Floresa.co-Bagai menyulut api, ucapan Bupati Manggarai, Christian Rotok soal darah biru sontak menimbulkan perdebatan. Betapa tidak, Rotok kok sampai-sampai harus minta maaf kepada masyarakat lantaran dipimpin orang “biasa” selama sepuluh tahun. Tak lain, Rotok dan Deno sendiri.

Kini semua tahu, ucapan Rotok rupanya bukan tanpa sebab. Ia berujar demikian lantaran kecewa karena digunjingi soal asal-usulnya. Meskipun tidak punya bukti yang jelas, Rotok cukup gerah karena kasak-kusuk soal keturunan itu seolah menentukan kualitas kepemimpinan.

Dalam kaitan dengan pemilukada, ucapan soal darah biru itu erat hubungannya dengan Hery Nabit. Lawan tangguh calon incumbent, Deno Kamelus itu memang punya hubungan keluarga dari keturunan Todo-Pongkor. Ibunya, Agnes Mboi adalah saudari kandung dari Ben Mboi, mantan Gubernur NTT. Keduanya adalah anak dari Matias Mboi, yang tak lain adalah adik dari Raja Bagung,raja Manggarai pertama hasil bentukan Belanda.

Kalau dibaca dari logika Rotok, bagaikan penyelamat, seolah-olah kebangkitan kembali keturunan Kerajaan Todo-Pongkor yang menjelma dalam diri Hery Nabit, akan membangkitkan keterpurukkan Manggarai dalam segala dimensi persoalan. Jasanya selama sepuluh tahun, seolah tak ada artinya. Ia pun minta maaf.

Namun benarkah persoalan sesederhana itu?

Sebagai seorang politisi, ucapan Rotok sudah layak ditelusuri. Rotok bukanlah politisi kelas rendahan untuk level Manggarai. Setidaknya, kemenangan selama dua periode adalah buktinya. Maka, ucapan Rotok tak berlebihan kalau dicurigai sebagai strategi politik.

Pilihan Rotok, dalam pemilukada yang head to head mendatang, paling mungkin berpihak kepada Deno Kamelus. Ia tak mungkin mengkianati rekan kerja selama sepuluh tahunnya itu.

Bukti pertama dari dukungan Rotok itu, soal pilihan partai Gerindra. Menjelang verifikasi di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) santer terdengar kabar bahwa partai Gerindra bakal mendukung paket Viktor-Baeng. Nyatanya, Gerindra merapat ke kubu Deno-Madur. Tak berlebihan jika Rotok sebagai pengurus Partai Gerindra di NTT, punya andil.

Lantas, jika Rotok mendukung Deno Kamilus, apakah ucapannya soal darah biru itu bakal menjadi strategi yang ampuh?

Sudah tentu, strategi demikian sangat pas konteks masyarakat pemilih di Manggarai dan Indonesia pada umumnya.

Pernah berulangkali diucapkan Boni Hargens, pengamat politik nasional saat Pemilihan Presiden 2014 yang mempertemukan Jokowi-Prabowo, bahwa masyarakat pemilih di Indonesia sangat mudah berempati. Pihak yang sering menjadi objek cemoohan, justru dapat menjadi pilihan hati masyarakat.

Jokowi adalah contohnya. Seringkali dibilang ndeso, tak berwibawa, dan kurus—di luar alasan-alasan yang bersifat rasional—justru  ketimban rejeki. Ia disayangi dan diagung-agungkan. Ia lantas keluar sebagai pemenang dalam Pemilihan Presiden.

Rotok pun pernah mencicipi pengalaman serupa. Kemenangan pada periode pertama pada 2005, ia mampu mengalahkan lawan tangguh, Antony Bagul Dagur. Gaya politik yang sarkas dari Anton Bagul justru menguntungkan Rotok. Ia diposisikan sebagai pihak yang “kalah” lantaran badannya kecil.

Kini, Rotok kembali memainkan bola api yang sama. Ia menempatkan dirinya dan Deno sebagai pihak yang “kalah”. Bukan tak mungkin strategi itu bakal membakar rasa empati dalam hati masyarakat.

Namun, perlu diingat, kompetisi politik tak pernah mendaulatkan strategi tunggal. Selalu ada seribu satu kemungkinan.

Apa yang menjadi senjata andalan Rotok, sewaktu-waktu bisa berubah menjadi senjata makan tuan. Masyarakat bisa jadi justru berbalik mendukung Hery Nabit, yang sampai saat ini belum secara terbuka menyentil isu primordial.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek

Was-was Manipulasi Informasi Terkait Proyek Geotermal Poco Leok

Temuan Floresa mengungkapkan manipulasi informasi adalah salah satu dari berbagai “upaya paksa” meloloskan proyek tersebut.