MOS di SMA Setia Bhakti: Teknologi Informasi untuk Perubahan Sosial

MOS di SMA Setia Bhakti Ruteng bahas secara khusus tentang bagaimana memanfaatkan teknologi informasi dalam mendorong perubahan sosial (Foto: Kris Bheda Somerpes)
MOS di SMA Setia Bhakti Ruteng bahas secara khusus tentang bagaimana memanfaatkan teknologi informasi dalam mendorong perubahan sosial (Foto: Kris Bheda Somerpes)

Ruteng, Floresa.co – Perkembangan teknologi informasi yang tidak disikapi secara bijak, khususnya di kalangan generasi muda, mendatangkan berbagai macam dampak negatif.

Itu terjadi karena kurangnya kesadaran dan belum terbukanya wawasan untuk menggunakan peralatan teknologi demi tujuan-tujuan yang positif.

Hal itu disadari oleh Suster Paulina SSpS, Kepala Sekolah SMA Setia Bhakti, salah satu sekolah swasta di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi ternyata lebih banyak dimanfaatkan secara negatif oleh siswa-siswi” tegas Suster Paulina, Selasa (14/7/2015).

Ia menyadari, sejauh ini, pihak sekolah memiliki sejumlah peraturan untuk menertibkan penggunaan teknologi informasi yang negatif tersebut.

”Namun, penertiban melalui peraturan saja dipandang tidak cukup oleh pihak sekolah,” katanya.

Karena itu, jelasnya, pihak sekolah berupaya melakukan upaya-upaya membangun kesadaran mengenai penggunaan teknologi informasi yang positif dan bertanggung jawab.

“Bahkan jika dapat, penggunaan teknologi informasi mesti menjadi inspirasi yang mendorong perubahan sosial,” katanya.

Untuk mendukung terwujudnya hal itu, pihak sekolah memasukkan materi penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) tahun ini.

Kegiatan ini yang hari ini memasuki hari kedua, diikuti 320 siswa-siswi baru.

Ney Dinan (baju hitam), salah satu fasilitator dari Sunspirt for Justice and Peace bersama siswa-siswi SMA Setia Bhakti (Foto: Kris Bheda Somperpes)
Ney Dinan (berbaju hitam), salah satu fasilitator dari Sunspirt for Justice and Peace bersama siswa-siswi SMA Setia Bhakti (Foto: Kris Bheda Somperpes)

Tema yang diusung dalam kegiatan hari ini adalah “Teknologi Informasi, Orang Muda, dan Perubahan Sosial: Membangun Peradaban vs Menghancurkan Peradaban,” dengan fasilitator dari Sunspirit for Justice and Peace.

Sesi yang didesain sangat partisipatif dalam seluruh prosesnya tersebut dibagi dalam tiga tahap, di antaranya Berbagi Perspektif, Alternatif-alternatif, dan Merumuskan Tindakan Bersama.

Tahap pertama diisi dengan diskusi kelompok. Siswa-siswi yang dibagi menjadi empat kelompok diminta mendiskusikan dan memberi tanggapan terhadap empat contoh kasus penggunaan handphone, media sosial dan internet. Di akhir tahap pertama itu, setiap kelompok diminta menawarkan bagaimana sebaiknya teknologi informasi dimanfaatkan.

Setelah diskusi kelompok, di tahap kedua, masing-masing kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi dan memberi penekanan pada bagaimana sebaiknya teknologi informasi digunakan.

Di bagian akhir tahap kedua ini, fasilitator dari Sunspirit for Justice and Peace membagi dua model terkait penggunaan teknologi informasi, yakni penyebaran informasi positif melalui media sosial dan media massa.

Model pertama para fasilitator yang semuanya juga tergabung dalam Komunitas Bolo Lobo, sebuah kelompok orang muda di Labuan Bajo yang sangat gencar menolak privatisasi Pantai Pede dengan tagar #SavePede, menceritakan bagaimana mereka memanfaatkan semua teknologi informasi yang tersedia (Facebook, Youtube, Blog, Website, dan lain-lain) untuk mengkampanyekan penolakan privatisasi Pantai Pede.

Model kedua para fasilitator merujuk laman digital Floresa.co sebagai sebuah situs berita independen yang dikelola oleh orang-orang muda yang punya integritas tinggi dalam mendorong perubahan sosial dan pembangunan yang berkelanjutan.

Bahwa sekarang Manggarai butuh orang-orang muda yang tidak hanya kreatif menggunakan media sosial tetapi juga kritis dalam menanggapi situasi konkret di sekitar untuk selanjutnya diangkat menjadi diskusi publik yang mencerahkan dan mencerdaskan.

Di tahap ketiga, fasilitator menantang siswa-siswi baru tersebut untuk menjadi agen perubahan yang menentukan masa depan tanah Manggarai  Raya dengan menggunakan seluruh kecanggihan teknologi informasi sebagai alat (tools) dan juga sebagai sebuah strategi gerakan (cyberactivism).

Serempak, siswa-siswi baru tadi menyatakan antusiasmenya untuk memanfaatkan teknologi informasi secara positif dan kreatif.

Di penghujung sesi, para fasilitator memutar sebuah film pendek yang sebelumnya pernah diunggah di Youtube tentang Komunitas Bolo Lobo dan memperlihatkan contoh berita yang diposting Floresa.co tentang seorang anak yang walaupun tidak sekolah karena kerterbatasan uang tetapi tetap mau berjuang membangun diri dan keluarganya.

Salah satu berita di Floresa.co yang menjadi bahan diskusi peserta MOS (dok Floresa.co)
Salah satu berita di Floresa.co yang menjadi bahan diskusi peserta MOS (dok Floresa.co)

Hal ini pun memantik respon dari para siswa-siswi pengurus OSIS dan guru pendamping yang menyatakan ketertarikan untuk terlibat dalam rencana kerjasama selanjutnya, baik dalam pembuatan film maupun kegiatan latihan menulis. (Laporan Edward Angimoy/ARL/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini