Blogger: “Sebagai Muslim Saya Malu Ahok Dimaki”

AhokFloresa.co – Salah satu blogger yang mengaku beragam Muslim, menulis sebuah artikel simpatik, di mana ia membela sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama dalam konflik dengan anggota DPRD DKI.

Gunawan, nama blogger tersebut menulis di Kompasiana.com  “ apa yang telah dilakukan Ahok sudah dalam koridor yang jelas dan sesuai dengan konstitusi”.

“Masalahnya Ahok orangnya blak-blakan dan tidak pakai ‘tedeng aling-aling’ artinya dia tidak munafik dan pura-pura sopan dan santun ternyata munafik dan berlaku korup seperti sebagian anggota DPRD DKI yang ditengarai memanipulasi anggaran siluman sebesar 12,7 trilyun,” tulis Gunawan dalam artikel berjudul “Sebagai Muslim Saya Malu Ahok Dimaki”

Ia menambahkan, “bagi yang benci Ahok atau tak suka, saya memahami sebenarnya mereka bukan tak suka jika korupsi dibasmi, namun sebenarnya mereka malu hati kenapa bukan para pemimpin mereka yang bertindak seberani Ahok.

“Malah pemimpin mereka banyak yang memalukan dan bertindak korupsi bahkan ada yang sedang menginap di hotel prodeo,” tulisnya.

Gunawan menjelaskan, kata “mereka” merujuk kepada sebagian pendukung partai tertentu yang tidak ia tuliskan namanya.

“Karena memang secara kasat mata para pembenci Ahok banyak dari kalangan “mereka” yang lebih cinta negara Arab Saudi ketimbang ibu pertiwi. Padahal ada hadist yang mengatakan “cinta tanah air adalah sebagian dari iman”.

Di bagian akhir tulisannya, ia menyatakan meminta maaf kepada Ahok dan warga keturunan Tionghoa.

“Sebagai seorang muslim dan bukan China saya merasa malu dan menyesal atas perbuatan anggota dewan DPRD DKI. Sebagai ungkapan rasa malu ini maka  saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ahok dan segenap warga Tionghoa yang tersinggung dengan makian anggota dewan yang bersikap rasis dan tak menunjukkan etika sedikitpun sebagai seorang anggota dewan yang terhormat,” tulisnya.

Berikut artikel lengkap Gunawan yang dikutip Floresa.co, Kamis (12/3/2015)

Ahok kenapa lu cina
coba lu pribumi
pasti lu tak disalah arti
padahal lu cinta pertiwi

Ahok jangan berkecil hati
walau lu cina
lu lebih baik dari mereka
pejabat pribumi
yang suka korupsi

(Penggalan puisi dengan judul: Ahok Kenapa Lu Cina).

Bait-bait puisi diatas adalah puisi yang saya posting di Kompasiana sudah hampir 2 tahun yang lalu. Namun sepertinya puisi ini masih relevan untuk tetap menggambarkan Ahok yang tetap sama seperti saat masih menjabat menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi pak Jokowi.

Gara-gara Ahok seorang keturunan China beliau mendapat perlakuan kasar dan rasis dari salah seorang anggota legislatif DPRD DKI yang memaki dengan ucapan yang tak pantas keluar dari mulut seorang anggota dewan yang katanya terhormat itu. Tak usah saya tuliskan makiannya karena tak tega saya menuliskannya di sini.

Apakah benar Ahok hanya pencitraan dengan sikap berani dan kasarnya itu (menurut yang benci). Malah ada seorang kepsek di Kompasiana yang sudah lama tidak login menulis komentar yang menurut saya tidak pantas juga. Mungkin karena memang dia sudah kadung benci sama Ahok jadi menurutnya Ahok itu mulut comberan. (Lihat komentarnya di artikel Pakde Kartono).

Tapi menurut saya apa yang telah dilakukan Ahok sudah dalam koridor yang jelas dan sesuai dengan konstitusi. Masalahnya Ahok orangnya blak-blakan dan tidak pakai “tedeng aling-aling” artinya dia tidak munafik dan pura-pura sopan dan santun ternyata munafik dan berlaku korup seperti sebagian anggota DPRD DKI yang ditengarai memanipulasi anggaran siluman sebesar 12,7 trilyun.

Bagi yang benci Ahok atau tak suka saya memahami sebenarnya mereka bukan tak suka jika korupsi dibasmi, namun sebenarnya mereka malu hati kenapa bukan para pemimpin mereka yang bertindak seberani Ahok. Malah pemimpin mereka banyak yang memalukan dan bertindak korupsi bahkan ada yang sedang menginap di hotel prodeo.

Kata “mereka” merujuk kepada sebagian pendukung partai tertentu yang tak saya tuliskan namanya, karena memang secara kasat mata para pembenci Ahok banyak dari kalangan “mereka” yang lebih cinta negara Arab Saudi ketimbang ibu pertiwi. Padahal ada hadist yang mengatakan “cinta tanah air adalah sebagian dari iman”. Walau ada yang membantah bahwa hadist palsu tapi tertulis dalam 6 kitab hadist yang terkenal yaitu:

1)    Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 26.
2)    Ad-Durar al-Muntasyirah hadits nomor 189.
3)    Al-Maqashid al-Hasanah hadits nomor 391.
4)    Kasyf al-Khafa hadits nomor 2011.
5)    Al-Asrar al-Marfu’ah hadits nomor 168.
6)    Tadzkirat al-Maudhu’ah jilid 2 halaman 128.

Saya pernah bekerja dalam satu proyek dengan orang-orang yang menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Lalu saya merasa tidak cocok dan protes dengan mengatakan, “Pak ini kerjaan kita kan bukan untuk instansi kenapa pakai alat-alat kantor?” Dengan santainya mereka menjawab,, “tidak apa-apa nanti kita keluarkan infak dan sedekahnya”.

Maksudnya apa? Apakah kita bisa membersihkan atau mencuci pakaian dengan air kotor. Harta yang didapat dari korupsi apapun bentuknya adalah harta haram dan kotor. Walau kita berinfaq dan bersedekah dengan harta itu tetap saja kotor. Tapi entahlah mungkin mereka punya dalil sendiri.

Malah pernah saya mendengar pendapat dari kalangan mereka bahwa mengkorupsi negara yang tidak berhukum dengan hukum Tuhan boleh dan halal karena negara itu adalah negara “thogut” artinya tidak berhukum dengan hukum Allah. Apa bisa segampang itu? Entahlah saya jadi heran sendiri. Kalau memang itu prinsifnya ya hancurlah negara ini. Karena merasa tak sesuai dengan hati kecil saya, saya pun tidak mau bekerjasama lagi dengan mereka.

Kembali ke topik seorang Ahok yang bukan muslim dan bahkan keturunan Tionghoa akhirnya bisa “mencabik-cabik” dan mempermalukan orang-orang yang mengaku paling alim dan mengerti hukum agama tapi pandai memutar balikan hukum itu sendiri. Sosok Ahok yang tegas dan melibas siapa saja yang berbuat curang dan korupsi akan dilawan sampai mati. Dan ini membuat malu saya yang seorang muslim yang jelas-jelas menerapkan hukum potong tangan jika ketahuan mencuri  konon lagi korupsi.

Sebagai seorang muslim dan bukan China saya merasa malu dan menyesal atas perbuatan anggota dewan DPRD DKI. Sebagai ungkapan rasa malu ini maka  saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ahok dan segenap warga Tionghoa yang tersinggung dengan makian anggota dewan yang bersikap rasis dan tak menunjukkan etika sedikitpun sebagai seorang anggota dewan yang terhormat.  Biarlah saya terlebih dahulu meminta maaf untuk menggugah hati mereka mengakui kesalahanya dan mengucapkan maaf secara terbuka.

Salam Damai untuk Kita Semua.

 (ARL/Floresa)

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini