Deno: Kami Tak Ingin Tumpah Darah Karena Konflik Tanah

Ruteng, Floresa.co – Bupati Manggarai, Deno Kamelus mengajak warga Gendang Nggorong dengan Gendang Nampo dan Nderu desa Beo Rahong untuk menyelesaikan masalah secara damai, tanpa pertumpahan darah.

Kedua kelompok masyarkat adat ini sedang memperebutkan lahan di lingko Betong di dekat Nggorong.

Hari ini Jumat, 26 Agustus 2016, warga Gendang Nampo dan Nderu (Rahong) mengadakan pertemuan dengan Forkompinda, antara lain bupati Manggarai, Deno Kamelus; Wabub Viktor Madur; Kapolres, Totok Mulyanto dan Agus Akuin mewakilii Dandim 1612.

“Kami tidak ingin warga Manggarai tumpah darah karena konflik lahan” ujar Deno Kamelus dalam pertemuan dengan sejumlah warga Gendang Rahong Nampo dan Nderu, Jumat, 26 Agustus 2016 pagi.

“Sebagai Bupati saya tidak mau ada rakyat yang terluka. Luka karena saling membunuh” kata Deno.

“Kalau kalian percaya, berikan kami waktu untuk selesaikan masalah ini” jelas Deno.

“Undang – undang memberikan kuasa kepada saya untuk selesaikan masalah dalam batas – batas tertentu”

“Kalau kalian tidak ingin masalah ini diurus oleh bupati, sampaikan” tegasnya.

“Cara penyelesaian masalah di Pengadilan dengan di Bupati itu beda. Tapi ujugnya sama, kamu aman dan kamu tertib”.

Meski begitu, sampai pada hari ini, polisi dan Pol PP berada di lokasi untuk merekam semua situasi di sana. Akan tetapi, bupati Deno Kamelus meminta Kapolres untuk jangan dulu tangani secara hukum.

“Berikan kesempatan kepada bupati agar saya mencari jalan keluar”,ujarnya.

“Bagi saya, baku bunuh tidak akan menyelesaikan konflik. Hanya akan menimbulkan luka batin” jelas Deno.

“Saya mengajak semua pihak agar tidak melakukan aktivitas di lahan yang disengketakan”,imbuhnya.

Deno berjanji, akan menyelsaikan konflik itu, tentunya dengan cara yang bijaksana.

“Saya berharap pihak yang berkonflik memberi kesempatan untuk pemerintah daerah dalam menyelsaikan konflik ini” kata Deno.

“Kami akan dalami sejumlah informasi yang masuk dari kedua belah pihak”

Penyelsaian yang adil kata Deno, tentunya bergantung pada informasi yang masuk.

Terpisah, Kornelis Natal perwakilan warga Rahong meminta agar pemerintah Manggarai segera menyelsaikan konflik ini.

“Kami meminta kepada pemerintah, agar masalah ini secepatnya diselesaikan,”ujarnya.

Informasi yang dihimpun Floresa.co bahwa ada mobilisasi massa dari Beo Rahong ke lingko Betong. Saat yang sama juga warga Nggorong melarikan diri ke kantor Bupati.

Sebelumnya sebanyak 75 orang warga Gendang Nggorong terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak mengunsi di kantor bupati Manggarai, 25 Agustus 2016 sore. Sebab, mereka takut konflik dengan sejumlah warga Rahong.

Sejumlah simbol adat dilaporkan seperti compang dibongkar oleh warga gendang Rahong. Mereka juga memasuki rumah adat kampung Nggorong.

Sementara itu, Yan Pandang, warga Rahong membantah penyerangan yang diklaim oleh beberapa warga Nggorong kepada bupati Deno Kamelus.

Ia mengatakan, gendang Nampo dan Nderu tidak pernah menyerang warga Nggorong. Mereka hanya pergi mengerjakan kebun milik mereka yang kebetulan dekat dengan kampung Nggorong.

“Kami tidak menyerang mereka, tetapi kami hanya melanjutkan kerja kebun milik kami sendiri” ujar Yan kepada Floresa.co di kantor bupati Manggarai Jumat, 26 Agustus 2016

Ia pun berharap masalah ini bisa diselesaikan oleh pemerintah kabupaten Manggarai.(Ronald Tarsan/Floresa).

spot_img

Artikel Terkini