Andre Garu Jaring Aspirasi Aktivis di Labuan Bajo

Andre Garu, Anggota DPD asal NTT, berdiskusi bersama aktifis di Labuan Bajo, Kamis (30/7/2015)
Andre Garu, Anggota DPD asal NTT, berdiskusi bersama aktifis di Labuan Bajo, Kamis (30/7/2015)

Labuan Bajo, Floresa.co – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Adrianus Garu menjaring aspirasi dari para aktifis berbagai latar belakang di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT.

Senator dengan sapaan Andre itu mengadakan rapat dengar pendapat dengan sejumlah aktifis pariwisata, lingkungan, LSM,pemerhati perempuan dan anak serta alumni Sekolah Demokrasi di Labuan Bajo, Kamis (30/7/2015).

Pertemuan dengan para aktifis ini berlangsun dalam suasana diskusi dengan tema ” Politik Sebagai Pelayan untuk Kesejahteraan.”

Andre dalam diskusi tesebut mengajak para aktifis untuk mendorong percepatan pembangunan di NTT, khususnya Manggarai Barat. “Mabar ini banyak potensi-potensi alam yang kita miliki hanya kita tinggal kelola dan promosikan,”tandasnya.

Dalam diskusi tersebut para aktifis menyoroti berbagai persoalan sesuai konsern mereka masing-masing seperti pesoalan pariwisata,masalah lingkungan,masalah ketenagakerjaan, masalah aset baik aset pemerintah pusat,aset pemerintah propinsi dan aset pemerintah daerah.

Ardi Dahim,dari Partai Amanat Nasional (PAN) mengungkapkan persoalannya banyaknya pengangguaran di Manggarai Barat. Ia juga menyoroti soal upah pekerja yang tak sesuai dengan upah minumum regional yang telah ditetapkan saban tahun.

Ativis LSM Silvester Harsidi mengungkapkan masalah kepemilikan aset di daerah khususnya di Mabar. Ia mengatakan banyak aturan yang diterbitkan pemerintah pusat,tidak sesuai dengan keinginan masyarakat di daerah.

Misalnya pengelolaan Taman Nasional Komodo (TNK) dan pulau-pulau yang ada disekitar pulau komodo banyak tumpang tindih pemanfaatannya. “Berapa hasil dari pengelolaan TNK, berapa untuk pusatnya, berapa untuk daerahnya,”ujarnya.

Edward Agimoi dari komunitas Bolo Lobo mengungkapakan kian tergerusnya ruang publik terutama tepi pantai di Labuan Bajo.

“Misalnya kalau kita pergi ke Wae Cecu tempat pariwisata milik masyarakat semuanya sudah ditutup hanya mau bangun hotel. Pesisir pantai sudah menjadi milik pribadi sementara dalam aturan pantai itu milik rakyat bukan milik peribadi,”ujar Edward.

Menanggapi berbagai masalah yang disampaikan para aktifis, Andre berjanji untuk memperjuangkannya di pemerintah pusat sesuai kapasitasnya sebagai anggota DPD.

“Kalau berkaitan pariwisata kita di Manggarai Barat terutama Komodo ini,saya bersama anggota DPD sudah melakukan promosi diberapa negara,dalam waktu dekat ada sahabat saya dari Belanda,Perancis,Meksiko,Belgia mau datang di Mabar selama tiga hari dan akan berkunjung di Pulau Komodo,”ujar Andre menceritakan pengalamannya telah mempromosikan Komodo ke Eropa.

Andre juga memberi perhatian pada polemik pengelolaan pantai Pede. Menurutnya, pengelolaan pantai tersebut harus sesuai dengan aspirasi masyarakat.

“Saya sudah mengatakan kepada pemerintah propinsi bahwa pantai Pede tetap milik rakyat,saya besama rakyat berjuang agar pantai Pede tetap menjadi ruang publik,”ujarnya. (Sirilus Ladur/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini