Ayo ke Lembata! Hanya dengan Satu Juta, Bisa Kunjungi Banyak Tempat

Tradisi penangkapan ikan paus di Lamalera, Kabupaten Lembata, salah satu sajian menarik untuk wisatawan (Foto: Ist)
Tradisi penangkapan ikan paus di Lamalera, Kabupaten Lembata, salah satu sajian menarik untuk wisatawan (Foto: Ist)

Floresa.co –  Ada kabar baik bagi para penggemar wisata, travelling, exploring, adventuring di Flores, khususnya di Lembata.

Pada 19-23 September 2015 mendatang, anda bisa menikmati pemandangan alam yang begitu indah dengan biaya yang lebih murah.

Pasalnya, pemerintah daerah membantu menggenjot dunia pariwisata dengan memberikan subsidi.

Dengan uang satu juta (tidak termasuk tiket pesawat), pengunjung bisa menikmati Lembata selama beberapa hari tanpa memikirkan penginapan, biaya transportasi serta urusan soal makan dan minum.

“Ini program dari pemerintah daerah. Segala urusan penginapan dan makan-minum sudah ditanggung pemerintah,” kata Elizabeth Nathiania sebagai salah seorang pegiat wisata di kota Lembata.

Jenis wisata apa saja yang bisa dinikmati di Lembata?

Dari Bukit Cinta Waijarang

Petualangan di Lembata dimulai dari Bukit Cinta Waijarang. Hijau rumput dan angin semilir akan menyambut di Bukit Cinta Waijarang.

Disebut Bukit Cinta karena bukit ini menjadi tempat anak muda berkumpul untuk pacaran. Bukit Cinta Waijarang hanya berjarak satu setengah jam dari Lewoleba menggunakan mobil.

Di sana, kamu duduk menikmati sore sambil memandang Ile Boleng yang dibingkai Selat Adonara.

Terkadang Solor dan Larantuka dapat terlihat di kejauhan. Bila menengok ke belakang, terlihat perbukitan hijau Waijarang yang anggun tertimpa cahaya matahari sore, seperti lukisan.

Perjalanan dilanjutkan untuk berburu momen matahari terbenam di Bukit Doa.

Bagi para peziarah, terdapat jalur untuk jalan salib, dimulai dari bawah bukit, dekat pantai, menuju ke puncak Bukit Watomiten di mana terdapat patung Bunda Maria setinggi tujuh meter.

Yang mengesankan adalah keseluruhan patung pada jalan salib dan Bunda Maria dirancang oleh seorang arsitek dari Yogyakarta bernama Eko Priono yang merupakan seorang Muslim.

Momen yang ditunggu adalah matahari membulat perlahan terbenam di sebelah Ile Boleng dengan sinarnya terefleksi di Selat Adonara dan semburat cahayanya menciptakan lembayung.

Pemandangan Laut

Lembata tidak hanya memiliki pemandangan bukit dan matahari, namun juga pemandangan bawah laut yang kaya. Untuk itu, tujuan berikutnya adalah Teluk Waienga!

Waienga adalah sebuah teluk di Pulau Lembata yang seringkali menjadi tempat paus yang terdampar.

Pada bulan Oktober 2014 lalu, misalnya, terdapat lima ekor paus yang masuk ke dalam teluk dan tidak dapat menemukan jalan keluar hingga harus diarahkan oleh penduduk dan berbagai elemen masyarakat untuk kembali ke lautan lepas.

Menurut cerita masyarakat setempat, paus adalah hewan yang penuh cinta. Mereka terdampar di Teluk Waienga lantaran ingin mencari Paus lain yang tak bisa lagi kembali ke laut lepas.

Dari beberapa yang terdampar itu, satunya tak terselamatkan. Warga akhirnya menyimpan tulangnya.

Selain itu, Teluk Waienga memiliki banyak spot snorkeling. Salah satunya adalah Liwo, yang menurut cerita adalah tempat ikan bertelur. Sering terlihat parrot fish yang sedang bertelur di karang dekat wall, gerombolan ikan dengan ekor berwarna kuning, dan ikan-ikan hias kecil.

Beberapa kali kuda laut terlihat berenang di antara karang. Karang di sini masih sehat dan utuh, ada yang berwarna kuning maupun putih gading.

Spot berikutnya adalah Nuhanera yang merupakan sebuah pulau kecil tidak berpenghuni. Di sini, kamu bisa bertemu lebih banyak variasi ikan, anemon fish atau yang biasa dikenal sebagai Nemo, lion fish, banner fish, dan pipe fish berwarna kuning.

Puas dengan snorkeling, kamu bisa berjalan menuju Bukit Nuhanera untuk menikmati pemandangan Teluk Waienga dan Tapelangu dari sedikit ketinggian. Jika kamu tertarik dengan fotografi landscape, pemandangan dari atas bukit Nuhanera sangatlah direkomendasikan untuk diabadikan! Hari itu ditutup dengan matahari terbenam di bahu Ile Ape, gunung tertinggi di Lembata.

Lamalera

Lamalera menjadi salah satu highlight kunjungan di Lembata. Di sana kamu menyaksikan atraksi nelayan Lamalera berburu ikan paus dan pari.

Kamu bisa melihat dari jarak dekat dengan menyewa kapal mesin, sangat direkomendasikan untuk kamu yang suka fotografi aksi untuk memotret Lamafa yang sedang beraksi.

Lamafa adalah seorang juru tikam yang menggunakan harpun tradisional untuk berburu. Masyarakat Lamalera sejak dulu hidup dari laut, hasil laut yang didapat digunakan untuk barter dengan masyarakat Atadei yang tinggal di pegunungan, sehingga masyarakat Lamalera pun bisa mendapatkan beras dan jagung.

Mama-mama Lamalera menenun kain sarung tenun ikat dengan berbagai motif yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari mereka.

Motif yang sering ditenun adalah koteklema (paus), pledang (kapal nelayan Lamalera), mokung (pari manta), dan tarummata (inspirasi yang mengalir). Tenun ikat adalah ekspresi kaum wanita Lamalera untuk bercerita tentang kehidupan mereka.

Buat kamu yang suka eksplorasi dan tantangan, Batu Tara adalah tempatnya! Batu Tara terletak di Pulau Komba, dua jam perjalanan dengan speed boat dari Lewoleba.

Batu Tara adalah gunung berapi aktif yang meletus setiap 20 menit. Letusan ini dapat disaksikan dari kapal dengan jarak dekat. Dengarkan gemuruhnya dan jadi satu dari sedikit orang yang sudah mengalami letusan gunung berapi dari jarak dekat!

Siapkan jadwal kamu tanggal 19 – 23 September 2015 dan gabung EXPLORE LEMBATA hanya dengan IDR 1 juta!

Pendaftaran bisa menghubungi Yuki di nomor 087877233798, Denny 081298287960, atau Nia 08561999543.

Hubungi kita juga untuk ngobrolin rencana extend kamu ke Danau Kelimutu di Pulau Flores, Alor, atau naik gunung Ile Ape di Lembata! Sampai ketemu di Lembata! (Nia/Gregorius Afioma/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini