8 Tahun, Anas Menderita Akibat Tumor Ganas di Gusi Hingga Leher

Kondisi Anas, perempuan asal Kampung Perang, Desa Cireng, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini sangat memperihatinkan.  (Foto: ADB/Floresa.co)
Kondisi Anas, perempuan asal Kampung Perang, Desa Cireng, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini sangat memperihatinkan. (Foto: ADB/Floresa.co)

Ruteng, Floresa.co – Sudah 8 tahun Anastasia Tenggawung (26) menderita akibat tumor di bagian gusi hingga leher. Kondisi perempuan asal Kampung Perang, Desa Cireng, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini sangat memperihatinkan.

Ketika ditemui Floresa.co, di rumah keluarganya, di Lawir, Ruteng, Jumat (14/11/14), dengan nafas terengah-engah dan volume suara sangat kecil ia berusaha bicara.

Ia mengaku, tumor ganas itu sudah dideritanya sejak usia 18 tahun.

Kala itu, anak keenam dari tujuh bersaudara keluarga pasangan Philipus Sudi dan Marta Mamas ini sedang berada di Kupang, ibukota provinsi NTT.

“Awalnya, sakit gusi berlangsung selama 1 tahun,” cerita Anas – demikian ia disapa – dengan suara serak-serak basah.

Setelah itu, gusi dan lehernya terus membengkak, membuat Anas kian menderita.

Keluarganya, termasuk Philipus, sang ayah mengaku bingung dengan penyakit yang diderita Anas. “Kami tidak tahu mengapa bisa jadi begini”, katanya kepada Floresa.co.

Karena rasa cinta pada Anas, Philipus mengisahkan, mereka sempat mengantar anaknya itu ke Rumah Sakit St Rafael Cancar, salah satu rumah sakit swasta yang terletak di Kecamatan Ruteng.

Di rumah sakit itu, usai diperiksa, Anas kemudian dirujuk ke salah satu rumah sakit di Australia. Menurut dokter saat itu, demikian Philipus, Anas mengidap tumor dan terjadi pembengkakan kelenjar.

Namun, ia mengatakan, masalah biaya adalah hambatan yang paling utama.

“Kami ini masyarakat kecil sehingga kami tidak punya apa-apa untuk mengobati. Kami sangat membutuhkan bantuan orang lain,” tutur Philipus.

Di tengah situasi sulit ini, beruntung, keluarga mereka bisa bertemu dengan salah seorang staf Yayasan Senyum Bali, sebuah lembaga swasta yang bergerak di bidang penangan pasien cacat wajah, bibir sumbing dan langit-langit mulut.

Alfan Manah, staf yayasan ini mengatakan, akan mendampingi Anas untuk beroperasi di Bali, Denpasar.

Jika tidak bisa dioperasikan di sana, kata dia, pihaknya akan mencari dukungan dari Profesor David J. dari The Australian Cranio-Facial Unit agar Anas dapat beroperasi di Adelaide, Australia.

Alfan mengakui, pihaknya masih tetap mengharapkan dukungan para donatur agar Anas bisa beroperasi di Australia, Negeri Kanguru itu. (ABD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini