Puisi-puisi Febri Nagut

Sang Pengembara

Sejak pertama keduanya bertemu

Ia, lautan kehidupan membanjiri badan

Mengelinding mencari lubuk hati

Bergulat dengan kehidupan dalam jangka tak biasa

Berjalanlah ia kesemua arah

Dengan mengeja mata

Mengeja telinga

Dan, mengeja kehidupan itu

Timbul tengelam suaranya

Dari dasar ceruk budi

Dalamnya ia berkisah tentang nama-nama

Dengan pena tumpul tak bertangan

Diujung desahan titik napasnya

Kata mata itu kembali terbangun

Seiring kerasnya dentuman kaki sang pengembara

Berjalanlah ia kembali

Mengikuti angin selingkuh jamak arah

Teruntuk (alm) Ibu

Masihkah kau ingat?

Ketika jarak menentu rindu

Waktu kau lepas embun nafasmu

Sajadahmu ada padaku juga

Masihkah kau ingat?

Kala ada senyum retak di tepi bibir

Memaksa air mata yang binar asa

Segala deritapun, aku makam pula

Lewat derita mata

Kau banyak membunuh kecewa

Menepis adanya fajar maut

Meskipun kau sendiri banyak bertanya,

Adakah aku sudah binasa?

Senjaku terlalu muda kembali

Si Pupus

Kau bilang cinta

Ketika aku panen harta

Bukannya aku buta

Tetapi, cinta harta dalamnya derita

Kau bilang rindu

Mendulang rindupun kau resah

Lekas kau lepas aku

Umur embunpun bersorak berumur

Itulah kau si pupus

Cinta setengah telaga

Merembes derita air mata duka

Anginpun selingkuh

Tatkala kau bangkitkan rasa cinta

Untuk kembali mendulang rindu

Toh, semuanya hampa

Dimana kecewamu malah merenggang nyawa     

Siesta

Dalam selembar, mata direnggut

Begitu mudahnya seperti umur embun

Manisnya itu meretakan segala kesegaran

Tepat ketika hujan tiba

Sulut apinya nyalakan dingin

Hujanpun rintik-rintik mulai menggoda

Dan, kaupun tahu

1001 cerita siap kita tenun


Febri Nagut kini tinggal di komunitas TOR Ritapiret. Alumnus SMP-SMA Seminari Pius Xll Kisol ini berasal dari Ruteng, Flores.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini