In Memoriam Romo Ichon Tanis: Sang Seniman

Ruteng, Floresa.co– Kabar meninggalnya Romo Sirilus Sonni Tanis, Pr , yang juga biasa dipanggil Romo Ichon membawa duka mendalam bagi hampir sebagian besar para pastor di Keuskupan Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Para pastor merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Romo Ichon pada Jumat (15/5/2015) subu.

Mantan kepala Sekolah SMP dan SMA Santu Klaus Kuwu ini meninggal karena penyakit yang sudah lama dideritanya. Sekitar empat tahun lalu, Romo Ichon divonis menderita penyakit radang batang otak atau meningitis.

Ketika awal mengidap penyakit ini, ia sempat dirawat di Rumah Sakit Santa Elisabet Semarang, Jawa Tengah.

Namun dokter mengatakan, penyakitnya sulit disembuhkan. Karena itu, pastor kelahiran Labuan Bajo, 16 Februari 1972 dan keluarganya memutuskan pulang ke Labuan Bajo untuk mencari pengobatan tradisional.

Selama  lebih dari empat tahun ia bergulat dengan penyakitnya itu sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir di klinik suster Dina St. Yosef di Labuan Bajo, Manggarai Barat sekitar Pukul 01.30 WITA.

Biografi Singkat

Romo Ichon lahir pada 16 februari 1972 di Bea Waja, Pagal, kecamatan Cibal. Ia adalah anak kedua dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintah sedangkan ibunya adalah seorang guru.

Karena tugas dari orang tuanya, selama duduk di bangku Sekolah Dasar ia sempat berpindah-pindah sekolah. Dalam kurun waktu dari 1978-1984 ia menempuh pendidikan di SDK Pagal 2, kecamatan Cibal, Manggarai dan SDI werang, Kecamatan Sanonggoang, Manggarai Barat.

11218217_10203942241095674_4649020254777103849_n
Jenasah Romo Ichon dikelilingi oleh anggota keluarga

Kemudian ia masuk Seminari Kisol yang terletak di kelurahan Tana Rata, Kecamatan Kota Komba, kabupaten Manggarai Timur pada 1984-1990. Di sana Ia menempuh pendidikan SMP dan SMA.

Setelah tamat, ia memutuskan untuk menjadi imam diosesan Ruteng dan karenanya menjalani masa Orientasi Pastoral (TOR) di Maumere pada tahun 1990-1991 dan melanjutkan studi filsafat di STFK Ledalero, Maumere pada tahun 1991-1995.

Pada tahun 1995-1997, ia menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Seminari Pius XII Kisol. Setelahnya, studi teologi ditempuhnya pada 1997-1999 di STFK Ledalero lagi.

Usai menghabiskan semua formasi pendidikan calon imamnya, akhirnya ia ditahbiskan sebagai diakon pada 9 Mei 1999 dan menjalani masa diakonat di paroki Katedral Ruteng. Lalu pada 28 September 1999 ia ditahbiskan menjadi imam dengan motto tahbisan “ah Tuhan…!”(Kel 4: 10, 13).

Tempat tugasnya setelah menjadi imam adalah sekolah menengah Santu Klaus-Kuwu, kecamatan Ruteng, kabupaten Manggarai. Selain menjadi imam, ia merangkap sebagai pembina asrama dan pengajar. Di sana ia bertugas dari 2001-2008.

Kemudian ia berpindah ke Komisi Sosial (Komsos) Keuskupan Ruteng pada 2008-2010. Sejak tahun 2010 itu ia mulai jatuh sakit.

Untuk diketahui perjalanannya hidupnya sebagai imam tidaklah sendirian dalam keluarga. Ia juga mempunyai dua saudara kandung yang telah menjadi pastor. Keduanya adalah Romo Ardu Tanis, seorang imam Keuskupan Ruteng dan Pastor Oping Tanis, seorang biarawan Fransiskan.

Sosok Seniman yang Mengagumkan

Di kalangan rekan imam, sosok Romo Ichon dikenal unik dan mengagumkan. Ia adalah sosok seniman yang sangat mencintai dunia musik dan memiliki karakter yang patut diteladani.

Romo Ompi L Latu, Ketua Komisi Kerahiman Keuskupan Ruteng adalah salah satu yang mengakuinya.

“Dia (Romo Ichon) adalah pribadi yang mengagumkan dan menyenangkan. Dia selalu melihat hal positif dari orang lain. Saya jarang mendengar cerita jelek tentang orang di depan dia,” kata Romo Ompi yang juga memiliki hubungan keluarga dengan Romo Ichon.

Selain itu, menurutnya, Romo Ichon adalah seorang seniman sejati. Romo Ichon sangat mencintai musik. Ia sering mengarasemen dan menciptakan lagu-lagu rohani walaupun ia enggan mempublikasikan karya-karyanya.

Romo Herman Ando, tetangga kamar Romo Ichon sewaktu bertugas di Komsos, menambahkan, Romo Ichon adalah seorang seniman yang periang.

“Dia seorang imam yang periang dan seorang seniman. Dua alat musik yang selalu dimainkannya yaitu gitar dan keyboard,” kata Romo Herman.

Selain lekat dengan kesan sebagai seorang seniman, ada yang mengenang sosok Romo Ichon sebagai seorang humoris.

Eras Baum, mantan muridnya, menulis cerita demikian di akun facebooknya,

Konon, saat TOP di Seminari Kisol, Pastor Ichon Tanis, Pr pernah ditanya oleh para muridnya. “Frater, Siapa istri Musa?”
Karena tidak tahu jawabannya, Frater Ichon menjawab, “Ah, kalian masih kecil jangan sibuk dengan istri orang”.

Kini pastor yang dikenang sebagai seniman dan humoris itu telah pergi. Ia rencananya dikuburkan di Unio Keuskupan Ruteng di Kuwu, Paroki Santu Klaus Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Senin 18 Mei 2015. (Ardy Abba/Gregorius/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini