DPRD: Kami Selalu Desak Pembangunan Jembatan Wae Laing, Tapi Pemda Tidak Merespon

Seorang warga menyeberang di Sungai Wae Laing lewat jembatan bambu (Foto: Ardy Abba/Floresa)
Seorang warga menyeberang di Sungai Wae Laing lewat jembatan bambu (Foto: Ardy Abba/Floresa)

Borong, Floresa.co –  Permintaan dan harapan  warga Kampung Lompong ,Desa Golo Lembur, Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) untuk membangun jembatan yang melintasi Sungai Wae Laing rupanya sudah lama diperjuangkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Matim.

Mensi Anam, Anggota DPRD Matim mengatakan sudah lima tahun mereka menyuarakan soal jembatan ini.

“Di dewan, saya sudah menjelaskan mengenai situasi jembatan dan desakan dari masyarakat sekitar terkait pentingnya jembatan tersebut. Semua orang tahu kalau daerah Lompong dan sekitarnya memproduksi hasil pertanian yang meningkat tiap tahunnya,” ujar Mensi kepada Floresa.co, Selasa (6/1/2015.

“Hal ini selalu kami suarakan sangat gencar,” lanjut Mensi yang juga Ketua DPC Hanura Matim ini.
Ia mengaku, saking seringnya membahas soal jembatan itu, ia pun merasa bosan, lantaran tidak juga direspon pemerintah.

Namun, meski sudah bosan, ia berjanji aka tetap bersuara, dengan harapan Pemda segera membuka mata untuk menganggarkan dana pembangunan jembatan tersebut.

“Bagi saya pembangunan Jembatan Wae Laing sebuah kemutlakan. Kalau mau akses jalan dapat dilalui setiap musim apapun, jembatan tersebut harus dibangun”, katanya.

Ia pun mendesak Pemda Matim untuk memasukkan rencana pembangunan jembatan sebagai prioritas program tahun ini.

Sebagaimana dilansir Floresa.co sebelumnya, lantaran tidak dibangunnya jembatan Wae Laing, warga setempat terpaksa membuat jembatan dari susunan beberapa bambu panjang, agar bisa melewati sungai itu saat musim hujan.

Sungai Wae Laing membelah ruas jalan utama penghubung Benteng Jawa menuju Lamba Leda Timur dan Kecamatan Sambi Rampas.

“Kalau banjir pak, terpaksa kami harus lewat di jembatan bambu ini. Jalannya pelan-pelan saja jangan sampai jatuh karena bambunya licin,” kata Rius Rampung seorang warga asal Lompong saat dijumpai  di Wae Laing, Jumat (02/01/14).

Kata Rius, jembatan Wae Laing sangatlah penting sebab ada beberapa siswa  asal Lompong yang sekolah do SMP Satu Atap Lengko Tegol dan tiap hari melintasi Sungai Wae Laing. Anak-anak sekolah, jelasnya, berjalan kaki dari kampung itu dengan jarak dua kilo meter menuju sekolah itu.

“Kami terpaksa membuat jembatan bambu ini agar anak-anak sekolah bisa ke sekolah setiap musim hujan. Jika banjir, sungai Wae Laing sangat besar,” ungkap Rius.

Sebenarnya, pemerintah daerah sudah merintis pembangunan jembatan permanen. Ini terlihat dari adanya fondasi utama setinggi kurang lebih tujuh meter. Dua fundasi itu dibangun pada tahun 2007, saat Manggarai Timur belum dimekarkan dari kabupaten induk, Manggarai.

Bupati Matim, Yosep Tote saat hendak dikonfirmasi Floresa.co , hari ini Selasa, terkait masalah jembatan ini, sedang tidak ada ruangannya. Tampak beberapa pegawai yang bertugas di ruangan bupati sedang sibuk. (ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini