Tanda-tanda Baik Masa Depan Imigran Rohingya Mulai Tampak

Floresa.co – Malaysia dan Indonesia pada Rabu lalu (20/5/205), tidak lagi memulangkan manusia perahu, sebuah terobosan untuk mengatasi  krisis migran di kawasan itu setelah  beberapa jam  ratusan orang kelaparan diselamatkan di laut.

Sebelumnya, Myanmar, yang kebijakannya terhadap etnis minoritas Rohingya  disalahkan yang memicu orang-orang ke luar dari negara itu, juga bersikap melunak dengan menawarkan  bantuan kemanusiaan kepada para migran tersebut.

Malaysia, Indonesia dan Thailand telah memicu kemarahan internasional yang memulangkan manusia perahu ke laut yang telah kelebihan beban.

Tapi, Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman, dalam konferensi pers bersama  mitranya dari Indonesia Retno Marsudi, mengumumkan bahwa “pemulangan dan pengusiran (kapal) tidak akan terjadi” lagi.

“Kami juga sepakat untuk menawarkan mereka tempat penampungan sementara serta   proses pemukiman kembali dan pemulangan akan dilakukan dalam satu tahun oleh masyarakat internasional,” kata Anifah.

Keduanya berbicara setelah melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Thailand Tanasak Patimapragorn.

Namun, Thailand tidak menandatangani tawaran tersebut. Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha kemudian mengatakan kepada para wartawan di Bangkok bahwa pemerintahnya masih mempertimbangkan rencana tersebut.

Hampir 3.000 manusia perahu telah berenang ke pantai atau diselamatkan oleh dua  negara tersebut selama 10 hari terakhir setelah tindakan keras Thailand.

Anifah mengatakan intelijen Malaysia memperkirakan bahwa sekitar 7.000 orang masih berada di laut.

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan pengumuman Rabu adalah “langkah penting untuk mencari solusi terkait masalah ini, dan penting untuk  menyelamatkan nyawa manusia”.

Myanmar bersikap melunak

Dalam drama terbaru yang melibatkan migran dimana 433 orang kelaparan diselamatkan dari perahu reyot mereka di Indonesia oleh para nelayan setempat pada Rabu pagi, kata para pejabat dan nelayan.

Wartawan AFP mengkonfirmasikan perahu itu sama seperti sebelumnya  melewati antara Thailand dan Malaysia dalam beberapa hari terakhir ketika foto-foto penumpang Rohingya yang diambil AFP dan media lainnya nampak kurus dan lelah.

Nelayan Indonesia Muchtar Ali mengatakan ia menangis ketika ia melihat para migran tersebut.

“Saya terdiam. Melihat orang-orang ini, saya dan teman-teman saya menangis karena mereka tampak sangat lapar, begitu kurus,” katanya kepada AFP.

Seorang pejabat setempat mengatakan 70 anak, termasuk beberapa bayi dan 70 perempuan diselamatkan.

Media pemerintah Myanmar, Rabu mengutip pernyataan kementerian luar negeri mengatakan pemerintah “prihatin” dan “siap memberikan bantuan kemanusiaan kepada siapa saja yang menderita di laut”.

Ribuan warga Rohingya meninggalkan Myanmar barat  setiap tahun untuk melarikan diri akibat kekerasan dan diskriminasi di negaranya.

Utamakan Kemanusiaan

Para tokoh lintas agama di Indonesia merespon masalah pengungsi Rohingya dengan menyerukan agar pemerintah mengutamakan pertimbangan kemanusiaan.

Perwakilan dari tokoh Muslim, Kristen, Budha dan aktivis lintas agama menyatakan, Indonesia harus mengambil sikap berbeda dengan negara lain di Asia Tenggara yang menolak warga Rohingya.

Menurut mereka, “Konstitusi Indonesia dengan jelas menegaskan bahwa prinsip kemanusiaan adalah hal yang harus dijunjung tinggi.”

Dalam sebuah pernyataan bersama yang dibacakan dalam konferensi pers di kantor Wahid Institute – sebuah LSM yang fokus pada isu kebebasan beragama – di Jakarta, Kamis, tokoh agama menyatakan mengapresiasi langkah penduduk dan pemerintah lokal di Aceh yang menampung dan memberi pertolongan kepada para pencari suaka dan pengungsi Rohingya dengan alasan kemanusiaan.

Mereka juga meminta pemerintah untuk memberikan pertolongan kepada pencari suaka dan pengungsi di wilayah Indonesia, termasuk mereka yang saat ini masih terombang-ambing di tengah laut, untuk mencari solusi jangka panjang (durable solution).

Mereka juga mengapresiasi Presiden Joko Widodo yang memerintahkan jajarannya untuk memberikan perlakuan yang manusiawi kepada pengungsi Rohingya.

Namun, dalam kesempatan yang sama, mereka juga mengecam sikap TNI yang menolak para pencari suaka dan pengungsi untuk memasuki wilayah Indonesia.

Dalam polemik ini, militer Indonesia memang kerap menyampaikan pernyataan yang memberi sinyal adanya upaya penolakan terhadap kapal-kapal yang terdampar di wilayah Aceh dan mengangkut warga Rohingya.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko misalnya mengatakan dalam kuliah umum di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Rabu kemarin, bila Rohingya tidak dihalangi masuk ke Indonesia, maka bisa ada potensi masalah sosial yang bisa timbul.

“Dikhawatirkan ini akan memunculkan berbagai persoalan sosial. Kita sendiri menghadapi masalah masyarakat miskin masih banyak, Kenapa kita mesti menanggung persoalan baru?” katanya seperti dikutip detik.com.

Para tokoh lintas agama menyayangkan sikap demikian, sebagaimana ditunjukan TNI.

Kiai Maman Imanuhaq dari Nahddatul Ulama (NU) mengatakan, kini saatnya Indonesia menunjukkan momitmen pada kemanusiaan.

“Ini memang persoalan pelik, karena terkait dengan politik, sejarah dan masalah lainnya, tapi Indonesia harus menunjukkan pada dunia keberpihakan pada kemanusiaan,” katanya.

Ia menjelaskan, apa yang dialami oleh Rohingya adalah tragedi yang mesti disikapi semua pihak.

“Yang bisa dilakukan saat ini adalah memberi tempat bagi para pengungsi,” kata kiai yang juga anggota DPR RI ini. (Ari D/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini