Kaum Muda dan Semangat Revolusioner

Oleh: YULITA HETY SUJAYA

Setiap tanggal 28 Oktober, seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke merayakan Hari Sumpah Pemuda.

Perayaan ini tentu saja bukan semata-mata sebagai ritual tahunan yang berusaha mengenang kembali peristiwa 28 Oktober 1928 yang lalu. Perayaan ini juga sebagai bentuk apresiasi terhadap kaum muda dan harapan yang terus diamanatkan kepada mereka di tengah aneka persoalan sosial yang tengah melanda bangsa kita saat ini.

Merayakan Hari Sumpah Pemuda sebenarnya bukan hanya pada tataran pengucapan atau pelafalan isi dari Sumpah Pemuda, tetapi lebih dari itu bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan merayakan Sumpah Pemuda setidaknya kita sedang mengenang kembali dua hal berikut: Pertama kaum muda dan semangat yang melekat pada diri mereka dan Kedua nilai persatuan di tengah perbedaan sebagaimana yang tercantum dalam tiga poin penting dalam Sumpah Pemuda.

Kaum muda identik sebagai kelompok dengan sikap idealisme tinggi, mempunyai kemampuan dan semangat yang tinggi.

Di samping itu, kaum muda kerapkali dianggap sebagai aktor yang mampu menciptakan perubahan sosial. Karenanya sering dijuluki sebagai agent of change.

Di samping itu, kaum muda juga seringkali dianggap sebagai aktor yang mampu mengatasi beragam persoalan dalam masyarakat. Karena itu, dijuluki sebagai problem solver.

Tidak sampai di situ saja, kaum muda seringkali dijuluki sebagai generasi penerus bangsa atau generasi masa depan bangsa.

Kaum muda juga diidentikkan sebagai kelompok dengan kemampuan intelektual, daya kreativitas dan inovatif yang tinggi serta selalu membudayakan sikap kritis. terutama dalam menyikapi beragam hal baru khususnya di era modernisasi ini.

Namun, saya juga tidak menafikan berbagai perilaku yang merepresentasikan tentang bobroknya nilai moral dalam diri kaum muda saat ini.

Misalnya, kita seringkali menonton, membaca dan mendengar berita atau pun cerita dari orang lain terkait perilaku anarkistis yang dilakukan oleh kaum muda seperti masuk dalam kelompok teroris, menjadi konsumen narkoba, ikut terlibat dalam tindakan korupsi hingga menjadi pelaku kekerasan seksual khususnya terhadap anak-anak.

Hal ini tentu saja sangat meresahkan publik dan bahkan membuat publik merasa tidak optimis lagi untuk menaruh harapan terhadap kaum muda.

Meskipun demikian, dalam tulisan ini saya lebih cenderung untuk memaknai kembali Sumpah Pemuda dalam semangat revolusioner yang harus didengungkan kembali oleh kaum muda di tengah arus globalisasi dan menguatnya isu SARA dalam beberapa dekade terakhir ini.

Kaum muda yang tengah menikmati kehidupan saat ini perlu untuk bercermin pada perilaku kaum muda di masa lalu.

Semangat para pendahulu (kaum muda) kita yang dulu begitu besar dan sangat antusias terutama dalam upaya untuk segera bebas dari sistem penjajahan.

Semangat tersebut kemudian termanifestasi dalam sikap kaum muda yang mendesak  Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Desakan yang dilakukan oleh kaum muda terhadap Soekarno sebenarnya menegaskan kepada kita akan arti penting semangat yang menjiwai kaum muda untuk meraih kemerdekaan.

Tidak hanya itu, sebenarnya masih banyak peristiwa lain yang menempatkan kaum muda sebagai garda terdepan, yang kemudian melahirkan hal-hal yang berguna bagi bangsa dan negara.

Di tengah arus globalisasi yang semakin mengakar kuat dewasa ini, kita kerapkali dihadapkan dengan aneka macam persoalan baik yang dilakukan secara terstruktur atau pun juga yang disebabkan oleh faktor kultural.

Isu SARA misalnya menjadi salah satu trending topic yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sedangkan, jika kita mencermati secara saksama nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda, maka perbedaan tidak dianggap sebagai hal yang membuat kita terpecah belah.

Sebaliknya, perbedaan menjadi suatu kekayaan yang akan menopang kekuatan bangsa. Seperti halnya ketika kita hendak menyatukan aneka macam warna, tentu hasilnya akan menjadi menarik.

Oleh karena itu, semangat revolusioner perlu menjiwai semangat kaum muda saat ini. Hal ini sangatlah penting sebagai antisipasi terhadap aneka macam tantangan yang datang menyerang diri kaum muda.

Semangat revolusioner tersebut harus dituangkan melalui pengembangan sikap kritis serta melawan aneka macam diskursus yang berujung pada kemerosotan moral.

Semangat revolusioner juga harus digunakan oleh kaum muda untuk menentang aneka macam kebijakan dari pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat.

Dan, yang pasti semangat revolusioner yang menjiwai kaum muda tetap berorientasi pada terwujudnya kebaikan bersama (bonum commue) dan terciptanya persatuan dan kesatuan di bawah payung Bhineka Tunggal Ika.

Penulis adalah alumnus Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kini, ia mengajar Sejarah di SMAK Setia Bakti Ruteng,

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini