Mazmur Pantai Pede

Oleh: GERARD N BIBANG
 
 
yooo Mori Keraeng*, Tuhanku
jika kutanyakan kepadaMu
Pantai Pede itu milik siapa?
mungkin begini jawab-MU:
“ooo jelas bukan milik varanus komodensis atau yang kamu sebut ora*
jelas milik manusia
jelas mereka amat berbeda
tapi ada saatnya mereka makin tak berbeda
ketika manusia beralih rupa menjadi ora
ketika manusia tidak tahu mana etika, mana tamak
pada titik itu: mereka mirip-mirip saja”
 
 
yooo Mori Keraeng, Tuhanku
Engkaulah cahaya langit dan bumi
pasti, sebab siapa yang lain lagi?
lihatlah Pantai Pede ini
kami kejar-kejaran menangkap keindahannya
hanya karena diam-diam khawatir akan tidak kebagian cahayanya
hanya karena tidak tahu atau dibuat tidak tahu untuk apa ia diundang-undangkan
hanya karena dibuat buta pada hitam atas putih untuk siapa ia ditakdirkan
jelas, ia untuk manusia yang adalah ahli waris bumi Manggarai
bukan untuk pemilik uang yang datang dengan perhitungan untung-rugi


ya Tuhanku, Mori Keraeng-ku
kapan tawa dan tangis kami, mau bersedih atau gembira
hanyalah jika Engkau menghendakinya
di pinggir pantai Pede, kami duduk sambil menangis
kami diusir oleh saudagar bule, kuning, coklat dan hitam yang menduduki pantai kami
di mana lagikah kami bermain, berbagi kasih dan tawa
jika kami harus berlari dengan telanjang raga?
mungkin begini jawab-MU:
“keculasan dan tipu-tapu selalu kembali kepada dirinya sendiri
ini hanya soal waktu, keadilan akan datang sendiri
membungkam mulut para penipu yang menenggelamkan undang-undang yang masih berlaku
dan menghidupkan undang-undang yang melayani nafsu”


yooo Mori Keraeng, Tuhanku
beginilah jadinya jika gelap mata
matahari yang kami salahkan
jika ingin makan kenyang
peraturan untuk mengelabui orang-orang bodoh, kami buat di ruang remang-remang
jika ingin korupsi
niat-niat suci dilantunkan tiap hari
sejauh bisa pake ayat-ayat suci



Tuhanku, Mori Keraeng-ku
kepada anak cucu, kami sedang mewarisi kanker peradaban
kepala buat berjalan dan kaki untuk mimpin sidang
tipu muslihat diakal-akali agar masuk akal
apa yang waras dipeot-peotkan menjadi lunglai
alat kemaluan dipake untuk buang berak
dubur dipake untuk kencing
 
 
yooo Mori Keraeng, Tuhanku
telah tiba saatnya, kami memohon sudilah Engkau memusnahkan segenap setan
baik yang berkeliaran dengan celana atau bugil setengah raga
baik yang berkepala satu maupun yang bertanduk tujuh
baik yang mulutnya culas maupun yang santun
musnahkanlah segenap setan, Yoooo Mori Keraeng-ku
sebab kami telah pandai menciptakan setan-setan
di dalam diri kami tanpa bantuan para setan



Tuhanku, Mori Keraeng-ku
kamilah makhluk-Mu yang tertinggi
dalam kisah penciptaan Engkau ciptakan di hari terakhir
yang hari demi hari, abad demi abad, semakin gagal menyadari ketinggiannya
yang meludahi wajah-MU dengan mendudukkan sesama manusia di bawah selangkangan
hanya karena untuk mennunjukkan lebih tinggi dari yang lain
benar-benar kami sudah tidak tahu diri
 
****
 
·         Yoo Mori Keraeng = Ya Tuhan Allah
·         Ora = kata Manggarai untuk varanus komodensis


Gerard N Bibang, petani humaniora, lahir di Manggarai, sekarang menetap di Jakarta. 
spot_img

Artikel Terkini