Pastor Otto Gusti: Gereja Tidak Boleh Menarik Diri dari Dunia

Floresa.co – Pastor Otto Gusti Madung SVD, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Maumere-Flores mengingatkan agar Gereja tidak “menarik diri“ dari dunia, tapi harus masuk dan ikut menggumuli persoalan-persoalan dunia saat ini.

“Gereja harus menjadi Gereja misioner. Itu berarti, Gereja harus mewartakan Sabda Allah yang membebaskan,“ katanya saat menjadi pembicara dalam seminar di Sekolah Tinggi Pastoral (Stipas) St Sirilus, Ruteng, Kabupaten Manggarai, Senin, 10 Oktober 2016.

Ia menyebut, Gereja “harus mampu mendengarkan jeritan para tawanan, menyembuhkan yang sakit, mengadvokasi para korban yang dirampas hak-haknya.”

Di samping itu, jelasnya, Gereja mesti “menurunkan semua yang congkak dari singgasana kekuasaan termasuk singgasana imperium ekonomi yang dibangun di atas piramida kurban manusia.”

Otto Gusti menambahkan catatan bahwa dalam konteks upaya masuk ke dunia itu, Gereja dituntut untuk mampu menerjemahkan ajarannya ke dalam bahasa nalar publik.

Lantas, menurutnya, secara internal komunitas agama membutuhkan sebuah pembaharuan struktural yang membuka ruang bagi proses pluralisasi pandangan.

“Keterbukaan ini tentu tak sama dengan pluralisme radikal dan kesewenang-wenangan ala postmodernisme yang menutup segala kemungkinan dialog,“ katanya.

“Agama-agama harus secara kritis merefleksikan kembali sejarah dan doktrinnya.”

Hal ini, kata dia, juga akan mengatasi bahaya-bahaya sektarianisme, intoleransi dan fundamentalisme religius.

“Agama tidak lagi dipandang sebagai pemicu konflik dan tempat bercokolnya ideologi eksklusif, tapi dapat berperan memperkokoh toleransi sebagai pilar penyanggah kehidupan bersama yang inklusif,“ tegasnya di hadapan peserta seminar.

Seminar bertajuk “Berpastoral dalam Dunia Post-Sekular” itu diadakan dalam rangka menyongsong Dies Natalis dan wisuda angkatan XI Stipas yang akan dilaksanakan pada Jumat, 14 Oktober.

Dipandu oleh Romo Benny Denar, seminar itu dibuka secara resmi oleh Venansius Jongurlin, Penjabat Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai.

Sementara itu, Kristian Dahurandi, pembicara lain meminta agar para calon wisudawan yang kemudian menjadi katekis untuk tanggap dengan perkembangan zaman.

Ia mengatakan, katekis yang bersentuhan dengan medan pastoral harus memahami kondisi perkembangan dunia agar mampu menata kegiatan profesionalnya secara kontekstual dan selaras zaman.

“Katekis profesional berarti katekis yang mampu bersaing dalam situasi saat ini sambil menatanya untuk menjadi ruang pengembangan warta gembira Tuhan,” kata Kristian.

“Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatan kompetensi dan keahlian katekis,” lanjutnya. (BEN/ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini