Ini Cara Konkret Maknai Natal dan Tahun Baru dengan Spirit Ekologis

tanam pohon

Ruteng-Floresa.co – Sebentarl lagi umat kristiani di seluruh dunia merayakan Natal dan tahun baru. Dua perayaan itu seharusnya tidak berhenti pada kesemarakan artifisial dan seremoni iman, tetapi juga bisa dimaknai sebagai momentum pemulihan hubungan manusia dengan alam.

Hal ini dikakatan oleh Huber Bogos, Inisiator Komunitas Natal dan Tahun Baru Sabuk Hijau (KNTB-SH) Kabupaten Manggarai kepada Floresa.co belum lama ini.

Bogos mengatakan setiap Natal, semua gereja, instansi pemerintah dan swasta, pertokoan bahkan rumah warga berhiaskan pohon natal dengan bintang natal berkilau. Harganya pun sangat mahal.

Demikian pun halnya setiap perayaan tahun baru, masyarakat telah amat biasa merayakan acara syukuran pergantian tahun dengan menyembelih hewan seperti ayam, babi dan sebagainya.

“Namun, hal ini hanya merupakan seremonial dan kultur saja,” ujar Bogos.

Menurutnya, seharusnya Pohon Natal diberi makna ekologis sebagai Pohon Natal hidup.

Pemaknaan demikian bisa dihayati dengan misalnya, setelah perayaan Natal semua umat pergi menyelamatkan mata air dengan menanam pohon yang akan menghidupi mata air di  masing-masing kampung di Manggarai.

Natal dan tahun baru yang bertepatan dengan musim hujan, menurutnya, sebaiknya dimaknai secara ekologis pula, yakni dengan spirit tahun baru, semangat baru dan pohon baru.

“Wujud dari makna ekologis  tersebut adalah dengan menanam pohon baru, baik pohon  konservasi maupun pohon produksi. Niscaya dengan cara seperti ini natal dan tahun baru selalu meninggalkan jejak baru yang membekas secara permannen baik secara batin dan fisik, ” pungkasnya. (Sael/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini