Pastor Diteror Karena Tolak Tambang

Ini adalah foto kaki salah satu orang dewasa yang terkenan pernyakit kulit setelah mandi di kali Leowalu. (Foto: G-Prok)
Ini adalah foto kaki salah satu orang dewasa yang terkenan pernyakit kulit setelah mandi di kali Leowalu. (Foto: G-Prok)

Floresa.co – Romo Inosensius Nahak Pr, Pastor Paroki Nualain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapat ancaman dan teror melalui pesan singkat (SMS) yang masuk ke nomor ponselnya, menyusul aksi penolakan tambang mangan di Ai Tameak, Desa Lewalu, Kecamatan Lamaknen, Belu, yang selama ini gencar dilakukan olehnya.

Romo Inosensius, seperti dilansir Kompas.com, Selasa (13/5/2014), mengatakan, pesan singkat yang dikirim ke nomor ponselnya itu hanya dikirim setelah ia bersama belasan pastor dan sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Pro Kehidupan (G-ProK) melakukan aksi mendesak pemerintah Belu melakukan moratorium terhadap segala aktivitas pertambangan bijih mangan PT Nusa Lontar Resources.

“Setelah kami pulang dari DPRD Belu dalam rangka audien dengan DPRD dan pemerintah daerah Belu, saya ditelepon sebanyak lima kali dengan menggunakan nomor baru. Namun saya tidak angkat. Karena tak direspons, maka saya dikirim sebuah SMS sangat panjang yang isinya memaki dan mengancam saya,” jelas Romo Inosensius.

“Saya dibilang sok pahlawan dan yang selama ini yang beri makan masyarakat adalah pengusaha bukan saya,” lanjut dia.

Menurut Romo Inosensius, isi SMS itu terkait dengan protes tambang mangan yang selama ini gencar ia lakukan. Bahkan, kata dia, dalam SMS itu ia diancam akan dipotong jika terus menolak keberadaan tambang mangan.

Romo Inosenius pun yakin bahwa pengirim pesan singkat itu adalah orang yang mendukung tambang mangan di wilayah Ai Tameak. Namun demikian, Romo Inosensius menyatakan tidak akan pernah takut dan mundur untuk menyuarakan kebenaran karena masyarakat sangat menderita terkena limbah mangan.

”Bagaimana bisa kita melihat masyarakat menderita dan kita hanya diam saja. Itu tentulah melawan hati nurani, sehingga kalau saya diteror melalui SMS, saya akan semakin berani untuk menyuarakan kebenaran,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 13 pastor dari Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) Keuskupan Atambua, JPIC SVD, dan JPIC OFM Indonesia yang tergabung dalam gerakan Pro-kehidupan (G-Prok) Kabupaten Belu, NTT, mendatangi kantor DPRD setempat, Rabu (7/5/).

Mereka mendesak Pemerintah Belu agar segera melakukan moratorium segala aktivitas pertambangan bijih mangan PT Nusa Lontar Resources di Dusun Aitameak, Desa Nualain, Kecamatan Lamaknen Selatan.

Sebab, limbah dari mangan itu telah membuat ratusan warga di tiga desa itu terkena penyakit kulit. Selain pastor, hadir pula tiga orang suster dari JPIC SSpS, JPIC Ursulin dan JPIS FSGM, serta Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Atambua.

Para korban limbah mangan kebanyakan anak-anak usia sekolah dan sejumlah elemen masyarakat lainnya.

spot_img

Artikel Terkini