Walhi NTT: Kelaparan Tidak Bisa Diatasi dengan Pameran Pangan

Floresa.co – Bencana kelaparan yang kini melanda sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak bisa diatasi dengan hanya menggelar pameran pangan. Pemerintah perlu mengambil kebijakan progresif dalam  menyikapi situasi ini.

Hal itu ditegaskan Herry Naif, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTT, Kamis (25/6/2015).

Ia mengatakan kepada Floresa.co, bulan lalu, pemerintah dari kabupaten se-NTT menggelar pameran pangan di Kefamenanu, Timor Tengah Selatan (TTS).

Namun, menurutnya, kegiatan ini tidak menjawab permasalahan yang sedang terjadi.

“Pemerintah provinsi dan pemkab semestinya malu bila yang dilakukan pameran pembuatan makanan, tetapi yg terjadi adalah kelaparan,” kata Herry.

Ia menilai, kelaparan yang terus terjadi di NTT ini merupakan bencana tahunan.

“Karena itu hendaknya penanggulangannya pun harus dilihat dalam berbagai hal.”

Walhi menegaskan, perlu disadari bahwa keterbatasan pangan yang berdampak pada gizi buruk dan kelaparan ini akibat amburadulnya kebijakan pengelolaan sumber daya alam, di mana lebih mementingkan manajemen yang berbasis investasi denga pilihan industri pertambangan menjadi dominan.

“Ini berdampak pada kerusakan lingkungan secara massif, di mana ada perubahan bentangan alam dan kerusakan hutan.”

Selain itu, demikian Herry, pemerintah melalui instansi terkait seperti pertanian, peternakan, kehutanan, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kesehatan (Dinkes) dan instansi lain perlu membuat analisis penyebab terjadinya kelaparan yang terus terjadi.

“Bila evaluasi tidak dilakukan, maka NTT pada musim kemarau setiap tahun menjadi tontonan dan menghiasi media nasional dan lokal karena keterbatasan air,” katanya.

“Padahal, bila pemerinta serius melakukan penyelamatan lingkungan maka dampak perubahan iklim ini perlahan-perlahan diatasi. Terutama perbaikan iklim mikro di setiap wilayah di NTT,” lanjut Herry.

Berita terkait kelaparan di NTT memang menjadi topik pemberitaan di media-media nasional dan lokal beberapa hari terakhir.

Pada Selasa lalu misalnya. Kompas melaporkan, sebanyak 21.134 anak berusia di bawah lima tahun (balita) mengalami kekurangan gizi.

Selain itu, tercatat 1.918 anak menderita gizi buruk dan 11 balita meninggal selama Januari-Mei 2015. (Ari D/ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini