Gelar Misa dan Seminar, Cara Sanpio Mengenang Sang Pendiri

Floresa.co –  Selama 11 tahun terakhir, tanggal 6 Oktober menjadi istimewa bagi Seminari Pius XII Kisol (Sanpio), lembaga pendidikan yang terletak di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pada tanggal 6 Oktober 2004, sang pendiri sekolah itu, Pastor Leo Perik SVD meninggal dunia di negeri asalnya, Belanda. Untuk mengenang jasanya, Sanpio mengisi tanggal 6 Oktober tiap tahun dengan kegiatan-kegiatan ilmiah.

Tahun ini, digelar seminar, yang menghadirkan para siswa kelas XI sebagai pemakalah.

Rangkaian acara pada Selasa, diawali dengan Misa konselebrasi yang dipimpin oleh Romo Silvi Mongko, Kepala Sekolah SMA Sanpio.

Dalam kotbahnya, Rm. Silvi mengatakan, Pater Leo telah menanamkan nilai persaudaraan dan karya keselamatan yang agung.

“Ia adalah patron kesetiaan, fundator Sanpio tanpa batas,” katanya.

Pater John Dami Mukese SVD menjuluki Pater Leo dengan nama Bangau Putih karena ia telah berhasil terbang dari negeri Belanda menuju tanah Flores.

“Pater Leo adalah pembina yang tekun, teliti, dan disiplin. Pater Leo juga adalah seorang guru Matematika yang mampu memeriksa pekerjaan siswa dengan baik,” kata Romo Silvi.

Ia juga menyebut Pater Leo sebagai seorang arsitek yang handal yang mampu membangun gedung Sanpio yang khas dan unik.

“Ia juga adalah dokter yang melayani tanpa batas. Ia tahu mana siswa yang benar-benar sakit dan mana siswa yang berpura-pura sakit, “ jelasnya.

Diakhir kotbahnya, ia mengajak anggota komunitas Sanpio untuk meneladani sikap kerendahan hati dari Pater Leo.

Tema Seminar

Usai Misa, seminar pun digelar. Para siswa SMA Sanpio sebagai pemateri, .

Mereka dibagi ke dalam tiga rumpun yaitu rumpun Bahasa, rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Rumpun Bahasa mempresentasikan makalan berjudul “The role and ways to develop independent learning for students”.

Para pemakalah menuangkan ide tentang belajar mandiri, di mana mereka menjabarkan tentang keuntungan  dari pola belajar demikian.

Keuntungan yang diperoleh adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab, peserta didik akan merasa puas dengan hasil usaha dan kerja keras mereka, siswa dapat berpikir kreatif dan siswa mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang memadai.

Selanjutnya, Rumpun IPA, yang dikordinasi oleh Bpk. Lorens Jerahu mengambil penelitan tentang demonstrasi Fisika.

Demonstrasi-demonstrasi Fisika yang ditampilkan adalah telur  mengapung, cangkir yang tidak jatuh, adaptor, kertas teh yang terbang dan kumparan elektromagnet.

 Rumpun IPA sedang memperagakan demonstrasi fisika (Foto: Romo Dion Labur Pr)
Rumpun IPA sedang memperagakan demonstrasi fisika (Foto: Romo Dion Labur Pr)

Para siswa berperan sebagai pemakalah dan peraga. Mereka mampu menghipnotis para peserta seminar dengan peragaan alat dan bahan dari demonstrasi Fisika.

Pada kesempatan ketiga, rumpun IPS diperkenankan  untuk menyuguhkan makalah dengan tema umum tentang kekerasan terhadap anak.

Rumpun yang dipimpin oleh Ibu Paulina Lagur mengambil judul “Faktor-faktor penyebab kekerasan terhadap anak dalam keluarga”.

Para siswa mempresentasikan realitas kekerasan terhadap anak yang terjadi di masa sekarang.

Mereka mengambil contoh-contoh kekerasan ini dari berbagai sumber, khususnya dari surat kabar Kompas dan Pos Kupang.

Inti dari makalah ini adalah kasus kekerasan anak di Indonesia paling banyak terjadi dalalm lingkungan keluarga.

Keluarga sebagai agen sosial primer gagal membentuk kepribadian individu yang matang.

Keluarga sebagai tempat teraman yang semestinya memberikan perasaan aman yang paling dasariah berubah menjadi vircious circle yang sungguh menakutkan.

Seminar ilmiah ini, yang berlangsung pada pukul 08.30 – 12.30 WITA dihadiri oleh anggota komunitas Sanpio dan tamu undangan lainnya.

Di setiap pergantian presentasi antar rumpun, diselingi dengan penampilan band dari SMP dan SMA.

Di akhir kegiatan ini, Diakon Lorens Gafur SMM membacakan hasil perlombaan yang telah diselenggarakan dalam menyongsong hari Pater Leo.

Adapun perlombaan-perlombaan yang telah dilakukan ialah pidato bahasa Inggris, story stelling, dramatisasi Kitab Suci dalam bahasa Manggarai, tombo turuk, penulisan feature, opini, puisi dan kritik cerpen.

“Semua kegiatan berjalan sukses dan lancar karena semua seksi telah bekerja secara maksimal,” kata Romo Rila Baeng Pr, ketua panitia acara.

Ia juga menegaskan, dalam seminar, para siswa telah berhasil membawakan makalah dengan baik. 

Menjadi Tradisi

Kegiatan seminar telah dilakukan sejak tahun 2005.

Pada tahun ini, yang bertepatan dengan usia Sanpio ke-60, komunitas Sanpio juga disuguhkan video tentang Pater Leo selama masa hidupnya, yang diputar pada Senin kemarin (5/10/2015).

Saat penayangan video berdurasi hampir dua jam itu, Praeses Sanpio, Romo Dionisius Osharjo Pr mengatakan, Sanpio tidak merenungkan kisah Pater Leo seperti tahun-tahun sebelumnya melalui adegan-adegan di atas panggung.

“Kita bersyukur karena pada tahun ini kita diperkenankan sosok Pater Leo lewat video yang telah diedit dengan baik. Melalui tayangan ini, kita tidak dituntut untuk meniru cara dan gerak jalan dari pater Leo, tetapi kita diharuskan mengambil nilai kehidupan dari Pater Leo,” katanya.

Nilai kehidupan yang perlu dipetik, jelasnya, adalah kesetiaan, ketelitian, dan kerja keras.

“Pater Leo adalah seorang guru, arsitek dan dokter yang berkerja total,” jelasnya sebelum pemutaran video.

Video itu berisi penggalan kisah Panca Windu Seminari Kisl dan Emas Imamat Pater Leo pada tahun 1995. (Kontributor: Oriol Dampuk/ARL/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini