Dosen dan Mahasiswa di Alor Gelar Unjuk Rasa Mengecam Pembunuhan Yoseten Illu

Yosten Illu, Mahasiswa Universitas Tribuana, Kalabahi, Alor yang dibunuh orang tak dikenal pada Kamis malam (15/1/2015)
Yosten Illu, Mahasiswa Universitas Tribuana, Kalabahi, Alor yang dibunuh orang tak dikenal pada Kamis malam (15/1/2015)

Alor, Floresa.co – Ratusan mahasiswa serta beberapa dosen di Universitas Tribuana (UNTRIB) Kalabahi, Alor menggelar unjuk rasa pada Kamis (22/1/2015), mengecam pembunuhan terhadap Yoseten Illu, salah satu mahasiswa universitas tersebut.

Dalam aksi tersebut, mereka berjalan kaki sepanjang 10 km dan menyampaikan petisi kepada Pemerintah Daerah (Pemda), Ketua Pengadilan Negeri Kalabahi, Kepala Kejaksaan dan Kapolres Alor.

Petisi yang ditandatangani oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Dominggus Langmani dan Ketua Bidang Kemahasiswaan UNTRIB Yusak Tausbele itu berisi permintaan kepada kepolisian, Pemda dan DPRD untuk menyelesaikan secara tuntas kasus pembunuhan terhadap Yoseten.

Kepada Polres Alor, mereka meminta agar dalam jangka waktu 3 kali 24 jam, pelaku segera ditangkap dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Mereka juga mendesak kepolisian agar mampu memberi rasa aman kepada warga Alor.

Sementara untuk pemerintah, mereka meminta untuk mengambil langkah-langkah penting dan strategis dalam mengatasi kasus pembunuhan tersebut, sekaligus mencegah terulangnya kasus serupa di kemudian hari.

Kepada DPRD Alor, mereka meminta untuk mendorong kopolisian agar mengusut tuntas kasus pembunuhan tersebut.

Selain itu, mereka juga mendesak agar membentuk Panitia Khusus (Pansus) pengendalian keamanan dan ketertiban (Kantibmas) serta memanggil Kapolres Alor untuk mempertanggung jawabkan situasi Kantibmas di kota Kalabahi.

Sebagaimana diberitakan Floresa.co sebelumnya, Yosten dibantai secara membabi buta di rumah majikannya pada Kamis pekan lalu (15/1/2015) oleh orang yang hinggi kini belum diketahui.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 23.00 WITA di Batu Nerwala, Kalabahi. Tiga orang yang kini belum diketahui identitasnya tanpa ampun membunuh mahasiswa semester enam ini.

Seorang warga Kalabahi yang mengetahui kejadian ini dan meminta namanya tidak disebutkan menceritakan, Yosten saat ini sedang cuti sebagai mahasiswa karena keadaan ekonomi keluarga yang tak mampu membiayai kuliahnya.

Dia pun lantas bekerja sebagai kondektur. Pada malam kejadian naas itu, Yosten baru pulang bekerja. Dia kemudian mencuci mobil.

“Setelah selesai, dia duduk di depan teras dengan Isak, pemilik mobil,” cerita warga itu kepada Floresa.co, Selasa (20/1/2015)

Kemudian, katanya, tiga orang tak dikenal lewat di depan rumah. Tapi tak berapa lama kemudian, mereka kembali lagi.

“Ternyata mereka langsung masuk dan mengayunkan golok, parang,” sambung warga yang mengaku kenal baik dengan korban ini.

Selanjutnya, Yosten, pemuda asal Kecamatan Pantar ini lari ke dalam rumah. Di dalam rumah, dia terus dibantai dengan golok.

Yosten kemudian lari, masuk ke sebuah kios di samping rumah. Para pelaku tetap mengikuti dan tak henti-hentinya membantai Yosten.

“Kemudian dia berteriak lari ke luar, sampai di luar pun dia dibantai di tengah jalan dan dipukul dengan benda tumpul. Dia mengalamai pendarahan yang luar biasa. Di tangannya ada bekas bekas (pukulan) kayu, bekas parang, kemudian di kepalanya. Hidungnya terpotong dengan parang. Pada akhirnya dia tidak tertolong,” cerita sumber itu.

Pembunuhan terhadap Yosten merupakan kasus pembunuhan ketiga di Alor dengan pelaku yang misterius.

Kasus pertama terjadi pada 23 Desember 2014 lalu, sekitar pukul 23.00 WITA yang menimpa anak dari salah satu petugas pelabuhan.

Kejadian kedua pada 7 Januari 2015, dengan korban Yustinus Mau. Saat peristiwa pembunuhan terjadi, Yustinus  sedang bersama mantan Bupati Alor, Simeon Pally. Keduanya baru saja kembali dari acara silahturahmi tahun baru sekitar pukul 23.00 WITA.

Seorang warga yang meminta namanya tidak disebut mengingat situasi di Alor yang masih memanas mengatakan kepada Floresa.co, Selasa (20/1/2015), tiga pembunuhan misterius yang terjadi selama tiga pekan terakhir itu, memiliki benang merah.

Selain sama-sama masih misterius pelakunya, korbanya berasal dari daerah yang sama yaitu Pulau Pantar.

Sumber tersebut mengatakan mulanya masyarakat di Kalabahi menganggap pembunuhan tersebut adalah kriminal biasa yaitu dengan motif perkelahian antar geng.

Tetapi, belakangan dengan melihat latar belakang korban dari daerah yang sama, masyarakat mulai berspekulasi, pembunuhan tersebut memiliki muatan politik. (ARJ/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini