Pantai Pede dan Floresa.co

Oleh: YOHANES IRFANDI ASAM

Polemik Pantai Pede di Manggarai Barat (Mabar) masih terus menghangat. Pantai itu sudah diserahkan kepada investor oleh Gubernur Frans Lebu Raya lewat sebuah Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU). Namun, masyarakat tetap saja konsisten menolak langkah pemerintah provinsi.

Banyak pihak yang kritis memandang bahwa kebijakan ini berpotensi melahirkan derita dan nestapa bagi masyarakat, mengingat Pantai Pede adalah satu-satunya pantai yang masih bisa diakses bebas oleh publik, setelah daerah pesisir lain dikapling para investor.

Penguasaan Pantai Pede oleh investor akan membuat masyarakat terdepak dari halaman rumahnya sendiri yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

“Tanah pede dise empo agu tanah mbate dise ame”. Filosofi ini bermakna sebagai tempat titipan pesan oleh leluhur untuk anak cucu, dimana kita sebagai penerus harus menjaga dan merawatnya. Atas dasar filosofi inilah mengapa masyarakat Mabar menolak privatisasi Pantai Pede.

Tak hanya secara filosofis, secara ekonomi, sosial dan budaya pun kesejahteraan itu sudah bisa dibayangkan hanya sebatas retorika dari mulut penguasa. Hampir dalam setiap pembangunan terkandung daya tipu dan tipu daya penguasa yang punya kepentingan.

Kondisi ini mengundang berbagai media menyoroti pelbagai gerakan-gerakan masyarakat yang menolak.

Sejak awal, polemik Pantai Pede mendapat perhatian serius dari media Floresa.co.

Selain selalu diberitakan, polemic ini juga dikupas dari berbagai sisi dengan mengaitkan pandangan masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama serta sikap pemerintah dan investor. Sikap keras Gereja yang menolak privatisasi Pantai Pede ini beberapa kali diberitakan Floresa.co.

Dari sini dapat disimpulkan, Floresa.co menangkap dengan jelas dan serius kegelisahan masyarakat Mabar yang takut kehilangan tempat peninggalan leluhur mereka, tempat di mana mereka melepaskan kejenuhan, tempat menemukan diri mereka sendiri dalam kesejukan, kedamaian, kebebasan dan keindahan.

Dengan kata lain, Floresa.co adalah media yang peka terhadap kegalauan masyarakat. Beritanya mampu menembus era kemurungan media yang kadang menjadikan informasi sebagai barang transaksi bisnis.

Bolehlah dibilang Floresa.co mengekspresikan cara masyarakat Mabar menyampaikan pendapatnya yang lugas, tegas, dan  to the point. Tentu ini kadang-kadang menyakitkan. Mungkin karena di zaman serba bisa dibeli ini, kebenaran sulit didapatkan dan mesti diperjuangkan.

Kita tidak bisa mengingkari bahwa Floresa.co seperti pedang. Ada yang tertusuk, ada yang terluka dan ada yang terhibur. Tetapi juga bisa seperti air yang mampu menyejukkan dahaga akan keadilan di tanah Flores.

Sangat terang terlihat bahwa misi utamanya adalah agar kehidupan masyarakat semakin berkualitas, semakin baik, dan semakin menampakkan wajah manusiawi, wajah masyarakat yang egaliter, toleran, demokratis, berbudaya, saling menghargai  dan mempertahankan nilai-nilai kultur mereka yang baik.

Dalam polemik Pantai Pede, Floresa.co membantu agar masyarakat Mabar mendapatkan bahan pertimbangan yang lebih baik dalam mengambil keputusan, tidak gegabah dan tetap kritis.

Semua cita-cita mulia ini dilalui dalam berbagai cara dan situasi. Ibarat seorang penabur yang menaburkan benih, ada benih yang jatuh diatas tanah yang subur, ada benih yang jatuh dipinggir jalan, ada yang jatuh diatas batu, ada yang jatuh di jalan sehingga mati terinjak orang. Ada benih yang tumbuh subur, tetapi ada pula yang tumbuh diantara ilalang.

Persepsi bisa berbeda. Tetapi justru karena itulah ada kekayaan dalam memandang suatu masalah. Di situlah tumbuh demokrasi, tempat dimana perbedaan pandangan dan ideologi bertaut satu sama lain dan diterima sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah.

Di situ kehidupan menjadi lebih kaya dan berwarna. Tetapi, kalau di wilayah publik hanya ada tafsiran tunggal, maka otoritarianisme bertumbuh dan berkembang disana. Kritik bahkan dituding sebagai penghambat dan penyebar kebencian. Kehidupan akan berubah menjadi kerdil. Kualitas kehidupan pun akan menurun.

Semoga Floresa.co makin kritis dan terus independen di tengah fenomena bisnis media yang makin pragmatis dan oportunis. Sebagaimana Pantai Pede sebagai titipan leluhur, mungkin suatu saat Floresa.co bisa menjadi media dimana titipan pesan keadilan dan humanisme selalu bergaung.

Penulis adalah anggota Komunitas Kopi Colol, Kupang

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini