Pungut Sampah: Ekspresi Cinta Warga Labuan Bajo Pada Pantai Pede

Komunitas orang muda di Labuan Bajo sedang memungut sampah di Pantai Pede (Foto: Kris Bheda Somerpes)
Komunitas orang muda di Labuan Bajo sedang memungut sampah di Pantai Pede (Foto: Kris Bheda Somerpes)

Labuan Bajo, Floresa.co – Beragama cara dilakukan warga di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengingatkan pemerintah agar tidak perlu menyerahkan Pantai Pede kepada investor, yang hendak membangun hotel berbintang di pantai itu.

Pada Minggu (9/8/2015) kemarin, sejumlah komunitas orang muda memilih memungut sampah di area pantai itu, hal yang mereka sebut sebagai bukti bahwa pantai itu adalah milik warga, bukan hanya milik pemerintah.

Mereka dari Komunitas Bolo Lobo, Komunitas Nggong Rang, Komunitas Film Matarantai dan Komunitas Kopi Sastra serta siswa SMA di kota Labuan Bajo.

Rangkaian acara dimulai dengan pertunjukkan band dari siswa SMA Negeri 2 Komodo. Begitu banyak pengunjung berjubel datang menonton.

Selang sejam kemudian, semua orang dibagikan ke dalam kelompok dan mulai menyisir area sepanjang Pantai Pede.

Rino Valentino, dari komunitas Bolo lobo mengajak semua pengunjung untuk turut serta dalam kegiatan ini.

Dari lima puluhan kresek hitam seukuran karung beras 100 kilogram, semuanya penuh dengan sampah. Sebagian besar adalah sampah plastik kemasan air mineral.
Darius, salah satu warga yang ikut dalam kegiatan sosial ini mengatakan kepada Floresa.co, ia merasa tergerak untuk ambil bagian.
“Pantai ini seharusnya bersih. Itu tanggung jawab kita,” kata pria yang sehari-hari, sejak 2014 menjual minuman khas Manggarai – yang biasa disebut tuak – di Pantai Pede.

Acara dilanjutkan dengan pentas band dari Komunitas Bolo Lobo dan SMA Negeri 2 Komodo.

Kegiatan kemarin, merupakan bagian dari acara pembuka menjelang Festival Pantai Pede, yang akan berlangsung pada 15-17 Agustus mendatang.

Beberapa kegiatan yang akan diadakan pada festival itu, antara lain pertunjukkan seni budaya, pameran, dialog publik, workshop dan acara rekreatif lain.

Polemik Pantai Pede

Festival itu digelar di tengah polemik Pantai Pede yang hingga kini terus berlanjut.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya berkali-kali menyatakan tidak akan mengubah kebijakannnya menyerahkan pantai itu kepada PT Sarana Investama Manggabar (PT SIM), perusahan milik Setya Novanto.

Sikap Lebu Raya, kini, didukung oleh Bupati Mabar, Agustinus Ch Dula yang secara terang-terangan menyatakan setuju dengan Lebu Raya, meski ia memberi catatan untuk membangun hotel berukuran kecil saja, tidak perlu hotel berbintang.

“Apa mau Pede itu semak begitu terus? Sehingga menurut saya tidak ada masalah dengan gubernur sebenarnya, karena yang saya tidak mengerti itu, kenapa kita tidak pernah dengar (penjelasan pihak provinsi-red),” ujar Dula dalam wawancara dengan Floresa.co beberapa waktu lalu.

Ia mengaku menyayangkan kelompok yang kontra dengan rencana ini karena tidak pernah mendengarkan sosisialisasi dari pihak provinsi.

“Saya bilang kalau saya yang sudah dengar penjelasan, saya akan tanda tangan (IMB hotel PT SIM-red), karena saya tahu ada manafaatnya,” ujarnya.

Kalau hotel itu dibangun, kata Dula, maka pemerintah tidak lagi pusing-pusing membersihkan Pantai Pede.

Pernyataan Dula itu tampak sebagai penegasan terhadap apa yang ia sampaikan usai rapat paripurna DPRD Mabar, 9 Desember 2014, ia mengatakan menyetujui permintaan Lebu Raya untuk membangun hotel di Pantai Pede.

Bahkan ia mengklaim, pembangunan hotel adalah penting bagi masyarakat Mabar.

“Tidak mungkin juga Labuan Bajo begitu terus saja. Saya punya mau juga supaya di Pantai Pede itu harus ada monumen apalah begitu. Bangunan apa yang sangat berarti yang membuat Labuan Bajo kaya sebagai akomodasi terhadap kepentingan pariwisata,” kata Dula.

Lalu, pada 16 Desember 2014, saat berdialog dengan perwakilan sejumlah komunitas orang muda di Labuan Bajo, ia mengatakan, tidak bisa melawan keputusan Lebu Raya.

“Omong tentang Pantai Pede, kalau diminta saya ikut berjuang melawan gubernur, saya minta maaf. Saya bupati. Kalau saya pensiunan bupati, mungkin,” ujarnya.

“Saya tidak mau mengatakan saya berjuang untuk Pantai Pede. Karena saya merasa apa ya, merasa sangat respek dengan gubernur”, demikian Dula.

Di tengah sikap pemerintah yang pro dengan pembangunan hotel, DPRD Mabar hingga kini juga masih tidak memperlihatkan sikap tegas.

Mereka belum pernah membuat pernyataan resmi yang mewakili institusi terkait kasus ini.

Meski demikian, bagi para aktivis, termasuk komunitas orang muda di Labuan Bajo, tidak ada kata mundur dalam perjuangan ini. (Gregorius Afioma/Ari D/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek

Was-was Manipulasi Informasi Terkait Proyek Geotermal Poco Leok

Temuan Floresa mengungkapkan manipulasi informasi adalah salah satu dari berbagai “upaya paksa” meloloskan proyek tersebut.