Jakarta Berlangsung Damai, Presiden Beri Apresiasi

Baca Juga

Floresa.co – Aksi unjuk rasa sekitar 500 ribu umat Islam dalam bentuk doa bersama yang berlangsung di Jakarta hari ini, Jumat, 2 Desember 2016 berlangsung damai.

Presiden Joko Widodo pun menyampaikan apresiasi kepada para peserta dalam aksi aksi yang berpusat di Monumen Nasional itu.

“Terima kasih atas doa dan dzikir yang dipanjatkan bagi negara kita. Allahu akbarAllahu akbarAllahu akbar,” kata Jokowi usai mengikuti shalat Jumat berjemaah bersama massa.

Sebagaimana dilaporkan, Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memilih ikut sholat bersama peserta aksi.

“Saya ingin memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya karena seluruh jemaah hadir tertib dalam ketertiban sehingga acaranya bisa berjalan baik,” lanjut dia.

Ia juga menyampaikan selamat jalan bagi para peserta doa yang akan kembali ke wilayahnya masing-masing.

Apresiasi juga disampaikan oleh Kapolri Tito Karnavian, yang iku hadir di panggung utama selama aksi berlangsung.

Ia mengatakan menghargai semua pihak yang berupaya menjaga acara ini agar tetap damai dan jauh dari tindak kekerasan.

“Beda dengan 411 kemarin, ini betul-betul damai,” ujar Tito, merujuk pada aksi 4 November lalu yang berakhir dengan bentrokan peserta dengan aparat.

Tito mengatakan, dalam aksi hari ini tidak ada pihak yang berusaha mengganggu, merusak taman, dan tak ada kejadian menonjol.

Meski begitu, ada beberapa orang yang sakit, tetapi cepat ditangani oleh tim medis.

“Saya berpesan dan saya doakan supaya kembali dengan selamat di tempat masing-masing dengan aman,” kata Tito.

Aksi ini untuk menuntut penegakan hukum atas kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahja Purnama atau Ahok.

Sementara itu, Hendardi, Ketua Setara Institute for Democracy and Peace mengkritik langkah Jokowi yang memilih bergabung dengan peserta aksi.

Ia menyebut langkah Jokowi yang menemui peserta demo adalah tindakan politik simbolis untuk menunjukkan bahwa stabilitas politik dan keamanan tetap terkendali.

“Orientasi Jokowi menjaga koeksistensi dapat dimaklumi dan menjadi pilihan pragmatis saat ini untuk memastikan situasi tetap kondusif,” katanya.

“Meski begitu, kehadiran Jokowi di tengah massa aksi memberikan preseden buruk pada kehidupan kebangsaan Indonesia, dimana pada akhirnya Jokowi berkomporomi dengan beberapa elit kelompok intoleran yang sudah berulang kali melakukan aksi kekerasan,” lanjut Hendardi.

Ia menjelaskan, kerumunan massa telah menjadi sumber legitimasi dan kebenaran baru untuk menentukan proses hukum dan pengambilan keputusan politik.

Ia mengatakan, secara bertolak belakang, Jokowi tidak bersikap apapun atas aksi Kamisan yang diselenggarakan hingga ratusan kali oleh korban dan keluarga korban pelanggaran HAM.

“(Ia) juga membisu atas aksi Ibadah Minggu sejumlah pemeluk agama yang hanya menuntut haknya untuk mendirikan tempat ibadah,” kata Hendardi. (ARL/Floresa)

Terkini