Dalam Editorialnya, The Jakarta Post Nyatakan Dukung Jokowi

JokowiFloresa.co – Secara resmi media nasional berbahasa Inggris The Jakarta Post menyatakan  mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2014.

Sikap itu diambil setelah dilakukan diskusi panjang bersama internal redaksi senior Jakarta Post.

Dalam editorialnya yang diberi judul “Endorsing Jokowi”, Jumat (4/7/2014), The Jakarta Post menyebut pasangan Jokowi-Kalla merupakan pasangan yang paling memiliki kesamaan visi dengan media tersebut. Selama ini, media itu selalu fokus pada isu mengenai pluralisme, hak asasi manusia, dan reformasi.

Berikut merupakan terjemahan dari naskah editorial mereka yang juga sudah dipublikasi di situs thejakartapost.com

Mendukung Jokowi

Tak ada yang netral ketika terlalu banyak yang harus dipertaruhkan. Sembari tetap berusaha sebisa mungkin mejadi obyektif dalam liputan kami, dari dulu jurnalisme kami selalu didasarkan pada pijakan moral yang benar tatkala pilihan harus diambil.

Kami tak bungkam pada masa Reformasi. Kami pun tak malu-malu ketika kuasa diselewengkan dan hak azasi dilanggar.

Orang-orang baik tidak bisa berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Bicaralah yang lantang ketika prasangka mengemuka. Berdirilah yang tegak melawan fitnah hitam yang dilontarkan.

Di persimpangan penentuan babak bangsa ini, rakyat dipanggil untuk membuat keputusan yang lugas. Ini tak hanya soal siapa harus coblos yang mana. Ini sudah perkara pilihan moral yang menentukan nasib bangsa.

Rusia menghadapi nasib yang sama pada 1996, ketika petahana independen Boris Yeltsin bertarung melawan Gennady Zyuganov yang mewakili Partai Komunis yang sebelumnya berkuasa. Saat itu, pilihan morallah yang harus menentukan, antara harapan atau sisa-sisa masa lalu. Rakyat Rusia memilih harapan.

Dalam lima hari ke depan, bangsa ini juga akan membuat pilihan moral. Dalam pemilihan yang belum pernah terjadi sebelumnya — kampanyenya memecah-belah, konsekuensinya membikin resah — rakyat Indonesia dituntut untuk menentukan masa depan lembaga politik kita, hanya lewat coblosan sederhana di surat suara.

Dalam 31 tahun sejarahnya, Jakarta Post belum pernah mengemukakan dukungan sama sekali dalam pemilu, baik ke kandidat maupun partai. Kendati pandangan kami biasanya jelas, Jakarta Post selalu berdiri di luar pergesekan politis.

Namun di pemilu seperti ini, kami tergerak secara moral, untuk tidak hanya diam dan menonton. Kami tidak berharap dukungan kami akan memengaruhi pemilih. Namun kami tidak bisa diam berpangku tangan ketika ada pilihan yang begitu mengancam.

Setiap kandidat dalam pemilihan presiden mempunyai kualitas sesuai kerangka kerja masing-masing. Kedua kubu telah dikupas habis sedemikian rupa di tiga minggu terakhir. Dan para pemilih akan menetapkan pilihan karenanya. Namun ada sebagian besar masyarakat yang belum menentukan akan ke mana pilihan mereka tertambat.

Dalam kondisi seperti ini, mungkin yang layak dipertimbangkan adalah, siapa yang seharusnya ‘tidak’ dipilih.

Kami membuat keputusan dengan sadar, berdasarkan nilai-nilai yang selama ini senantiasa kami jadikan pijakan: pluralisme, hak azasi manusia, masyarakat sipil dan reformasi.

Yang kami tangkap adalah, ada satu kandidat yang punya catatan faktual penolakan terhadap politik berdasarkan kepercayaan. Namun di saat bersamaan, yang kami takutkan adalah kelompok Islam garis keras yang berafiliasi di kubu ini; kelompok yang akan meluluh-lantakkan nilai-nilai dasar yang dipegang bangsa ini. Adalah preman-preman berkedok agama, melancarkan kampanye-kampanye memecah-belah, demi kepentingan sesaat semata.

Lebih lanjut kami dibuat terbingung-bingung, betapa bangsa ini lupa begitu saja akan kejahatan-kejahatan kemanusian yang telah silam. Seseorang yang terang-terangan mengaku telah menculik pegiat-pegiat hak azasi manusia, entah karena perintah atau karena inisiatif sendiri, tidaklah punya tempat di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Demokrasi kita tidak akan berkembang bila cara berpikir rakyat tetap dikungkung pendekatan keamaan yang mengedepankan militerisme di atas segalanya. Ada kandidat yang seakan menempatkan supremasi sipil di bawah keunggulan cara-cara militer.

Bangsa ini pantas berbangga terhadap kekuatan angkatan bersenjatanya, namun hanya jika di dalam seragamnya, mereka tetap mengakui bahwa mereka adalah pelayan dari pemerintahan sipil, pemerintahan yang demokratis.

Tatkala satu kandidat mengajak memutus hubungan dengan masa silam, era Soeharto justru diagung-agungkan kandidat lainnya.

Tatkala satu kandidat keras menolak kongkalikong antara penguasa dan pengusaha, kandidat lainnya justru terkungkung dalam politik transaksional gaya Orde Baru yang jelas-jelas mengkhianati semangat Reformasi.

Perbedaan yang sedemikian mencolok dalam satu pemilu sangatlah jarang terjadi. Tak pernah kami temui sebelumnya, ada pihak yang mempunyai kualitas negatif yang sedemikian banyaknya. Dan karenanya, kami tidak bisa hanya berdiam diri saja.

Oleh karena itu, Jakarta Post merasa terpanggil untuk secara terbuka menyampaikan dukungan ke Joko “Jokowi” Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden di Pemilu 9 Juli nanti.

Dukungan ini bukan asal-asalan. Dukungan ini telah kami pertimbangkan matang-matang. Dukungan yang, secara moral kami yakini, benar adanya.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini