Seminar di Ruteng Bahas Makna Revolusi Mental

Para pemateri dalam seminar di STKIP Ruteng, Sabtu (25/10/2014), yang membahas soal makna revolusi mental.
Para pemateri dalam seminar di STKIP Ruteng, Sabtu (25/10/2014), yang membahas soal makna revolusi mental.

Ruteng, Floresa.co – Menjelang hari Sumpah Pemuda pada Selasa, 28 Oktober mendatang, lebih dari seribu mahasiswa di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur ikut dalam seminar yang khusus membahas makna “revolusi mental” kaum muda dalam bingkai semangat kebangsaan.

Para mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Santo Paulus Ruteng itu diberi penguatan lewat seminar sehari yang diselenggarakan Gamasando, kelompok mahasiswa dari kabupaten Manggarai Barat.

Seminar ini digelar di aula Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Manggarai, Sabtu (25/10/2014).

Dua pemateri dalam seminar ini yaitu Abdul Majir dan Fransiskus de Gomes yang merupakan dosen STKIP Ruteng mengajak mahasiswa mendalami makna perubahan mental kaum muda berbasis pada sejarah perjuangan para pemuda terdahulu.

Di depan ribuan mahasiswa yang hadir, Abdul Majir menyatakan, ‘revolusi mental’ sebagai corak atau pola pikir, cara merasa, dan cara bertindak harus terungkap dalam praktek dan kebiasaan kita sehari-hari. Hal ini, kata dia, merupakan bagian dari upaya melahirkan Indonesia baru.

Ia menambahkan, konteks terkini di Indonesia misalnya, orang tidak lagi berbicara tentang nasionalisme di mana konsep itu diarahkan dalam kerangka berpihak pada rakyat.

“Para politikus bicara nasionalisme hanya untuk menaikan posisinya dalam lingkungan publik. Hanya menarik simpati masyarakat yang hanya demi kepentingan sesaat atau bahkan untuk mengelabui masyarakat kecil,” pungkas Abdul.

Sementara itu, Fransiskus de Gomes menyatakan, dirinya berharap, sebagai agent of change hendaknya para pemuda membuka diri terhadap segala perubahan yang terjadi di tengah masyarakat, sekaligus peka terhadap masalah sosial kemasrayakatan.

“Jangan pernah menjadi mahasiswa yang bangga dengan kemapanannya dan apatis terhadap masalah sosial kemasyarakatan. Mahasiswa wajib berbicara,’’ tegas Fransiskus.

Ia menambahkan, dalam diri mahasiswa wajib melekat predikat sebagai agent of change, iron stock, agent of intelectual, dan agent of social control.

Jika tidak demikian, kata dia, peran kaum muda dalam perjuangan perubahan bangsa Indonesia perlu dipertanyakan.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini