SMA Primadona Ruteng Bertekad Perbaiki Kualitas

Ruteng, Floresa.co- Sekolah Menengah Atas (SMA) Primadona Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) bertekad mulai membenahi diri untuk meningkatkan kualitas para lulusannya.

Jika sebelumnya, sekolah yang berada di kelurahan Golo Dukal- kota Ruteng ini selalu dikenal dengan stigma miring yaitu sebuah sekolah yang menjadi tampungan terakhir dari para siswa pindahan dari berbagai sekolah di Manggarai dan sekitarnya, kini ia mulai membenahi diri untuk meningkatkan kualitasnya.

“Mulai tahun ajaran baru ini (2015), kami mulai kerja keras untuk meningkatkan kualitas dengan berbagai aturan yang ketat,” ujar Ferdinandus Jemarut, Kepala Sekolah SMA Primadona kepada Floresa.co di ruang kerjanya, Kamis (30/4/2015) kemarin.

Ferdinandus yang mulai memimpin lembaga pendidikan Primadona sejak Januari lalu itu menegaskan, mulai tahun ajaran baru di tahun 2015 ini pihaknya berkomitmen untuk merubah aturan di sekolahnya agar siswa lebih disiplin dalam menjalani proses pembelajaran.

Jika sebelumnya, kata dia, SMA Primadona sering menerapkan piramida terbalik dengan kebijakan sekolah lain di kota Ruteng, kini ia berjanji akan mulai merubah dan memperketat aturan siswa yang ingin pidah ke sekolahnya.

Piramida terbaik, jelas Ferdinandus yaitu, jumlah murid saat masuk lebih sedikit ketimbang saat ujian akhir karena penambahan murid-murid pindahan dari sekolah-sekolah.

“Kali ini kami mulai merubah aturan di sekolah untuk menerima murid pindahan. Kita tidak asal terima murid pindahan. Kami mau terima, dengan dasar lengkapi administrasi, seperti, rapor dan surat pindah siswa,” tegas Ferdinandus.

Misalnya, sebut dia, salah satunya jika dalam sebulan absen tanpa keterangan sebanyak 20 kali, maka tak segan-segan pihaknya untuk mengeluarkan siswa yang bersangkutan dari sekolah tersebut.

Hal lain yang ia akan lakukan dalam upaya pembenahan yaitu mengarahkan para gurunya mencari metode dan strategi pembelajaran lain untuk membimbing dan membentuk karakter siswa di sekolah swasta tersebut.

Jumlah guru di SMA Primadona saat ini sebanyak 20 dengan latar pendidikan S1. Dua diantaranya sudah Pengawai Negeri Sipil (PNS). Operator komputer pun sampai saat ini berlatarbelakangkan pendidikan S1.

“Saya profesiat dengan guru-guru saya di sini karena telah memberikan tenaga ekstra untuk anak-anak,” katanya.

Meski ada stigma miring SMA Primadona, Ferdinandus mengakui, sekolahnya selama ini sudah sangat membantu anak bangsa yang menurut sekolah lain sangat tidak layak menerima ijasah dengan berbagai pertimbangan. Namun, SMA Primoda menampung para siswa buangan tersebut sehingga berhak meneruskan pendidikannya.

“Kalau dikaji juga, banyak output dari sini (SMA Primadona) yang sudah jadi sukses. Coba di cek,” ungkapnya.

Ia mengatakan sekolah yang berdiri sejak tahun 1989 itu sudah banyak mencetak para sarjana tidak kalah bedanya dengan sekolah-sekolah lain.

Ferdinandus sangat mengharapkan kepada pemerintah agar serius memperhatikan sekolahnya. Misalnya, kata dia, dengan kebijakan membatasi penerimaan siswa di sekolah-sekolah negeri di Manggarai. (Ardy Abba/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini