Erni Adar: Karena Saya Perempuan

Kolom ini, disediakan khusus oleh Floresa.co untuk tempat berbagi pengalaman, cerita-cerita bagi anak muda, putera-puteri asal NTT . Isinya tak seserius – kalau boleh dikatakan demikian – dengan tulisan-tulisan lain yang dipublikasi Floresa.co. Di sini, kami membagi tulisan-tulisan santai, yang ringan untuk dicerna. Jika Anda tertarik menulis di sini, silahkan kirim artikel ke [email protected].

10653788_1469835366623521_3903907704697190727_n
Erni Adar pada saat di Wisuda di Poltekkes Kemenkes Kupang

Kekerasan bisa dalam bentuk fisik (non-verbal) dan verbal. Kekerasan non-verbal bisa ditemui dalam perilaku memukul, menampar, dan lain sebagainya. Sedangkan kekerasan verbal terlihat dalam kata-kata yang biasa diucapkan.

Kalau kekerasan fisik  amat jelas karakteristiknya. Tidak demikian dengan kekerasan verbal. Kerap kita tidak sadar kalau apa yang kita ucapkan sudah menyepelehkan dan menyakiti orang. Hal itu kadang terkait dengan mindset, budaya, kepercayaan, ideologi, dan lain sebagainya.

Kekerasan verbal itulah yang juga menjadi keprihatinan dari Erni Adar. Menurutnya, perempuan seringkali menjadi objek dari kekerasan tersebut.

Saat ini, ia adalah mahasiswi kebidanan di Universitas Nasional Jakarta.  Sebelumnya, gadis kelahiran 1 Juli 1993 ini menempuh pendidikan menengah di SPK St. Elisabeth Lela, Maumere.

Berikut curahan hati dari Erni:

 

Suatu hari, saat saya sedang berhadapan dengan suatu masalah yang sangat berat. Teman pria saya bertanya, “Kenapa kamu masih bisa bertahan dalam masalah itu? Kalau saya jadi kamu saya mungkin sudah menyerah”.

Saya hanya tersenyum dan menjawab, “Karena saya perempuan”.

Dear pria, kami mungkin secara fisik terlihat lemah, cengeng, cerewet, manja atau segala hal yang dalam pandangan kalian “lebay” . Tapi sebenarnya secara mental kami lebih kuat daripada kalian. Kalian tidak tahu, untuk menjadi seorang perempuan itu tidak mudah.

Ada banyak hal yang dituntut dari kami, ada banyak perubahan yang harus kami hadapi baik secara mental maupun secara fisik dan ada banyak tekanan yang harus kami terima khususnya dari kaum kalian.

Tapi kami bisa menjalani itu semua, sekali lagi karena kami perempuan dan kami kuat.

Sering kami berkata, “Kami baik-baik saja”. Walau sebenarnya dalam hati kami merasa sangat sakit. Itu bukan karena kami sok kuat tapi kami hanya tidak ingin membebani kalian. Kami cerewet tapi jika kalian menelusuri apa yang membuat kami cerewet, kalian akan mendapat alasannya.

Kami kadang cepat menangis karena menangis adalah salah satu cara yang menguatkan kami saat kami sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit. Terima kasih pada Tuhan yang telah menciptakan air mata.

Tapi, kalian sering memandang kami rendah saat kami menangis.

Kalian tidak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi kami dan bagaimana rasanya kami melalui semua proses dalam kehidupan kami.

Kecantikan! Hal ini yang justeru sering sekali kaum kalian lihat. Ya.. pria memang makhluk visual.. tidak heran kalian selalu ingin mendapatkan perempuan yang “cantik” .11051807_1557247924548931_3133097688566084154_n

Tapi tahukah kamu kalau semua perempuan itu cantik, kamu tidak bisa membandingkan bunga mawar dan bunga melati atau putri malu dan bunga bangkai.

Semua kami memiliki keunikan masing-masing, lengkap dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Bunga mawar memiliki kelebihannya sendiri, begitupun bunga bangkai.

Tapi tahukah kalian, kecantikan fisik perempuan tidak bertahan lama, di umur 30-an kami sudah menunjukan tanda-tanda penuaan.

Pertanyaannya, jika kalian memilih perempuan hanya karena cantik secara fisik apakah kalian tetap mencintainya jika kecantikannya sudah pudar?

Jadi lihat hati kami. Saya yakin kalian paling pintar menilai hati kami. Kalian paling tahu mana yang tulus dan mana yang tidak.

Kecantikan hati itu membawa kebahagiaan. Tetapi sebagai manusia,  tentunya kami punya kekurangan juga. Cintai kekurangan kami dan kalian akan lihat bagaimana seorang perempuan mencintai kalian dengan tulus.

Terakhir, semua perempuan itu indah. Kami bukan objek penilaian dan perbandingan kalian, hargai kami dan lihat bagaimana alam akan menghargai kalian juga karena sebenarnga perasaan kami dan perasaan alam itu sama.

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini