Terkait Pantai Pede, Jangan Singkirkan Masyarakat Lokal

PedeFloresa.co – Masyarakat lokal jangan sampai tereksklusi dalam pembanguan wisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Privatisasi pantai Pede merupakan bentuk penyingkiran masyarakat dalam pengelolaan wisata di wilayah barat pulau Flores ini.

“Intinya masyarakat lokal harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengurusi semua potensi wisata yang ada. Jangan sampai upaya privatisasi kemudian menggeser posisi masyarakat lokal sebagai pemilik sah wilayah yang menjadi potensi pariwisata,” ujar Angelo Wake Kako, Presidium Gerakan Kemasyarakatan Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) kepada Floresa.co, Senin (10/11/2014).

Angelo menyatakan, pada dasarnya pengembangan potensi pariwisata di NTT merupakan suatu langkah maju demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Namun hal itu, tegasnya, tidak berarti menyerahkan segala potensi yang ada kepada investor apalagi sampai pada upaya privatisasi.

Pengelolahan potensi pariwisata di NTT, khususnya di pantai Pede Mabar, menurutnya, harus tetap memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bersama-sama mengelolah sesuai dengan karakteristik dan budaya masyarakat setempat.

Angelo yang juga pernah menjadi Ketua Presidium PMKRI Cabang Ende juga mengkritik Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang memberikan izin kepada PT Sarana Investama Manggabar untuk mengelola pantai Pede.

Apalagi gubernur yang berasal dari PDI-Perjuangan ini juga terkesan lari dari tanggung jawab ketika menolak berdialog dengan perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Manggarai Raya (Formaya) Kupang, Kamis pekan lalu di kantor Gubernur NTT.

“Tindakan Gubernur NTT, yang kabur saat aksi demonstrasi mahasiswa merupakan bukti ketidak-mampuannya dalam membangun ruang komunikasi degan elemen masyarakat khususnya para pemuda,” tegas Angelo.

Sementara itu, Yosef Sampurna Nggarang, Ketua Himpunan Pemuda Mahasiswa Manggarai Barat (Hipmmabar) menilai, kaburnya Lebu Raya bahwa ia mau menghindar dari tanggung jawabnya.

“Apa salahnya ia berdialog dengan teman-teman mahasiswa”, katanya kepada Floresa.co.

Ia pun menilai, Lebu Raya bisa dengan gambang membarter kekuasaan dengan segelintir orang.

“Segampang itu dia menjual asset-aset yang bernilai historis dan sosial kepada seseorang tanpa memikirkan masyarakat Mabar”, tegas Yos. (ADB/ARL/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini