Bila Menjadi Bupati, Tobias Wanus Tetap Andalkan Pertanian Untuk Mabar

 

Ilustrasi Petani (Ist)
Ilustrasi Petani (Ist)

Floresa.co – Tobias Wanus masuk dalam bursa bakal calon bupati Manggarai Barat (Mabar) tahun ini. Saat ini, poltikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi NTT.

Dia mengaku tengah menimbang sejumlah nama untuk menjadi pendampingnya sebagai wakil. Antara lain, Frans Sukmaniara, Ketua DPC Partai Demokrat Mabar. Namun, informasi yang diperoleh Floresa.co, Sukmaniara juga sedang didekati Maksimus Gasa.

Sebagai politikus PKB, Tobias hakul yakin partai besutan mendiang Gus Dur itu bakal mengusungnya dalam pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Mabar tahun ini. Meskipun, beberapa waktu lalu PKB juga membuka pendaftaran untuk sejumlah bakal calon lainnya.

Selain PKB, dia juga sudah melakukan pendekatan ke PDI-Perjuangan dan Partai Demokrat. Tiga partai ini masing-masing memiliki tiga kursi di DPRD. Sehingga total jumlah kursi dari ketiganya sembilan atau 30% dar keseluruhan jumlah kursi di DPRD yang mencapai 30 kursi.

Bila berhasil meraih dukungan tiga partai itu, jumlah tersebut sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan tiket masuk dalam kancah pertarungan pemilukada Desember nanti. Kalau pun hanya bisa mendapatkan dua dari tiga partai itu, Tobias tetap bisa lolos sebagai kandidat.

“Lamaran resmi sudah disampikan, bahkan sudah bawah visi misi,”ujarnya kepadsa Floresa.co, Senin (9/3/2015).

Setidaknya ada tiga agenda utama yang dilakukan Tobias bila kelak dipercaya masyarakat Mabar untuk menjadi bupati.

Pertama, menurutnya masalah mendasar di kabupaten yang saat ini dipimpin oleh Agustinus Ch Dulla itu adalah pengelompokan politik di masyarakat akibat pemilihan umum kepala daerah lima tahun lalu. Itulah, kata dia yang membuat para pemimpin di Mabar sangat terganggu dalam memajukan Mabar.

“Karena itu visi saya yang paling utama adalah memwujdukan masyarakat Manggarai Barat yang demokrattis. Karena menurut saya demokrasi yang bermartabat, jujur, dan bersih itu menghasilkan figur yang bersih . Dengan demikian team work yang dia bentuk nanti yang bersih, jujur, berwibahwah dan mau bekerja,”ujarnya.

“Karena itu biokrat yang mau ditempatkan sebenarnya harus atas dasar profesional, tidak boleh atas dasar balas jasa,”sambungnya.

Kedua, menurutnya saat ini paradigma pembangunan fisik di Manggarai Barat berorientasi pada mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) dan dikerjakan semata-mata karena takut pada pemeriksaan atau jeratan hukum.

Sementara tujuan atau manfaat dari banguanan fisik yang dibangun itu tidak dipikirkan. “Sehingga banyak pembanguan fisik di Manggarai Barat itu yang mubazir. Jemabatan dibangun, tidak tahu tujuannya apa, ada begitu banyak juga bangunan seperti pasar, itu tidak dimanfatkan. Mubazir milira rupiah,”ujarnya.

Menurutnya, paradigma ini yang harus diubah. Pembanguan fisik harus berorientasi pada manfaatnya untuk kepentingan publik. Ukuran keberhasilannya pun bila bermanfaat bagi publik, bukan semata-mata beres dari sisi prosedur apalagi hanya beroriantasi pada keuntungan kelompok tertentu.

Ketiga, menjadikan pertanian sebagai sektor andalan. “Orang katakan Manggarai Barat itu identik dengan kabupaten pariwisata,Labuan Bajo kota pariwisata. Memang benar, cuma pemilik dari semuanya itu adalah kelompok kapitalis, masyarakat Manggarai Barat hanya mendapatkan cipratannya,”ujarnya.

Karena itu, kata dia, bila kelak dipercaya masyarakat untuk menjadi bupati, sektor pertanian tetap menjadi fokus perhatiannya.

“Karena 60% masyarkat Manggarai Barat itu bergerak di bidang pertanian, maka kalau masalah pertanian itu terjawab dengan baik saya yakin jauh lebih mensejahterakan Manggarai Barat,”tandasnya.

Dia mengatakan pemberitaan media belakangan ini mengungkapkan bahwa Mabar mengimpor beras dari daerah lain. Menurutnya, ini sangat miris. Karena seharusnya justru daerah inilah yang mengekspor beras ke daerah lain. “Saya malu, kalau di Manggarai Barat itu beredar beras dari daerah lain,”ujarnya. (PTD/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini