Ketertarikan pada persoalan hak asasi manusia, terutama soal hak-hak perempuan adalah alasan yang mengantarnya ke Papua pada 2011, setelah menamatkan kuliah di Bali.
Selama di Papua, ia bersama Pastor John Djonga Pr, imam kelahiran Nunur, Manggarai Timur, yang dikenal sebagai aktivis HAM karena keteguhan komitmennya melayani warga di daerah-daerah pelosok.
“Sambil membantu pater, saya belajar tentang situasi dan persoalan-persoalan di sana. Kebetulan saya sangat tertarik dengan isu-isu perempuan,” kata Asrida kepada Floresa.co.
Pastor John yang semula hadir sebagai katekis di Bumi Cenderawasih itu tapi kemudian memilih menjadi imam, adalah sosok yang dikagumi, sekaligus tempat belajar bagi Asrida.
Halosina, potret perempuan Papua
Apa yang disajikan dalam film Tanah Mama bukanlah fiksi. “Ini kisah nyata hidup orang yang kemudian saya pinjam untuk dijadikan film, demi menyampaikan pesan tertentu”, katanya.
Good luck! Moving pictures speak louder than words!
good luck,
good luck @Asrida Elisabeth..
Wunderbar! (Y)
Luar biasa..
So awesome 🙂
saya bangga, ternyata ada perempuar Flores yang sudah jadi sutradara
Selamat dan Sukses ENU
the best,.. go go go
Luar biasa….
terima kasi weta
Selamat berjuang dengan karya2 yang brilian Enu…
Sukses terus….
Mama,asrida Elisabeth,begitu kerja dengan usah tetapi pasti ini kenyatan bagi mama-mama papua 20 Tahun pasti mama bisa hdp dengan bahagia,..
Sukses buat Saudari Asrida Elisabeth..
Saya memberikan apresiasi sangat positif untuk tema pokok dan sutradara film ini
Super!!!
Terinspirasi
Luar biasa…prestasi yang patut dbanggakan… Selamat Weta